27.6 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Cerita Ajeng Menembus Regis College, Massachusetts, Amerika Serikat

spot_img

Sebelum dinyatakan lulus dari SMAN 2 Tuban, Ajeng Rizqya Shabrina, 18, sudah diterima sebagai mahasiswi public health Regis College di Weston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Berikut cerita Ajeng yang akan terbang ke AS pada Agustus mendatang.

————————————————

SETELAH melalui berbagai tes, pada 19 Maret 2022 Ajeng dinyatakan diterima sebagai mahasiswi jurusan public health atau kesehatan masyarakat di Regis College, Massachusetts.

Setelah dinyatakan diterima, dia harus mengundurkan diri sebagai salah satu siswa yang eligible atau yang layak mendaftar SNMPTN.

‘’Sejak awal SMA ingin kuliah di AS,’’ tutur dia memulai wawancara dengan Jawa Pos Radar Tuban.

Pelajar yang tinggal di Jalan RE Martadinata, Gang Gemini ini mengatakan, keinginannya kuliah di luar negeri termotivasi dari Siti Nurjanah, tantenya yang lebih dulu tinggal di USA (United States of America) sejak awal 2000-an.

Kedua orang tua Ajeng pun mendukung penuh putrinya untuk melanjutkan pendidikan di negeri Paman Sam tersebut.

‘’Saat SMA, saya benar-benar mematangkan persiapan agar bisa menembus kampus di Amerika Serikat,’’ tuturnya.

Keberhasilan Ajeng menembus kampus ternama di AS tersebut butuh perjuangan panjang dan penuh liku.

Menjelang kelulusan, Ajeng aktif mencari informasi seputar kampus di negara yang diapit Samudra Pasifik dan Atlantik yang membuka jalur penerimaan siswa internasional. Yang jadi incarannya saat itu adalah Regis College, sebuah kampus terkenal di Massachusetts, negara bagian AS.

Baca Juga :  Lirik Penyihir Qodir Band, Dul Jaelani: Syair Keresahan Anak Muda di Era Sekarang

Setelah mendaftar awal 2022, Ajeng menjalani serangkaian tes tulis dan interview. Termasuk melengkapi dokumen administrasi, esai, surat rekomendasi, nilai TOEFL (test of english as foreign language), dan sebagainya.

Anak pasangan Moch. Ikhwan – Nur Aini ini menyampaikan, salah satu kunci keberhasilannya menembus kampus internasional adalah memiliki identitas yang kuat sebagai pelestari kebudayaan negara asal.

Saat mendaftar dan mengikuti tes, Ajeng memperkenalkan dirinya sebagai pesilat Rajawali yang merupakan anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

‘’Harus bangga dengan identitas daerah asal. Ini yang membuat saya berbeda dengan pendaftar dari negara lain,’’ tegasnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengatakan, pendaftar dari kampus internasional adalah pelajar dari berbagai latar belakang adat, budaya, dan pendidikan. Yang membuat mereka unik adalah identitas atau latar belakangnya yang berbeda. Peluang inilah yang ditangkap Ajeng saat mendaftar di kampus internasional tersebut.

‘’Darimana saya berasal dan latar belakang kehidupan saya ini yang membuat beda dari pendaftar lain,’’ ujarnya.

Tak kalah pentingnya adalah seorang pendaftar kampus luar negeri harus memiliki visi-misi yang jelas. Ajeng mengatakan, setelah lulus dari pendidikan di luar negeri, dia bertekad kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmunya. Visi itulah yang dia jelaskan pada esai yang ditulis ketika mendaftar.

Baca Juga :  40 Seniman Melukis di Tepi Pantai RE Martadinata

‘’Ilmu  yang saya dapatkan di negeri orang ini akan saya aplikasikan di tanah air,’’ ujarnya.

Ajeng mengatakan, awal saat mendaftar, dia memilih jurusan enviromental sustainbility atau lingkungan berkelanjutan. Namun, saat pemastian minat dan bakat, ditemukan sejumlah kendala yang membuatnya mengubah jurusan ke public health.

Dia mengatakan, jurusan pertama dan kedua yang dipilih tidak memiliki perbedaan jauh. Keduanya memiliki fokus pengabdian ke lingkungan dan masyarakat.

‘’Alhamdulillah, saya dapat beasiswa sekitar 30 persen. Sisanya masih bayar sendiri,’’ kata dia.

Keberhasilan Ajeng tak lepas dari dukungan penuh kedua orang tuanya. Sosok lain yang mendukungnya adalah Siti Nurjanah dan Christopher Candland, tante dan pamannya yang tinggal di AS.

Selama mengurus surat rekomendasi dan membuat esai, dia dibantu Farida Nur Laila, guru bahasa Inggris-nya di SMAN 2 Tuban.

‘’Semoga ilmu yang saya dapatkan nanti bermanfaat untuk bangsa dan negara,’’ ujar juara tiga storytelling SMA Award Jawa Pos 2021 itu. (yud/ds)

Sebelum dinyatakan lulus dari SMAN 2 Tuban, Ajeng Rizqya Shabrina, 18, sudah diterima sebagai mahasiswi public health Regis College di Weston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Berikut cerita Ajeng yang akan terbang ke AS pada Agustus mendatang.

————————————————

SETELAH melalui berbagai tes, pada 19 Maret 2022 Ajeng dinyatakan diterima sebagai mahasiswi jurusan public health atau kesehatan masyarakat di Regis College, Massachusetts.

Setelah dinyatakan diterima, dia harus mengundurkan diri sebagai salah satu siswa yang eligible atau yang layak mendaftar SNMPTN.

‘’Sejak awal SMA ingin kuliah di AS,’’ tutur dia memulai wawancara dengan Jawa Pos Radar Tuban.

- Advertisement -

Pelajar yang tinggal di Jalan RE Martadinata, Gang Gemini ini mengatakan, keinginannya kuliah di luar negeri termotivasi dari Siti Nurjanah, tantenya yang lebih dulu tinggal di USA (United States of America) sejak awal 2000-an.

Kedua orang tua Ajeng pun mendukung penuh putrinya untuk melanjutkan pendidikan di negeri Paman Sam tersebut.

‘’Saat SMA, saya benar-benar mematangkan persiapan agar bisa menembus kampus di Amerika Serikat,’’ tuturnya.

Keberhasilan Ajeng menembus kampus ternama di AS tersebut butuh perjuangan panjang dan penuh liku.

Menjelang kelulusan, Ajeng aktif mencari informasi seputar kampus di negara yang diapit Samudra Pasifik dan Atlantik yang membuka jalur penerimaan siswa internasional. Yang jadi incarannya saat itu adalah Regis College, sebuah kampus terkenal di Massachusetts, negara bagian AS.

Baca Juga :  CFN Taman Sleko, Episentrum Baru Ekonomi-Seni

Setelah mendaftar awal 2022, Ajeng menjalani serangkaian tes tulis dan interview. Termasuk melengkapi dokumen administrasi, esai, surat rekomendasi, nilai TOEFL (test of english as foreign language), dan sebagainya.

Anak pasangan Moch. Ikhwan – Nur Aini ini menyampaikan, salah satu kunci keberhasilannya menembus kampus internasional adalah memiliki identitas yang kuat sebagai pelestari kebudayaan negara asal.

Saat mendaftar dan mengikuti tes, Ajeng memperkenalkan dirinya sebagai pesilat Rajawali yang merupakan anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

‘’Harus bangga dengan identitas daerah asal. Ini yang membuat saya berbeda dengan pendaftar dari negara lain,’’ tegasnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengatakan, pendaftar dari kampus internasional adalah pelajar dari berbagai latar belakang adat, budaya, dan pendidikan. Yang membuat mereka unik adalah identitas atau latar belakangnya yang berbeda. Peluang inilah yang ditangkap Ajeng saat mendaftar di kampus internasional tersebut.

‘’Darimana saya berasal dan latar belakang kehidupan saya ini yang membuat beda dari pendaftar lain,’’ ujarnya.

Tak kalah pentingnya adalah seorang pendaftar kampus luar negeri harus memiliki visi-misi yang jelas. Ajeng mengatakan, setelah lulus dari pendidikan di luar negeri, dia bertekad kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmunya. Visi itulah yang dia jelaskan pada esai yang ditulis ketika mendaftar.

Baca Juga :  Saking Cintanya dengan Pariwisata, Diangkat Jadi Tugas Akhir

‘’Ilmu  yang saya dapatkan di negeri orang ini akan saya aplikasikan di tanah air,’’ ujarnya.

Ajeng mengatakan, awal saat mendaftar, dia memilih jurusan enviromental sustainbility atau lingkungan berkelanjutan. Namun, saat pemastian minat dan bakat, ditemukan sejumlah kendala yang membuatnya mengubah jurusan ke public health.

Dia mengatakan, jurusan pertama dan kedua yang dipilih tidak memiliki perbedaan jauh. Keduanya memiliki fokus pengabdian ke lingkungan dan masyarakat.

‘’Alhamdulillah, saya dapat beasiswa sekitar 30 persen. Sisanya masih bayar sendiri,’’ kata dia.

Keberhasilan Ajeng tak lepas dari dukungan penuh kedua orang tuanya. Sosok lain yang mendukungnya adalah Siti Nurjanah dan Christopher Candland, tante dan pamannya yang tinggal di AS.

Selama mengurus surat rekomendasi dan membuat esai, dia dibantu Farida Nur Laila, guru bahasa Inggris-nya di SMAN 2 Tuban.

‘’Semoga ilmu yang saya dapatkan nanti bermanfaat untuk bangsa dan negara,’’ ujar juara tiga storytelling SMA Award Jawa Pos 2021 itu. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img