TUBAN, Radar Tuban – Selain anggaran, koneksi internet yang lamban menjadi alasan terkendalanya operasional ETLE (electronic traffic law enforcement) atau kamera tilang elektronik.
Meski belum digunakan untuk tilang elektronik, Pemkab Tuban memastikan dua CCTV (closed circuit television) yang sudah dipasang di Bundaran Letda Sucipto dan pertigaan Rest Area saat ini sudah berfungsi untuk memantau arus lalu lintas.
Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Tuban Imam Isdarmawan memastikan kamera pengintai yang dipasang pemkab tidak muspro. Termasuk kamera yang disiapkan untuk ETLE saat ini masih berfungsi untuk mengawasi lalu lintas.
‘’Manfaat kamera CCTV itu banyak, termasuk identifikasi kendaraan apabila ada kecelakaan dan kriminalitas,’’ tutur dia kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Pejabat asal Bojonegoro ini membenarkan kamera CCTV di Bundaran Patung dan Rest Area dipasang sejak 2019. Namun, yang dipasang saat itu bukan kamera pengintai untuk keperluan ETLE. Melainkan CCTV untuk kepentingan pengawasan jalan, termasuk untuk traffic counting atau penghitung lalu lintas harian.
Sekitar Maret 2021, dua kamera yang kompatibel untuk ETLE mulai disiapkan pemkab menyusul munculnya inovasi dari Mabes Polri terkait tilang elektronik.
Imam sapaan akrabnya menyampaikan dua kamera yang disiapkan untuk integrasi ETLE sebenarnya bisa digunakan, namun selama ini masih terkendala anggaran dan koneksi internet yang lamban.
Untuk operasional ETLE, kata dia, dibutuhkan internet dengan bandwith minimal 50 Mbps yang menggunakan fiber optik. Sedangkan internet yang dimiliki pemkab saat ini masih di bawah 20 Mbps dengan radio wireless. ‘’Kendala kebutuhan fiber optik ini sudah dibahas dan akan segera diselesaikan,’’ ungkapnya.
Lulusan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi ini mengakui jika kamera ETLE dioperasikan secara penuh, maka membutuhkan anggaran yang cukup besar. Jika mengacu anggaran pemasangan ETLE di kota-kota lain, satu titik ETLE menelan biaya sekitar Rp 800 juta – Rp 1,5 miliar.
‘’Masing-masing daerah memiliki kemampuan keuangan yang berbeda, jadi memang harus bertahap menyesuaikan anggaran,’’ ujarnya.
Selain anggaran, lanjut Imam, kecepatan internet di kota kecil seperti Tuban masih belum secepat koneksi internet di kota metropolitan. Dia mencontohkan kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Solo sudah memiliki jaringan fiber optik yang melingkar di semua jalan. Karena itu, untuk menyambungkan koneksi internet dengan bandwith up to 50 Mbps adalah hal yang mudah.
‘’Insya Allah tidak ada yang muspro dari semua barang yang sudah terpasang, ke depannya akan terus di-update,’’ ujarnya. (yud/ds)