TUBAN – Untuk mengenang dan mengedukasi masyarakat tentang sejarah, Museum Kambang Putih Tuban menggelar Pameran Bersama dengan delapan museum se-Indonesia.
Setelah dibuka Sabtu (30/9) malam, pameran tahunan yang digelar di Gedung Budaya Loka, Jalan Basuki Rahmad Tuban tersebut siap dikunjungi masyarakat hingga 4 Oktober dengan gratis.
Selain Museum Kambang Putih Tuban selaku tuan rumah, Pameran Bersama yang terselenggara dengan meriah tersebut berkolaborasi dengan Museum Sunan Drajat (Lamongan), Museum R. A. Kartini (Rembang) dan Museum Olahraga (Surabaya).
Peserta berikutnya, Museum Bagawanta Bhari (Kediri), Museum Sunan Giri (Gresik), Museum Islam K.H. Hasyim Asy’ari (Jombang), dan Museum Rajekwesi (Bojonegoro).
Dalam rangkaian pembukaan pameran, juga diserahkan penghargaan juara melukis koleksi Museum Kambang Putih jenjang SMA/SMK/MA, SMP/MTs, dan SD/MI.
Dilanjutkan pembukaan pameran oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban M. Emawan Putra didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Sumardi dengan pemukulan kentongan.
Dalam sambutannya, Kepala Disbudporapar Tuban yang akrab disapa Wawan ini mengatakan, selain untuk menarik wisatawan, museum memiliki peran penting untuk mengedukasi tentang sejarah.
Menurut dia, sejarah harus dikenalkan kepada generasi muda melalui kegiatan yang menyenangkan. Salah satunya melalui pameran yang berkolaborasi dengan delapan museum tersebut.
‘’Selain untuk edukasi, pameran ini juga menjadi tempat mengenang sejarah,’’ tutur dia.
Pejabat lulusan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur ini mengatakan, delapan museum berkolaborasi memamerkan koleksi masterpiece atau unggulannya.
Museum Kambang Putih, menampilkan tonggak Kalpataru yang merupakan peninggalan Sunan Bonang.
Koleksi masterpiece tiang soko tunggal yang dimiliki Museum Kambang Putih itu dipajang tepat di tengah gedung sebagai daya tarik dan edukasi.
Salah satu bukti otentik tiang soko tunggal itu adalah usia kayu yang sudah divalidasi tes karbon di Laboratorium Miami, Amerika.
Salah satu lembaga internasional itu menentukan usia kayu diperkirakan sudah ada sejak 1445–1525.
Seperti diketahui pada era tersebut adalah zaman persebaran Islam masa Sunan Bonang.
‘’Sejarah harus dikenalkan dengan cara menyenangkan agar anak cucu kita tetap mengenang jasa pendahulunya,’’ tegas Wawan.
Mantan Inspektur wilayah IV Inspektorat Tuban ini mengatakan, Museum Kambang Putih akan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kunjungan masyarakat.
Apalagi, Museum Kambang Putih adalah satu-satunya wisata edukasi sejarah yang ada di Tuban. Sehingga, masyarakat yang datang ke museum tak hanya terhibur, namun juga mendapatkan pandangan baru seputar sejarah peradaban di Tuban.
‘’Kami siapkan sejumlah program agar wisata edukasi ini dikenal masyarakat luas,’’ ungkapnya.
Pembukaan pameran tersebut juga dihadiri oleh kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dari berbagai kabupaten/kota yang ikut Pameran Bersama.
Tamu selanjutnya Dinas Pendidikan (Disdik) Tuban yang diwakili Kabid Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Disdik Tuban Sucandi.
Acara semakin meriah karena pengunjung tak hanya dapat ilmu, tapi juga mendapatkan cenderamata dari setiap stan yang dikunjungi. (yud/tok)