28.9 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

Setelah Minyak Goreng, Elpiji, BBM, lalu Apa lagi yang Naik?

spot_img

Belum selesai urusan harga kedelai impor yang melambung tinggi dan minyak goreng (migor) yang mahal. Kini, diam-diam giliran harga elpiji nonsubsidi dan bahan bakar minyak (BBM) yang naik. Bak jatuh belum sempat berdiri. Masalah yang dihadapi rakyat silih berganti dan bertubi-tubi.

———————————————-
ROMAN wajah Zainul Arifin tampak masygul. Nota harga tabung elpiji ukuran 5,5 kilogram yang baru saja dibelinya dari salah satu toko elpiji di Kecamatan Semanding itu dipandanginya lamat-lamat. Sepertinya ada yang aneh dengan harga elpiji nonsubsidi tersebut. Harga yang tertulis dalam nota tidak seperti biasanya. Ada selisih harga yang cukup banyak.

‘’Buset, naiknya Rp 2 ribu (per kilogram),’’ kata Arif keheranan setelah melihat nota pembelian elpiji nonsubsidi tersebut.

Jika sebelumnya harga elpiji 5,5 sekitar Rp 76 ribu, sekarang menjadi Rp 88 ribu. Total kenaikannya sekitar Rp 12 ribu. Melihat fenomena harga kebutuhan dapur yang silih berganti naik tersebut, Arifin hanya bisa sambat. Dalam benaknya, dia amat kecewa dengan kebijakan pemerintah yang terus menaikkan harga kebutuhan dapur. Pasalnya, belum selesai urusan migor yang sulit dicari dan harganya yang masih belum terkendali, kini harus kembali menghadapi kenaikan harga elpiji.

‘’Semakin susah saja rakyat ini,’’ keluhnya.

Keluhan demi keluhan yang dirasakan bapak satu anak ini cukup beralasan. Sebab, pekerjaannya adalah pedagang warung makan dan penjual gorengan. Selain harus memenuhi kebutuhan elpiji, juga minyak goreng. Belum lagi masalah harga tempe dan tahu. Hampir lima bulan ini harga tempe dan tahu ikut merangkak naik menyusul bahan baku kedelai impor yang juga melambung tinggi.

Baca Juga :  Siapkan Rp 5,5 Miliar untuk Renovasi Total Alun-Alun Tuban

‘’Lengkap sudah masalah yang dihadapi rakyat,’’ ujarnya pasrah.

Ketika dikasih tahu harga BBM nonsubsidi yang juga naik, dia  semakin terkejut.

‘’Lho, BBM juga ikut naik. Buset…,’’ katanya terheran-heran.

Ketidaktahuan Arifin soal harga BBM nonsubsidi yang juga naik, cukup maklum. Sebab, dia tidak pernah bersinggungan dengan BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo maupun Pertamax Dex. Bahan bakar motornya cukup Pertalite.

‘’Kok semua (naiknya, Red) seperti diam-diam.’’ Hanya kata itu yang bisa diucapkan pedagang muda itu menyusul kebijakan kenaikan harga yang seakan diputuskan diam-diam tersebut.

Hal yang sama disampaikan Alek, konsumen lain elpiji 5,5 kilogram. Dia awalnya juga tidak tahu soal kenaikan harga elpiji. Dia baru tahu ketika gas elpijinya habis dan membeli yang baru.

‘’Saya juga kaget. Ternyata naiknya banyak sekali,’’ ujarnya.

Meski demikian, bagi Arifin dan Alek, berapa pun harganya tetap dibeli. Namun, keduanya sangat menyesalkan dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga elpiji di tengah harga kebutuhan dapur lainnya melambung tinggi.

Baca Juga :  Pensiun Dini Jadi Pembuka Rezeki

‘’Setelah minyak goreng yang sulit dicari dan harga masih tinggi, sekarang giliran elpiji juga ikut naik, setelah ini lalu apa lagi?’’ katanya yang seakan menyindir kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum bisa memberikan solusi untuk rakyat.

Sebagimana diketahui, per 27 Februari 2022, PT Pertamina secara resmi menaikkan harga elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram maupun 12 kilogram. Padahal, baru akhir Desember lalu Pertamina melakukan penyesuaian harga. Dari yang sebelumnya Rp 11.500 per kilogram menjadi Rp 13.500 per kilogram.

Namun, belum genap dua bulan penyesuaian harga berjalan, kini Pertamina kembali menaikkan harga elpiji nonsubsidi untuk ukuran 5,5 kilogram menjadi Rp 88 ribu dan Rp 187 ribu untuk elpiji ukuran 12 kilogram dari sebelumnya sekitar Rp 163 ribu.

Sementara kenaikan harga BBM nonsubsidi resmi berlaku per Kamis (3/3) lalu. Mengutip keterangan resmi Pertamina, kenaikan harga BBM berlaku untuk jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamax Dex. Kenaikan harga jual berkisar antara Rp 500-Rp 1000 per liternya. Di Pulau Jawa dan Bali, Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp 13.500 menjadi Rp 14.500 per liter. Lalu BBM jenis Dexlite naik dari Rp 12.150 menjadi 12.950 per liter. Sedangkan Pertamax Dex naik dari Rp 13.200 menjadi Rp 13.700 per liter. (tok/ds)

Belum selesai urusan harga kedelai impor yang melambung tinggi dan minyak goreng (migor) yang mahal. Kini, diam-diam giliran harga elpiji nonsubsidi dan bahan bakar minyak (BBM) yang naik. Bak jatuh belum sempat berdiri. Masalah yang dihadapi rakyat silih berganti dan bertubi-tubi.

———————————————-
ROMAN wajah Zainul Arifin tampak masygul. Nota harga tabung elpiji ukuran 5,5 kilogram yang baru saja dibelinya dari salah satu toko elpiji di Kecamatan Semanding itu dipandanginya lamat-lamat. Sepertinya ada yang aneh dengan harga elpiji nonsubsidi tersebut. Harga yang tertulis dalam nota tidak seperti biasanya. Ada selisih harga yang cukup banyak.

‘’Buset, naiknya Rp 2 ribu (per kilogram),’’ kata Arif keheranan setelah melihat nota pembelian elpiji nonsubsidi tersebut.

Jika sebelumnya harga elpiji 5,5 sekitar Rp 76 ribu, sekarang menjadi Rp 88 ribu. Total kenaikannya sekitar Rp 12 ribu. Melihat fenomena harga kebutuhan dapur yang silih berganti naik tersebut, Arifin hanya bisa sambat. Dalam benaknya, dia amat kecewa dengan kebijakan pemerintah yang terus menaikkan harga kebutuhan dapur. Pasalnya, belum selesai urusan migor yang sulit dicari dan harganya yang masih belum terkendali, kini harus kembali menghadapi kenaikan harga elpiji.

‘’Semakin susah saja rakyat ini,’’ keluhnya.

- Advertisement -

Keluhan demi keluhan yang dirasakan bapak satu anak ini cukup beralasan. Sebab, pekerjaannya adalah pedagang warung makan dan penjual gorengan. Selain harus memenuhi kebutuhan elpiji, juga minyak goreng. Belum lagi masalah harga tempe dan tahu. Hampir lima bulan ini harga tempe dan tahu ikut merangkak naik menyusul bahan baku kedelai impor yang juga melambung tinggi.

Baca Juga :  Penyesuaian Harga Jadi Momentum Perbaikan Struktur Pemberian Subsidi

‘’Lengkap sudah masalah yang dihadapi rakyat,’’ ujarnya pasrah.

Ketika dikasih tahu harga BBM nonsubsidi yang juga naik, dia  semakin terkejut.

‘’Lho, BBM juga ikut naik. Buset…,’’ katanya terheran-heran.

Ketidaktahuan Arifin soal harga BBM nonsubsidi yang juga naik, cukup maklum. Sebab, dia tidak pernah bersinggungan dengan BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo maupun Pertamax Dex. Bahan bakar motornya cukup Pertalite.

‘’Kok semua (naiknya, Red) seperti diam-diam.’’ Hanya kata itu yang bisa diucapkan pedagang muda itu menyusul kebijakan kenaikan harga yang seakan diputuskan diam-diam tersebut.

Hal yang sama disampaikan Alek, konsumen lain elpiji 5,5 kilogram. Dia awalnya juga tidak tahu soal kenaikan harga elpiji. Dia baru tahu ketika gas elpijinya habis dan membeli yang baru.

‘’Saya juga kaget. Ternyata naiknya banyak sekali,’’ ujarnya.

Meski demikian, bagi Arifin dan Alek, berapa pun harganya tetap dibeli. Namun, keduanya sangat menyesalkan dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga elpiji di tengah harga kebutuhan dapur lainnya melambung tinggi.

Baca Juga :  Penyelenggaraan Festival Mozaik Serentak Diundur Selasa

‘’Setelah minyak goreng yang sulit dicari dan harga masih tinggi, sekarang giliran elpiji juga ikut naik, setelah ini lalu apa lagi?’’ katanya yang seakan menyindir kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum bisa memberikan solusi untuk rakyat.

Sebagimana diketahui, per 27 Februari 2022, PT Pertamina secara resmi menaikkan harga elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram maupun 12 kilogram. Padahal, baru akhir Desember lalu Pertamina melakukan penyesuaian harga. Dari yang sebelumnya Rp 11.500 per kilogram menjadi Rp 13.500 per kilogram.

Namun, belum genap dua bulan penyesuaian harga berjalan, kini Pertamina kembali menaikkan harga elpiji nonsubsidi untuk ukuran 5,5 kilogram menjadi Rp 88 ribu dan Rp 187 ribu untuk elpiji ukuran 12 kilogram dari sebelumnya sekitar Rp 163 ribu.

Sementara kenaikan harga BBM nonsubsidi resmi berlaku per Kamis (3/3) lalu. Mengutip keterangan resmi Pertamina, kenaikan harga BBM berlaku untuk jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamax Dex. Kenaikan harga jual berkisar antara Rp 500-Rp 1000 per liternya. Di Pulau Jawa dan Bali, Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp 13.500 menjadi Rp 14.500 per liter. Lalu BBM jenis Dexlite naik dari Rp 12.150 menjadi 12.950 per liter. Sedangkan Pertamax Dex naik dari Rp 13.200 menjadi Rp 13.700 per liter. (tok/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img