TUBAN, Radar Tuban – Awal kemarau diperkirakan dimulai pada 11 April. Prediksi tersebut kemarin (5/4) disampaikan Kepala Badan Meteorolofi Klimatologi Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto mengacu kajian klimatologis terbaru.
Zem sapaannya menjelaskan, permulaan musim kemarau ditetapkan berdasar curah hujan yang turun selama satu dasarian terakhir dan diikuti dua dasarian berikutnya secara berturut-turut. Mengacu riset 30 hari terakhir, hujan yang turun kurang dari 50 milimeter (mm).
”Curah hujan yang tergolong rendah tersebut menjadi acuan kuat untuk menentukan perkiraan awal musim kemarau,” ujarnya.
Awal musim kemarau pada 11―20 April terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban. Dari 20 kecamatan, hanya dua wilayah kecamatan yang belum masuk kemarau. Kedua kecamatan tersebut, Kecamatan Senori dan Kenduruan.
Menurut Zem, dua wilayah tersebut masuk pengecualian karena berlainan zona dan berada di wilayah barat daya Bumi Ronggolawe. Kedua kecamatan tersebut diperkirakan memasuki musim kemarau pada akhir April, sekitar 21―30 April.
”Lebih lambat satu dasarian dari wilayah mayoritas,’’ ujarnya.
Terkait puncak kemarau sebagian besar wilayah di Bumi Ronggolawe, Zem memerkirakan terjadi pada Agustus. Khusus Kecamatan Senori dan Kenduruan baru mengalaminya pada Juli. Menurut dia, dua kecamatan tersebut lebih cepat karena secara geografis lebih rentan daripada wilayah lain.
”Meski lebih lambat masuk musim kemarau, bukan jaminan lebih lambat pula mengalami puncaknya,” imbuhnya.
Zem menerangkan, banyak hal yang mempengaruhi puncak kemarau. Paling pokok adalah kondisi geografis wilayah tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau tahun ini berpotensi mendatangkan bencana kekeringan.
Sesuai riwayat, kabupaten di wilayah barat laut Jatim ini kerap dilanda bencana kekeringan. Dia berharap dengan informasi dini tersebut, masyarakat di daerah rawan kekeringan mempersiapkan diri.
Begitu juga instansi kebencanaan segera melakukan langkah strategis agar potensi kekeringan tidak terlalu parah. (sab/ds)