TUBAN – Pelatihan jurnalistik bertajuk Radar Tuban Mengajar, Senin (18/9) singgah di MTs Manbail Futuh Jenu. Lebih kurang 20 peserta dari siswa-siswi terpilih mengikuti kegiatan jurnalisme tersebut.
Hadir menjadi pengajar, wartawan Jawa Pos Radar Tuban Ahmad Atho’illah bersama tim digital Adib Turmudzi.
Materi yang disampaikan meliputi pengenalan dunia kewartawanan, teknis peliputan dan penulisan berita, hingga tips menjadi penulis pemula.
Para peserta tampak begitu semangat mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir.
Kepala MTs Manbail Futuh, Ahmad Zaki Huda menuturkan, pelatihan jurnalistik bersama Jawa Pos Radar Tuban merupakan pengalaman berharga bagi siswa-siswi, termasuk para guru yang turut mendampingi.
Pasalnya, selama ini mereka hanya mengetahui jurnalistik dari kulit luarnya saja.
‘’Dengan pelatihan jurnalistik ini, para siswa dan guru menjadi lebih paham tentang dunia kewartawanan, tentang jurnalistik, dan tentang banyak hal yang berkaitan dengan kepenulisan,’’ tuturnya.
Tidak kalah penting dari itu semua, lanjut Zaki, adalah pemahaman dalam membedakan antara wartawan sungguhan—yang memegang teguh kode etik jurnalistik dan wartawan abal-abal atau orang menyamar menjadi wartawan dengan tujuan menakuti dan memeras.
‘’Pemahaman terkait wartawan ini sangat dibutuhkan bagi anak-anak, termasuk para guru. Sebab, di era sekarang ini banyak orang dengan mudah menyaru menjadi wartawan. Dengan pelatihan jurnalistik ini, kami menjadi paham (bagaimana membedakan wartawan sungguhan dan abal-abal, Red),’’ ujarnya.
Pada taraf yang lain, lanjut Zaki, tujuan pelatihan jurnalistik adalah menggugah literasi anak. Sebab, yang disampaikan pemateri tidak hanya cara menulis sebuah berita. Tapi juga memberikan motivasi menjadi seorang penulis pemula. Sebab, kemampuan menulis tidak hanya dibutuhkan oleh seorang wartawan.
‘’Kemampuan menulis dibutuhkan di setiap profesi pekerjaan. Harapannya, setelah ini, anak-anak dan guru mulai terbiasa menulis. Sehingga setiap momen dan kegiatan sekolah bisa terdokumentasikan secara rapi melalui tulisan,’’ tandasnya.
Dalam materi yang disampaikan, Atho’—sapaan akrab Ahmad Atho’ illah—menuturkan bahwa menulis adalah perjalanan. Tidak ada tulisan jelek atau buruk. Yang ada hanyalah proses.
‘’Menulis adalah ketekunan. Tidak ada penulis hebat tanpa ketekunan dan proses yang panjang. Memulai menulis adalah dengan menulis itu sendiri,’’ tegas dia. (tok)