“Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa peretasan mata uang kripto adalah bagian yang cukup besar dari perekonomian negara,” kata Chainalysis.
Untuk pertama kalinya tahun lalu, penegak hukum AS menyita 30 juta dolar AS dana curian dari peretas yang terkait dengan Korea Utara.
“Peretasan ini akan semakin sulit dan kurang berhasil setiap tahun,” prediksi Chainalysis.
Target dalam “keuangan terdesentralisasi” atau DeFi, segmen yang berkembang pesat di sektor mata uang kripto, menyumbang lebih dari 82 persen mata uang kripto yang dicuri pada 2022, kata laporan itu.
Aplikasi DeFi, banyak di antaranya berjalan di blockchain Ethereum, adalah platform keuangan yang memungkinkan pinjaman berdenominasi kripto di luar bank-bank tradisional.
Tahun lalu melihat rekor jumlah transaksi kripto yang terkait dengan aktivitas terlarang secara keseluruhan, mencapai 20,1 miliar dolar AS, kata Chainalysis pada Januari. (*)
Sumber: ANTARA
Page: 1 2
Aroma kehati-hatian terasa pekat di Gedung Thamrin. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar…
Pasar modal kembali memanas. PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)…
Dominasi New York di panggung finansial internasional kembali mendapat legitimasi. Kota berjuluk “The Capital of…
Bursa saham Indonesia kembali berguncang. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 24,73 poin atau…
PT Hafar Daya Konstruksi (HDK) akhirnya buka suara. Perusahaan yang merupakan anak usaha PT Petrosea…
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan gejolak pasar keuangan yang belum reda, cadangan devisa Indonesia…