Radartuban.jawapos.com – Daripada berakhir mati, sebagian besar hewan ternak yang kondisinya sakit parah akibat terpapar wabah lumply skin diseaseĀ (LSD) atau cacar sapi maupun penyakit mulut dan kuku (PMK), rata-rata langsung dijual ke jagal, meski dengan harga teramat murah. Dan dari jagal itulah, sapi-sapi yang terjangkit penyakit itu sembelih, lalu dagingnya dijual.
Lantas, apakah daging sapi yang sudah terjangkit penyakit tersebut aman dikonsumsi? Pertanyaan inilah yang menggelayuti masyarakat seiring banyaknya sapi terpapar LSD disembelih.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Handrijanto memastikan bahwa daging sapi yang terpapar LSD masih aman untuk dikonsumsi, namun dengan catatan, yakni proses penyembelihannya berdasarkan rekomendasi dokter hewan. āāKepastian ini (keamanan mengonsumsi dagi sapi terpapar LSD, Red) kami terima setelah berkoordinasi dengan DKP2P (Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan, Red) Tuban,āā ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (15/3).
Sebab itulah, terang Antoāsapaan akrab Handrijantoāsejak wabah LSD merebak awal Januari 2023 hingga sekarang, pihaknya tidak mengatensi peredaran daging sapi di pasaran. Sehingga tidak ada razia khusus dilakukan instansinya. āāDan lagi, sejauh ini belum kami temukan atau kami terima laporan bahwa ada peredaran daging sapi yang kondisinya tak lazim atau mencurigakan di pasaran,āā imbuhnya.
Pejabat kelahiran 1972 itu melanjutkan, meskipun daging sapi terpapar penyakit LSD dinyatakan aman dikonsumsi, pihaknya meminta masyarakat pembeli daging sapi di pasar tetap selektif. Bila ada daging sapi yang bentuk atau teksturnya mencurigakan, tidak usah dibeli. āāLebih baik, jika pembeli menemukan daging sapi mencurigakan atau tak lazim di pasar, keberadaanya harap dilaporkan ke kami, agar dapat kami tindaklanjuti,āā jelasnya.
Terpisah, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Tuban Edy Sunarto membenarkan perihal keamanan mengonsumsi dagi sapi terjangkit LSD. Namun demikian, Edy juga menegaskan bahwa daging tersebut aman dikonsumsi jika proses pemotongannya sesuai rekomendasi dokter hewan. Sebab itu, jika ada sapi dipotong paksa tanpa rekomendasi dokter hewan, dagingnya jangan dikonsumsi apalagi diperjualbelikan. āāSabtu kemarin (12/3), hal ini juga ditegaskan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah dalam siaran persnya,āā terang dia.
Melansir laman ugm.ac.id, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta Wasito tak sependapat dengan pernyataan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah. Guru besar perguruan tinggi bertitel dokter hewan dan bergelar profesor itu mengemukakan, daging sapi terpapar LSD tak layak dikonsumsi. Sebab, daging sapi terpapar LSD ini sudah mengalami kekurangan nutrisi protein asam amino.
Tamsiah, salah satu penjual daging sapi di Pasar Baru Tuban mengemukakan, tak khawatir daging sapi terpapar LSD beredar di pasaran. Dia dan sejawatnya, tahu mana daging sapi yang āāberesāā dan tidak. āāSehingga sampai saat ini daging sapi yang kami jual kepada pembeli dipastikan aman dikonsumsi. Kondisinya beres, aman. Selalu baik dan segar,āā ujar pedagang daging sapi asal Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban itu.
Untuk diketahui, sejak Januari 2023 hingga Selasa kemarin (15/3), data DKP2P Tuban mencatat wabah LSD ini telah menjangkiti 186 ekor sapi di berbagai kecamatan se-Kabupaten Tuban. Sebanyak 166 ekor dinyatakan masih sakit, 19 sembuh, dan satu ekor dipotong paksa. Namun, berdasar informasi di lapangan, atau yang tidak dilaporkan kepada dinas, banyak sapi yang kondisinya sakit parah langsung dijual ke jagal demi menghindari kerugian lebih besar. (sab/tok)