27.7 C
Tuban
Tuesday, 26 November 2024
spot_img
spot_img

Refleksi Hari Kartini: Tantangan Mencapai Kesetaraan Gender

spot_img

Oleh: Triana Pujilestari, Statistisi di BPS Kabupaten Tuban

“Setara memang tak harus sama. Namun, berjuang untuk mencapai kesetaraan gender hari ini sangat bermanfaat untuk masa depan perempuan berkelanjutan.”

 

BERBICARA tentang kesetaraan gender, sosok pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini adalah titi mangsa perjuangan perempuan dalam mendapatkan persamaan hak dengan laki-laki. Utamanya hak dalam mendapatkan pendidikan, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Pun dengan hak-hak yang lain, hak hidup secara terhormat, hak bebas dari rasa takut, dan hak dalam menentukan pilihan hidup tanpa meninggalkan kodrat sebagai perempuan.

Berkat perjuangannya dalam mengangkat derajat perempuan, tanggal lahirnya, 21 April diabadikan sebagai Hari Kartini. Hari yang menjadi simbol titi mangsa emansipasi wanita di Indonesia. Kini, setelah lebih dari seabad lamanya hak-hak perempuan diperjuangkan, sejauh mana kesetaraan gender sudah teraplikasikan, termasuk di Tuban?

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban menyebutkan, dari 484 ribu perempuan usia 15 tahun ke atas pada Agustus 2021 sebanyak 32,44 persennya berkegiatan mengurus rumah tangga. Meskipun beberapa dekade terakhir peran perempuan di ranah publik telah meningkat.

Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS juga menyebutkan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan rata-rata tumbuh 1,48 persen per tahun pada periode Agustus 2015-Agustus 2021. Berbeda dengan kondisi TPAK laki-laki, turun 0,09 persen pada periode yang sama.

Walaupun dari sisi jumlah, laki-laki usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi masih 1,45 kali lebih banyak dibandingkan perempuan, tetapi masih ada persoalan terkait upah. Data menunjukkan, perempuan ditemukan masih menjadi pendukung utama perkembangan ekonomi dari pekerjaan tanpa upah, yaitu hanya sebagai pekerja keluarga.

Baca Juga :  Program Makan Siang Gratis dan Solusinya

Pada Agustus 2021, BPS mencatat sebanyak 30 persen perempuan bekerja dengan status pekerja keluarga (pekerja tak dibayar). Ini berdampak pada besarnya kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Pun dalam menyumbang pendapatan rumah tangga hanya sekitar 31 persen. Masih jauh jika dibandingkan sumbangan pendapatan laki-laki, tetapi perkembangannya cukup menggembirakan.

Peran perempuan di ranah politik pun meningkat. Keterlibatan perempuan di parlemen pada 2021 mencapai 14 persen. Dari total anggota DPRD Kabupaten Tuban sebanyak 50 orang, 7 orang anggota di antaranya adalah perempuan. Artinya, perempuan sudah memiliki peningkatan akses dan ruang untuk bersuara dan menjadi bagian penentu kebijakan politik.

Demikian halnya dengan pengambilan keputusan pada pekerjaan. Lebih dari separo perempuan di Tuban bekerja sebagai tenaga profesional pada 2021 (58,8 persen). Namun, budaya patriarki seringkali membuat peran perempuan kerap tidak terlihat pada sistem ekonomi.

Di tengah capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 63,51 pada 2021 dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) sebesar 88,06, ternyata masih banyak tantangan perempuan guna mencapai masa depan setara. Di antaranya, kemiskinan, kekerasan, kesempatan kerja dan upah setara, peningkatan pengetahuan, serta keterampilan.

Jika melihat capaian nasional, mengutip data hasil riset bertajuk Global Gender Gap Report 2021 dari World Economic Forum (WEF), pada 2021 Indonesia menempati peringkat 101 dari 156 negara. Angka ketimpangan gender Indonesia sebesar 0,688. Ini merefleksikan partisipasi perempuan perlu ditingkatkan.

Baca Juga :  Revitalisasi Budaya Padi

McKinsey Global Institute juga memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) nasional bisa naik 135 miliar dolar AS pada 2024 jika tiga kondisi terpenuhi. Pertama, bila partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat. Kedua, bila lebih banyak perempuan bekerja penuh waktu. Ketiga, bila lebih banyak perempuan bekerja di sektor dengan produktivitas tinggi. Mencapai kondisi itu tak mudah, di tengah segala keterbatasan yang masih melingkupi perempuan.

BPS Kabupaten Tuban mencatat masih ada 73,7 persen perempuan usia 15 tahun ke atas yang hanya memiliki ijazah SMP ke bawah (termasuk tidak memiliki ijazah). Pendidikan bisa menjadi pintu masuk utama dalam mengakselerasi partisipasi perempuan.

Kesadaran atas kesetaraan gender semakin dalam dan luas. Kabupaten Tuban memiliki potensi penduduk perempuan yang besar. Data proyeksi penduduk perempuan pada 2021 (BPS) menunjukkan 70,71 persen perempuan Indonesia penduduk usia produktif.

Oleh karena itu, untuk masa depan perempuan Bumi Ronggolawe berbagai upaya dan peluang perlu dioptimalkan. Berbagai akses, baik fasilitas maupun ruang bagi perempuan harus diperkuat, khususnya di pedesaan.

Di samping berbagai bantuan sosial pendidikan, khususnya bagi kelompok perempuan miskin ataupun rentan. Tak kalah penting adalah melakukan sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran semua pihak atas pentingnya perempuan aktif dalam pendidikan.

Afirmasi diperkuat agar perempuan khususnya di pedesaan, punya kesempatan lebih besar. Kita sadari, kesetaraan gender masih perlu terus diperjuangkan. Setara memang tak harus sama. Namun, berjuang untuk mencapai kesetaraan gender hari ini sangat bermanfaat untuk masa depan perempuan berkelanjutan. (*)

Oleh: Triana Pujilestari, Statistisi di BPS Kabupaten Tuban

“Setara memang tak harus sama. Namun, berjuang untuk mencapai kesetaraan gender hari ini sangat bermanfaat untuk masa depan perempuan berkelanjutan.”

 

BERBICARA tentang kesetaraan gender, sosok pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini adalah titi mangsa perjuangan perempuan dalam mendapatkan persamaan hak dengan laki-laki. Utamanya hak dalam mendapatkan pendidikan, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Pun dengan hak-hak yang lain, hak hidup secara terhormat, hak bebas dari rasa takut, dan hak dalam menentukan pilihan hidup tanpa meninggalkan kodrat sebagai perempuan.

Berkat perjuangannya dalam mengangkat derajat perempuan, tanggal lahirnya, 21 April diabadikan sebagai Hari Kartini. Hari yang menjadi simbol titi mangsa emansipasi wanita di Indonesia. Kini, setelah lebih dari seabad lamanya hak-hak perempuan diperjuangkan, sejauh mana kesetaraan gender sudah teraplikasikan, termasuk di Tuban?

- Advertisement -

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban menyebutkan, dari 484 ribu perempuan usia 15 tahun ke atas pada Agustus 2021 sebanyak 32,44 persennya berkegiatan mengurus rumah tangga. Meskipun beberapa dekade terakhir peran perempuan di ranah publik telah meningkat.

Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS juga menyebutkan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan rata-rata tumbuh 1,48 persen per tahun pada periode Agustus 2015-Agustus 2021. Berbeda dengan kondisi TPAK laki-laki, turun 0,09 persen pada periode yang sama.

Walaupun dari sisi jumlah, laki-laki usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi masih 1,45 kali lebih banyak dibandingkan perempuan, tetapi masih ada persoalan terkait upah. Data menunjukkan, perempuan ditemukan masih menjadi pendukung utama perkembangan ekonomi dari pekerjaan tanpa upah, yaitu hanya sebagai pekerja keluarga.

Baca Juga :  Budaya Masjid dan Pasar di TV Ramadan

Pada Agustus 2021, BPS mencatat sebanyak 30 persen perempuan bekerja dengan status pekerja keluarga (pekerja tak dibayar). Ini berdampak pada besarnya kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Pun dalam menyumbang pendapatan rumah tangga hanya sekitar 31 persen. Masih jauh jika dibandingkan sumbangan pendapatan laki-laki, tetapi perkembangannya cukup menggembirakan.

Peran perempuan di ranah politik pun meningkat. Keterlibatan perempuan di parlemen pada 2021 mencapai 14 persen. Dari total anggota DPRD Kabupaten Tuban sebanyak 50 orang, 7 orang anggota di antaranya adalah perempuan. Artinya, perempuan sudah memiliki peningkatan akses dan ruang untuk bersuara dan menjadi bagian penentu kebijakan politik.

Demikian halnya dengan pengambilan keputusan pada pekerjaan. Lebih dari separo perempuan di Tuban bekerja sebagai tenaga profesional pada 2021 (58,8 persen). Namun, budaya patriarki seringkali membuat peran perempuan kerap tidak terlihat pada sistem ekonomi.

Di tengah capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 63,51 pada 2021 dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) sebesar 88,06, ternyata masih banyak tantangan perempuan guna mencapai masa depan setara. Di antaranya, kemiskinan, kekerasan, kesempatan kerja dan upah setara, peningkatan pengetahuan, serta keterampilan.

Jika melihat capaian nasional, mengutip data hasil riset bertajuk Global Gender Gap Report 2021 dari World Economic Forum (WEF), pada 2021 Indonesia menempati peringkat 101 dari 156 negara. Angka ketimpangan gender Indonesia sebesar 0,688. Ini merefleksikan partisipasi perempuan perlu ditingkatkan.

Baca Juga :  Triana Pujilestari: Menulis Kurangi Kejenuhan

McKinsey Global Institute juga memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) nasional bisa naik 135 miliar dolar AS pada 2024 jika tiga kondisi terpenuhi. Pertama, bila partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat. Kedua, bila lebih banyak perempuan bekerja penuh waktu. Ketiga, bila lebih banyak perempuan bekerja di sektor dengan produktivitas tinggi. Mencapai kondisi itu tak mudah, di tengah segala keterbatasan yang masih melingkupi perempuan.

BPS Kabupaten Tuban mencatat masih ada 73,7 persen perempuan usia 15 tahun ke atas yang hanya memiliki ijazah SMP ke bawah (termasuk tidak memiliki ijazah). Pendidikan bisa menjadi pintu masuk utama dalam mengakselerasi partisipasi perempuan.

Kesadaran atas kesetaraan gender semakin dalam dan luas. Kabupaten Tuban memiliki potensi penduduk perempuan yang besar. Data proyeksi penduduk perempuan pada 2021 (BPS) menunjukkan 70,71 persen perempuan Indonesia penduduk usia produktif.

Oleh karena itu, untuk masa depan perempuan Bumi Ronggolawe berbagai upaya dan peluang perlu dioptimalkan. Berbagai akses, baik fasilitas maupun ruang bagi perempuan harus diperkuat, khususnya di pedesaan.

Di samping berbagai bantuan sosial pendidikan, khususnya bagi kelompok perempuan miskin ataupun rentan. Tak kalah penting adalah melakukan sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran semua pihak atas pentingnya perempuan aktif dalam pendidikan.

Afirmasi diperkuat agar perempuan khususnya di pedesaan, punya kesempatan lebih besar. Kita sadari, kesetaraan gender masih perlu terus diperjuangkan. Setara memang tak harus sama. Namun, berjuang untuk mencapai kesetaraan gender hari ini sangat bermanfaat untuk masa depan perempuan berkelanjutan. (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img