TUBAN – Kemarau panjang tidak hanya menyebabkan kerawanan terhadap insiden kebakaran, tapi juga berdampak terhadap kesehatan. Salah satunya, infeksi saluran pernapasan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, Atiek Supratiningsih mengatakan, beberapa penyakit yang potensi meningkat selama musim kemarau ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (Ispa). Pemicunya, banyak debu masuk ke saluran pernapasan.
‘’Ispa menyebabkan seseorang mudah flu dan batuk,’’ katanya.
Selain Ispa, yang perlu diwaspadai menurut Atiek, yakni penyakit demam berdarah (DB).
Dikatakan dia, meski tak musim penghujan, potensi naiknya penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti tetap ada.
Sebab, adanya fenomena El-Nino yang menyebabkan curah hujan sangat rendah. Sehingga memicu genangan air tempat nyamuk aedes aegypti berkembang biak.
‘’Jadi, masyarakat harus semakin waspada, ketika ada genangan di sekitar rumah untuk segera dihilangkan,’’ ujarnya.
Meski turut mengkhawatirkan, saat ini angka penularan DB mengalami penurunan cukup signifikan. Itu karena masyarakat sudah sadar membasmi sarang nyamuk.
Lebih lanjut, Atiek menyampaikan, dengan kondisi cuaca yang cukup panas ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh.
Juga, menjaga pola makan dan istirahat yang cukup.
‘’Disaat kondisi seperti saat ini, pentingnya sekali menjaga kesehatan,’’ imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto Padama mengatakan, selama musim kemarau ini cuaca memang panas. Suhu udara di Tuban berdasarkan pengukuran BMKG Tuban rata-rata suhu maksimum hingga 32,3 derajat Celsius.
Kondisi cuaca lebih kering dan tidak ada tutupan awan. Sehingga pada siang terasa lebih panas, sedangkan saat malam atau dini hari terasa lebih dingin. (fud/tok)