Kabar mengejutkan datang dari Timur Tengah yang langsung berdampak besar terhadap pasar keuangan dunia. Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, langsung membuat rupiah melonjak tajam, bahkan menghapus seluruh pelemahan sebelumnya.
Di tengah upaya pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi, sinyal merah justru menyala di sektor fiskal. Realisasi penerimaan pajak hingga Mei 2025 hanya Rp 683,3 triliun, turun 10,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Situasi ini membuat APBN kembali tekor sebesar Rp 21 triliun.
Di tengah kabar heboh soal ketidakpastian global, ada satu angka besar yang bikin kening sedikit berkerut: Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada April 2025 tercatat mencapai USD 431,5 miliar.
Meningkatnya tekanan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan kebutuhan untuk memitigasi dampak negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian, telah mendorong konsep ekonomi sirkular yang tidak hanya 'ambil-buat-buang' namun juga mendorong upaya regenerasi sistem secara alami. Â
Bank Indonesia dan People's Bank of China (PBOC) menandatangani penguatan Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2025 ini mengalami defisit sebesar US$ 800 juta. Bank Indonesia terus mencermati kondisi perekonomian global yang memberikan imbas terhadap prospek NPI.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengimbau nasabah untuk lebih waspada terhadap smishing, modus penipuan berbasis SMS yang semakin marak terjadi.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar 427,5 miliar dolar AS atau tumbuh 5,1 persen (yoy). Utang luar negeri tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi ULN Desember 2024 yang tumbuh 4,2 persen (yoy).