27.4 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

LPG 12 Kg Oplosan Sudah Mulai Beredar di Aceh

spot_img

RADAR TUBAN – Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh menemukan banyak laporan terkait sudah mulai beredarnya LPG 12 kg oplosan di tanah rencong, permasalahan ini harus segera disikapi oleh Pemerintah Aceh.

“LPG 12 kg oplosan sudah sangat menjamur di Aceh, dan semakin hari semakin bertambah,” kata Ketua Hiswana Migas Aceh Nahrawi Noerdin, di Banda Aceh, Sabtu.

Nahrawi menyampaikan, peredaran LPG 12 kg oplosan tersebut awalnya beredar dalam volume yang kecil, tetapi karena tidak ada tindakan tegas atau pembiaran, maka saat ini sudah menjadi merajalela di Aceh.

Akibat banyaknya LPG 12 oplosan, kata Nahrawi, saat ini ternyata disparitas harga di tengah masyarakat. LPG resmi tersebut harganya Rp210 per tabung, dan jika ada yang jauh lebih murah, maka patut diduga oplosan.

Baca Juga :  DPRD Usul City Gas di Merakurak, Pemkab: Gas Sumber untuk Kebutuhan Industri

Nahrawi menduga, LPG 12 kg oplosan tersebut dibawa dari Sumatera Utara untuk dipasarkan ke Aceh. Karena itu di provinsi tetangga tersebut selalu kekurangan LPG subsidi 3 kg akibat adanya pengoplosan.

“Semua dibuang ke Aceh. Sekarang saya yakin LPG 12 kg di Aceh banyak beredar yang oplos, apalagi harganya lebih murah di bawah ketetapan Pertamina,” ujarnya.

Hiswana menyebutkan, LPG oplosan tersebut dibawa ke Aceh dengan menggunakan jasa truk angkutan barang umum seperti sayur dan lainnya, bahkan melalui travel, karena biaya angkutnya juga lebih murah.

Dirinya meminta, terhadap truk-truk barang ke Aceh juga dilakukan razia mengingat mobil tersebut tidak boleh mengangkut LPG karena bisa menyebabkan terjadinya kebakaran dan lain sebagainya.

Baca Juga :  Garuda Maksimalkan Kesiapan Operasional Penerbangan Haji pada 2023

“Kalau bisa truk ke Aceh dirazia, karena mereka tidak boleh mengangkut LPG, melainkan harus dengan mobil standar,” katanya.

Terhadap masalah ini, Hiswana meminta Pemerintah Aceh segera menyurati Pemerintah Sumatera Utara untuk saling menjaga, jangan Aceh selalu menjadi tumpahan.

“Selalu Aceh jadi tumpahan, apalagi di saat LPG resmi tidak laku, tidak memberikan penambahan pendapatan untuk Aceh (PAD). Maka perlu perhatian pemerintah dari kedua daerah,” demikian Nahrawi Noerdin. (*)

Sumber: ANTARA, Pewarta: Rahmat Fajri

RADAR TUBAN – Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh menemukan banyak laporan terkait sudah mulai beredarnya LPG 12 kg oplosan di tanah rencong, permasalahan ini harus segera disikapi oleh Pemerintah Aceh.

“LPG 12 kg oplosan sudah sangat menjamur di Aceh, dan semakin hari semakin bertambah,” kata Ketua Hiswana Migas Aceh Nahrawi Noerdin, di Banda Aceh, Sabtu.

Nahrawi menyampaikan, peredaran LPG 12 kg oplosan tersebut awalnya beredar dalam volume yang kecil, tetapi karena tidak ada tindakan tegas atau pembiaran, maka saat ini sudah menjadi merajalela di Aceh.

Akibat banyaknya LPG 12 oplosan, kata Nahrawi, saat ini ternyata disparitas harga di tengah masyarakat. LPG resmi tersebut harganya Rp210 per tabung, dan jika ada yang jauh lebih murah, maka patut diduga oplosan.

Baca Juga :  Potret Siswa-Siswi Bernyali! Rela Bergelantungan untuk Pergi ke Sekolah

Nahrawi menduga, LPG 12 kg oplosan tersebut dibawa dari Sumatera Utara untuk dipasarkan ke Aceh. Karena itu di provinsi tetangga tersebut selalu kekurangan LPG subsidi 3 kg akibat adanya pengoplosan.

- Advertisement -

“Semua dibuang ke Aceh. Sekarang saya yakin LPG 12 kg di Aceh banyak beredar yang oplos, apalagi harganya lebih murah di bawah ketetapan Pertamina,” ujarnya.

Hiswana menyebutkan, LPG oplosan tersebut dibawa ke Aceh dengan menggunakan jasa truk angkutan barang umum seperti sayur dan lainnya, bahkan melalui travel, karena biaya angkutnya juga lebih murah.

Dirinya meminta, terhadap truk-truk barang ke Aceh juga dilakukan razia mengingat mobil tersebut tidak boleh mengangkut LPG karena bisa menyebabkan terjadinya kebakaran dan lain sebagainya.

Baca Juga :  Tersambar Petir Saat Bongkar Rumah, Dua Tewas, Satu Kritis

“Kalau bisa truk ke Aceh dirazia, karena mereka tidak boleh mengangkut LPG, melainkan harus dengan mobil standar,” katanya.

Terhadap masalah ini, Hiswana meminta Pemerintah Aceh segera menyurati Pemerintah Sumatera Utara untuk saling menjaga, jangan Aceh selalu menjadi tumpahan.

“Selalu Aceh jadi tumpahan, apalagi di saat LPG resmi tidak laku, tidak memberikan penambahan pendapatan untuk Aceh (PAD). Maka perlu perhatian pemerintah dari kedua daerah,” demikian Nahrawi Noerdin. (*)

Sumber: ANTARA, Pewarta: Rahmat Fajri

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img