Radartuban.jawapos.com – Keunikan dan kekhasan wisata pedestrian malam di perkotaan seperti Malioboro Jogjakarta maupun Maliogoro Bojonegoro, hingga kini seakan tak diminati Pemkab Tuban. Padahal, jenis wisata semacam itu terbukti cukup ampuh menarik kunjungan wisatawan luar daerah, membuka luas lapangan ekonomi lokal kerakyatan, hingga meningkatkan potensi keterisian kamar hotel atau penginapan.
Wakil ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Tuban Muhasan membenarkan hal ini. Sampai sekarang, wisata pedestrian malam memang masih nihil di perkotaan Tuban.
‘’Sebagai dampak, para wisatawan luar daerah yang pada pagi atau sore hari mengunjungi Tuban, malam harinya pulang karena tak ada keunikan dan kekhasan pada Tuban di malam hari,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Sementara ini, terang Muhasan, sebagian besar pariwisata di Tuban masih terjebak menyajikan keindahan alam. Berupa bukit, sungai, dan laut yang mana pariwisata jenis itu sebetulnya hanya tepat untuk kunjungan pagi hingga sore saja.
‘’Jika (pariwisata alam, red) dikunjungi pada malam hari, jelas tidak cocok,’’ tandas pria asal Kelurahan Panyuran, Kecamatan Palang itu. Ditanya apakah perkotaan Tuban berpotensi memiliki wisata pedestrian malam, Muhasan mengatakan sangat besar. Namun, pihak yang ber kompeten membangun wisata dimaksud yakni Pemkab Tuban.
‘’Kalau swasta, kesulitan. Sebab, melibatkan suatu ruas jalan. Biaya dikeluarkan untuk merealisa sikannya juga tidak sedikit,’’ tuturnya.
Terkait tempat, menurut dia, Jalan Yos Sudarso yang cukup ideal. Letaknya di pusat kota serta jadi penghubung antara alun-alun dan wisata Pantai Boom. Namun, lalu lintasnya sangat lengang.
‘’Sangat aman jika diplot untuk kerumunan aktivitas masyarakat,’’ terang Tokoh Inspiratif Penggerak Pariwisata Jawa Pos Radar Tuban Awards 2022 itu.