Hanya saja, kini musim tanam kedua menjadi tertunda. Bila dipersentase, lahan produktif usai panen sekitar 80 persen. Sisanya, sekitar 20 persen inilah yang terancam gagal panen. Sehingga kerugian materil yang diderita petani tidak terlalu tinggi.
‘’Namun berapa jumlah pastinya (kerugian materil, Red), masih proses pendataan,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (19/2).
Selain membanjiri ratusan hektare lahan produktif pertanian, mantan Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (DPRKP) Tuban ini meneruskan, luapan Bengawan Solo juga merendam sekitar 16 rumah warga dengan ketinggian air di dalam rumah mulai 10-30 sentimeter.
Dari 16 rumah yang terendam, sebanyak 15 unit berlokasi di Desa Patihan, Ngadipuro, dan Simorejo, Kecamatan Widang. Terbanyak di Desa Ngadipuro, totalnya sepuluh rumah. Sisanya, satu unit di Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang. Sementara, Kecamatan Soko dan Rengel nihil.
Meski demikian, semua warga yang rumahnya terendam memilih bertahan.
‘’Tidak ada yang mengungsi,’’ terang mantan Kabag Kesra Setda Tuban itu.
Mantan Camat Plumpang ini menambahkan, beberapa ruas jalan desa di empat kecamatan terdampak juga terendam. Namun, masih bisa dilintasi masyarakat. Tak ada akses transportasi lumpuh.
Aroma kehati-hatian terasa pekat di Gedung Thamrin. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar…
Pasar modal kembali memanas. PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)…
Dominasi New York di panggung finansial internasional kembali mendapat legitimasi. Kota berjuluk “The Capital of…
Bursa saham Indonesia kembali berguncang. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 24,73 poin atau…
PT Hafar Daya Konstruksi (HDK) akhirnya buka suara. Perusahaan yang merupakan anak usaha PT Petrosea…
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan gejolak pasar keuangan yang belum reda, cadangan devisa Indonesia…