RADAR TUBAN – Budidaya ikan tawar dengan media kolam dan tambak masih mendominasi. Dari ribuan pembudidaya di Bumi Ronggolawe, hampir 90 persen di antaranya menggunakan media konvensional tersebut.
Sisanya, bermedia irigasi atau sungai yang dikeramba hingga memanfaatkan lahan pertanian atau minapadi.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan Pertainan dan Perikanan (DKP2P) Tuban Linggo Indarto membenarkan hal itu. Dia menyebut, kondisi tersebut terjadi di banyak daerah.
‘’Tak hanya di Kabupaten Tuban saja,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Dia menerangkan, budidaya ikan air tawar bermedia irigasi, sungai, hingga lahan pertanian berisiko tinggi. Itu karena tidak berada pada lingkungan yang mandiri. Salah satu pengaruhnya adalah lingkungan sekitar.
‘’Jika sungai atau irigasi tercemar, praktis ikan-ikan yang dibudidayakan di irigasi atau sungai ikut tercemar dan bisa berakibat mati,’’ tegasnya.
Hal yang sama, lanjut dia, terjadi pada sistem minapadi. Jika sawah masih menggunakan pupuk organik, ikan-ikan yang dibudidayakan di sawah tak akan bisa hidup. Kalaupun bisa hidup, kata Linggo, pertumbuhannya jelek.
Mantan kepala Seksi Perkebunan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Tuban itu menyebut, budi daya ikan air tawar pada media irigasi, sungai, hingga lahan pertanian baru populer bila masyarakat punya etika tinggi terhadap lingkungan.
RADAR TUBAN – Budidaya ikan tawar dengan media kolam dan tambak masih mendominasi. Dari ribuan pembudidaya di Bumi Ronggolawe, hampir 90 persen di antaranya menggunakan media konvensional tersebut.
Sisanya, bermedia irigasi atau sungai yang dikeramba hingga memanfaatkan lahan pertanian atau minapadi.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan Pertainan dan Perikanan (DKP2P) Tuban Linggo Indarto membenarkan hal itu. Dia menyebut, kondisi tersebut terjadi di banyak daerah.
‘’Tak hanya di Kabupaten Tuban saja,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Dia menerangkan, budidaya ikan air tawar bermedia irigasi, sungai, hingga lahan pertanian berisiko tinggi. Itu karena tidak berada pada lingkungan yang mandiri. Salah satu pengaruhnya adalah lingkungan sekitar.
- Advertisement -
‘’Jika sungai atau irigasi tercemar, praktis ikan-ikan yang dibudidayakan di irigasi atau sungai ikut tercemar dan bisa berakibat mati,’’ tegasnya.
Hal yang sama, lanjut dia, terjadi pada sistem minapadi. Jika sawah masih menggunakan pupuk organik, ikan-ikan yang dibudidayakan di sawah tak akan bisa hidup. Kalaupun bisa hidup, kata Linggo, pertumbuhannya jelek.
Mantan kepala Seksi Perkebunan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Tuban itu menyebut, budi daya ikan air tawar pada media irigasi, sungai, hingga lahan pertanian baru populer bila masyarakat punya etika tinggi terhadap lingkungan.