RADAR TUBAN –Sanad menjadi hal penting dalam dunia ilmu. Karena itu, ketika menuntut ilmu tanpa sanad atau rujukan, maka sama halnya berguru dengan setan.
Pentingnya sanad itulah yang disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar saat memberikan tausyiah pada Istighotsah dan Ijazah Kubro Doa Bersama 25 Habaib dan Kiai Sepuh di Ponpes Sunan Bejagung, Desa Bejagung, Kecamatan Semanding kemarin (4/6).
Saking pentingnya sanad, dia mengutip pendapat ulama tasawuf, Imam Abu Yazid Al-Busthami yang wafat pada 874 Masehi. Pendapat tersebut menyatakan barang siapa yang belajar ilmu agama, tapi tidak mempunyai tempat sandaran, maka gurunya adalah setan.
‘’Makanya, masyayikh di ponpes NU pasti berguru dulu, baru berani mengajar, karena ada keterangan dari gurunya,’’ ujarnya.
Ulama 57 tahun itu juga menyampaikan, hal yang diajarkan di pesantren nahdliyin selalu menggunakan pendekatan kemasyarakatan. Sehingga, fatwa-fatwa atau amaliahnya selalu dekat dengan masyarakat.
Kiai Marzuki mencontohkan salat Tarawih yang di Jawa paling lama 20-30 menit. Itu karena banyak jamaahnya yang baru selesai bekerja. Berbeda di Madinah dan Makkah yang hampir seluruh jamaahnya umrah yang fokus beribadah.
Bukan hanya sanad, pengasuh Ponpes Sabiilul Rosyad, Malang itu, menyebut pesantren NU menjadi gudangnya ilmu. Kitab yang diajarkan semua masih asli. Itu karena para kiai mengajar menggunakan kitab cetakan lama yang didapatkan dari awal ketika belajar.
Karena itu, kata dia, sudah saatnya keilmuan pesantren menjadi rujukan. Terutama bagi yang ingin belajar ilmu agama ke Timur Tengah. Mereka harus lebih dulu menyelesaikan pendidikan di pesantren NU tanah air hingga matang.
Dikhawatirkan, kitab yang diajarkan di sana sudah berubah.