TUBAN, Radar Tuban – Memasuki puncak musim penghujan, belum ada tanda-tanda peningkatan curah hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban memprediksi tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo masih aman hingga beberapa hari ke depan. Terlebih, sekarang ini belum ada tanda peningkatan curah hujan. Baik dari daerah hulu maupun hilir aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padma mengatakan, jika mengacu siklus cuaca, saat ini sudah memasuki puncak musim penghujan. Hanya saja pada tahun ini kondisinya berbeda. Curah hujan lebih sedikit. Nyaris tidak terlihat tanda-tanda muncul bencana hidrometeorologi.
‘’Munculnya low pressure area (titik tekanan daerah rendah) di dekat Benua Australia membuat awan hujan bergeser mendekati titik tersebut,’’ jelas dia kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Pejabat kelahiran Papua ini mengatakan, sejak sepekan terakhir, hujan di Tuban dan sekitarnya lebih sering terjadi pada siang hari. Itu pun dengan intensitas kecil. Hal yang sama terjadi hampir di semua daerah di utara Pulau Jawa. Dengan demikian, hujan di daerah hulu hingga hilir bengawan masih terkendali. Diprediksi kondisi yang sama terjadi hingga beberapa hari ke depan.
‘’Yang rawan hujan deras di daerah selatan Pulau Jawa, awan Cumulonimbus banyak terpantau di daerah selatan,’’ jelasnya.
Sejauh ini, status TMA di Bengawan Solo baru menyentuh siaga hijau dan kuning. Menurut pantauan BMKG Tuban, peralihan cuaca dari hujan ke kemarau sudah dimulai pada akhir Maret. Artinya, musim penghujan masih satu setengah bulan lagi. Dengan waktu yang cukup singkat, kemungkinan kondisi Bengawan Solo tak mengalami banyak perubahan.
‘’Belum ada tanda-tanda yang menunjukkan luapan Bengawan Solo. Semoga kondisinya seperti ini terus hingga kemarau,’’ kata Zem berharap. (yud/ds)
TUBAN, Radar Tuban – Memasuki puncak musim penghujan, belum ada tanda-tanda peningkatan curah hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban memprediksi tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo masih aman hingga beberapa hari ke depan. Terlebih, sekarang ini belum ada tanda peningkatan curah hujan. Baik dari daerah hulu maupun hilir aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padma mengatakan, jika mengacu siklus cuaca, saat ini sudah memasuki puncak musim penghujan. Hanya saja pada tahun ini kondisinya berbeda. Curah hujan lebih sedikit. Nyaris tidak terlihat tanda-tanda muncul bencana hidrometeorologi.
‘’Munculnya low pressure area (titik tekanan daerah rendah) di dekat Benua Australia membuat awan hujan bergeser mendekati titik tersebut,’’ jelas dia kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Pejabat kelahiran Papua ini mengatakan, sejak sepekan terakhir, hujan di Tuban dan sekitarnya lebih sering terjadi pada siang hari. Itu pun dengan intensitas kecil. Hal yang sama terjadi hampir di semua daerah di utara Pulau Jawa. Dengan demikian, hujan di daerah hulu hingga hilir bengawan masih terkendali. Diprediksi kondisi yang sama terjadi hingga beberapa hari ke depan.
‘’Yang rawan hujan deras di daerah selatan Pulau Jawa, awan Cumulonimbus banyak terpantau di daerah selatan,’’ jelasnya.
- Advertisement -
Sejauh ini, status TMA di Bengawan Solo baru menyentuh siaga hijau dan kuning. Menurut pantauan BMKG Tuban, peralihan cuaca dari hujan ke kemarau sudah dimulai pada akhir Maret. Artinya, musim penghujan masih satu setengah bulan lagi. Dengan waktu yang cukup singkat, kemungkinan kondisi Bengawan Solo tak mengalami banyak perubahan.
‘’Belum ada tanda-tanda yang menunjukkan luapan Bengawan Solo. Semoga kondisinya seperti ini terus hingga kemarau,’’ kata Zem berharap. (yud/ds)