TUBAN, Radar Tuban – Setelah dua tahun tidak ada penganugerahan piala Adipura menyusul mewabahnya pandemi Covid-19. Tahun ini, penilaian terhadap kabupaten/kota di bidang kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan tersebut kemungkinan bakal kembali digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Namun, seiring dengan perubahan indikator penilaian yang sangat ketat, tampaknya akan menjadi tantangan cukup berat bagi Pemkab Tuban untuk meraih Piala Adipura. Antara optimis dan masih pesimis.
‘’Meski berat, tetap harus optimis,’’ kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLH Hub) Tuban Bambang Irawan.
Disampaikan BI—sapaan akrabnya Bambang Irawan, jika sebelumnya penilaian Adipura hanya fokus pada kebersihan dan penataan ruang di area perkotaan, tahun ini lebih fokus pada pengelolaan—penanganan dan pengurangan sampah yang tertuang dalam kebijakan strategi daerah (Jakstrada). Skupnya pun lebih luas. Tidak hanya area kota.
‘’Kalau kota mungkin tidak berat, karena skupnya lebih kecil. Yang berat itu kabupaten (termasuk Tuban, Red),’’ katanya yang seakan menandaskan bahwa indikator penilaian yang harus dipenuhi cukup berat.
Apalagi, lanjut BI, hingga 2025 nanti harus mampu mencapai target yang ditetapkan pemerintah, yakni 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan sampah. d
‘’Dibutuhan terobosan-terobosan (inovasi, Red) untuk merealisasikannya. Karena ini target cukup berat,’’ katanya.
Lantas, sejauh mana kesiapan Pemkab Tuban dalam menyambut penilaian yang dilakukan KLHK? Disampaikan BI, segala indikator penilaian sudah disiapkan. Mulai dari laporan Jakstrada, penanganan sampah melalui tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), hingga upaya pengadaan bank sampah induk dengan kapasitas 10-20 ton per hari. Namun, diakui BI, dari sekian indikator tersebut, yang baru siap sepenuhnya adalah evaluasi pelaksanaan Jakstrada. (tok)