Untuk pertama kalinya, Tuban dilanda gempa hebat dalam kurun waktu yang cukup lama. Dari belasan rumah yang dilaporkan rusak ringan hingga berat, bangunan milik Winarlin ini dilaporkan salah satu yang terparah sejak gempa pertama pada Jumat (22/3).
TATAPAN mata Winarlin tampak kosong. Sejak gempa bumi Jumat siang merobohkan bangunan kandang ayam miliknya, dia selalu duduk tak jauh dari puing-puing bangunan tersebut.
Foto bangunan roboh di Dusun Klampok, Desa Bejagung, Kecamatan Semanding itu adalah potret bangunan yang viral dan paling ramai jadi perbincangan pasca gempa.
Bangunan itu ternyata kandang ayam milik Winarlin.
Kandang itu lokasinya terpisah sekitar 100 meter dari bangunan utama rumahnya.
Gempa yang bersumber dari perairan Tuban itu mengakibatkan kandang tersebut ambruk. Nyaris tak lagi berwujud bangunan.
Wanita paro baya itu mengatakan, saat terjadi gempa, dirinya sedang berada di dalam rumah seorang diri. Tiba-tiba sekitar pukul 11.22 bangunan di sekeliling rumahnya bergetar, kemudian dia bergegas menyelamatkan diri keluar diiringi dengar teriakan warga sekitar rumahnya yang histeris saat melihat tanah di sekitarnya bergerak.
‘’Pada saat gempa, saya cuma bisa mengumandangkan takbir sambil menyelamatkan diri keluar rumah,’’ terangnya.
Gempa pertama berkekuatan 6.0 magnitudo itu menyebabkan salah satu bangunan rumah lansia itu rata dengan tanah. Bagian dari rumahnya yang mengalami kerusakan cukup parah itu terletak pada bangunan yang berisi sejumlah hewan ternak miliknya.
‘’Waktu menyelamatkan diri, tak berselang lama kemudian kandang ternak milik saya ambruk. Saya seketika hanya bisa menangis melihat beberapa ayam saya tertimpa bangunan,’’ ujar Winarlin.
Ayam-ayam peliharaannya itu banyak yang terlepas berhamburan keluar kandang saat bangunan tersebut sudah rata dengan tanah.
‘’Sedih pastinya, saya hanya bisa menyelamatkan beberapa ayam saja,’’ imbuhnya.
Menurut pengakuannya, bangunan tua miliknya itu berisikan 15 ayam.
Jika ditaksir kerugian materiil dari bangunan beserta isinya itu kurang lebih mencapai Rp 5 juta rupiah.
‘’Meski menelan kerugian yang banyak tapi masih bersyukur diberi keselamatan atas musibah ini,’’ jelasnya.
Sejak gempa pertama muncul, Winarlin memutuskan untuk berjaga-jaga di luar rumah. Tak berselang lama beberapa guncangan kembali melanda.
‘’Saya berada di dalam rumah, jadi saya bersama warga sekitar berjaga di luar rumah sambil menunggu kabar jika gempa sudah tidak melanda lagi,’’ pungkasnya. (an/yud)