Satu di antara problem penataan wajah kawasan perkotaan Tuban adalah semrawutnya kabel dan tiang provider di ruas-ruas jalan protokol. Sejauh ini nyaris tak tersentuh penataan. Kabel-kabel kian berpilin menambah ruwet wajah kota.
——————————————————
KETIKA melintas di sepanjang ruas-ruas jalan protokol dalam kota, pandanglah ke atas. Ke kiri dan kanan. Maka akan banyak dijumpai kabel listrik dan kabel-kabel jaringan yang saling berpilin. Juga tiang-tiang utilitas yang menopang kabel listrik, kabel telekomunikasi, kabel televisi berlangganan, hingga kabel penerangan jalan. Sengkarutnya kabel tersebut menambah kesan wajah kota yang semrawut. Tidak estetik.
Potret wajah kota yang dipenuhi ”jerawat” tersebut sudah berlangsung lama. Selama itu pula belum pernah ada upaya serius untuk menata. Terkesan, semua dibiarkan begitu saja. Bahkan, antara kabel yang masih fungsi dan afkir, yang legal dan ilegal pun tidak jelas. Lihat saja bagaimana kabel-kabel itu silang sengakarut—bergelantungan di atas trotoar dan sela-sela ranting pohon penghijauan. Tampak merusak pemandangan wajah kota yang seharusnya tertata.
Bagaimana Pemkab Tuban memandang problematika penataan kota yang sudah sedemikian rupa?
Gayung bersambut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPR PRKP) Tuban Agung Supriyadi mengungkapkan, konsep penataan kota yang lebih modern tengah digagas Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky. Termasuk penataan kabel-kabel listrik dan jaringan.
”Itu juga menjadi rencana besar Mas Bupati (sapaan akrab bupati) ke depan,’’ terang Agung menanggapi wacana Jawa Pos Radar Tuban terkait konsep penataan kota yang estetik.
Agung menegaskan, untuk mewujudkan rencana besar tersebut tidak seperti membalikkan telapak tangan. Terlebih, konsep tersebut harus mengubah dari yang sudah ada dan melibatkan banyak stakeholder. Menurutnya, lain cerita dengan membangun baru. Mulai dari nol.
‘’Karena itu, butuh proses yang cukup panjang. Mulai menyamakan persepsi, merancang kebutuhan anggaran, hingga implementasi lapangan. Banyak pihak yang terlibat,’’ ujarnya.
Namun demikian, terang mantan kepala Bagian Admnistrasi Pembangunan dan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Setda Tuban ini, konsep penataan kota yang lebih modern harus sudah digagas pemerintahan di bawah kepemimpinan bupati Lindra. Untuk saat ini, terang Agung, dimulai dari pembangunan sarana dan prasarana jalan baru.
Sebagaimana konsep Mas Bupati, papar dia, ketika membangun jalan harus dilengkapi dengan bahu jalan, saluran di dalamnya yang berfungsi untuk menanam kabel, lampu penerangan, dan ruang penghijauan di tepi jalan.
Konsep itulah, lanjut Agung, yang nantinya menjadi pilot project dalam menata Kota Tuban. ‘’Ini teman-teman masih di lapangan untuk mencari titik lokasi yang nantinya dijadikan percontohan,’’ terang penggemar Liverpool FC itu.
Diakui pejabat yang berdomisili di Kecamatan Bangilan ini, menata wajah kota yang bersih dari segala kesemrawutan kabel membutuhkan biaya yang cukup besar dan kesiapan dari banyak pihak. Kabel-kabel jaringan misalnya, tentu harus dikomunikasikan dengan kesiapan provider.
‘’Soal sarananya (saluran yang berfungsi menanam kabel, Red), pemkab siap untuk menyediakan. Soal pemasangan dan lainnya tentu butuh kesiapan dari pihak yang bersangkutan,’’ tandas Agung.
Karena itulah perlunya duduk bareng untuk menyamakan persepsi dan kesiapan bersama sebelum menentukan lokasi yang akan dijadikan pilot project. (tok/ds)