TUBAN – Peninggalan sejarah masa penjajahan Belanda masih banyak tersisa di Desa Banyuurip, Kecamatan Senori. Salah satunya dari banyak peninggalan, yakni loji kluntung atau rumah pegawai migas belanda.
Benda bernilai sejarah itu berada di kawasan Pertamina EP. Oleh pemerintah desa setempat, kini rumah para kompeni saat bertugas mengolah migas itu dikembangkan menjadi tempat wisata sejarah. Namanya Kampung Londo atau kampungnya Belanda.
Anis Budiarti, salah satu pengelola wisata Kampung Londo menjelaskan, sejarah keberadaan Loji Kluntung ini berbarengan dengan datangnya Belanda di Indonesia, atau sekitar tahun 1886.
Mengetahui ada sumber migas di Banyuurip, pihak Belanda kemudian mendirikan perusahaan migas di tempat tersebut.
Dari literatur sejarah, perusahaan migas itu diberikan Dortsche Petroleum Maatschappij (DPM). Berdiri dari 1886–1942.
‘’Dari situ, kemudian pihak Belanda membangun rumah-rumah sebagai tempat tinggal para pegawai migas dari Belanda dan Eropa. Orang-orang menyebutnya rumah loji kluntung,’’ katanya.
Bentuk rumah loji ini sangat unik. Atapnya terbuat dari semacam tangki minyak yang dibelah menjadi dua—membentuk setengah lingkaran.
Dari depan, bangunan tampak membulat seperti tangki minyak.
‘’Seingat saya, loji kluntung ini tera khir ditempati pada 1997 sampai 2000-an. Saat itu, produksi minyak di sini masih tinggi. Setelah produksinya menurun, akhirnya tidak ditempati lagi,’’ terang Anis.
Selain memiliki nilai sejarah, hal unik lain dari loji adalah fungsinya. Selain sebagai rumah tinggal, juga berfungsi sebagai tempat perlindungan dari musuh saat mengintai dari udara.
‘’Jadi, fungsinya untuk mengelabui musuh. Ketika ada musuh melihat dari udara, mereka akan mengira itu sebuah tangki minyak, sehingga tidak mungkin menembak atau menjatuhkan bom, karena peraturan dalam perang dilarang menyerang penyimpanan bahan bakar,’’ ujarnya dan cukup masuk akal.
Berangkat dari sejarah panjang bangunan itulah, kemudian pemerintah desa memiliki inisiasi menjadikan rumah loji sebagai tempat wisata sejarah sekaligus taman bermain anak.
Lebih lanjut Anis mengemukakan, sesungguhnya, menjadikan rumah loji sebagai tempat wisata sejarah adalah bagian dari upaya merawat peninggalan sejarah.
‘’Ketika menjadi tempat wisata sejarah, ini adalah bagian dari bonus atas upaya kami menjaga peninggalan sejarah,’’ ungkapnya.
Karena itu, dia berharap adanya peran serta pemerintah daerah dalam merawat dan menjaga bendabenda peninggalan sejarah.
‘’Jangan sampai bangunan bersejarah ini hilang karena dimakan zaman. Sungguh kami berharap adanya peran serta pemerintah daerah, karena bangunan loji kluntung ini seharusnya bisa masuk sebagai cagar budaya, mengingat usianya sudah lebih seratus tahun,’’ harapnya. (fud/tok)