Nilai tukar rupiah menutup pekan ini dengan catatan positif meski sempat berfluktuasi akibat guncangan eksternal. Rupiah menguat tipis 0,06% ke level Rp 16.205 per dolar AS pada perdagangan Jumat (11/7), berdasarkan data Refinitiv.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tergelincir pada perdagangan awal pekan, Senin (7/7), seiring meningkatnya tensi geopolitik dan tekanan dari kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump terhadap negara-negara BRICS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan taringnya. Pada perdagangan hari terakhir Juni 2025, IHSG berhasil parkir di zona hijau dengan kenaikan 16,58 poin atau 0,24% ke level 6.913,98 pada penutupan sesi I perdagangan Senin (30/6).
Rupiah kembali unjuk gigi. Mata uang Garuda sukses menekan dolar Amerika Serikat (USD) ke level terendah dalam sebulan terakhir, memicu euforia pasar menjelang libur panjang akhir pekan. Tapi tunggu dulu—apakah ini sinyal kuat perbaikan ekonomi, atau hanya sandiwara musiman yang akan cepat berlalu?
Melalui program KPR subsidi FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), BRI tancap gas memperkuat kontribusinya dalam mendukung Program 3 Juta Rumah yang menjadi agenda prioritas nasional.
Ada angin segar untuk ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah akhirnya bangkit dan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah tensi global yang mulai mereda.
Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan taringnya. Di tengah gejolak geopolitik Timur Tengah dan ketegangan dagang global, rupiah justru berhasil menguat terhadap dolar AS. Senin (16/6), rupiah ditutup di level Rp 16.260/US$, menguat 0,18 persen dibanding akhir pekan lalu.
Pemerintah Indonesia kembali memberikan angin segar bagi masyarakat yang tertarik beralih ke kendaraan ramah lingkungan. Program insentif motor listrik sebesar Rp 7 juta per unit dipastikan akan dilanjutkan pada tahun 2025, setelah sebelumnya sukses mendorong pertumbuhan adopsi kendaraan listrik di Tanah Air.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada sesi I perdagangan Rabu (11/6), tertekan oleh sentimen negatif dari laporan terbaru Bank Dunia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.