KEPALA Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (DPUPR PRKP) Tuban Agung Supriyadi membeberkan, Jembatan Glendeng justru mengalami kerusakan terus-menerus setelah pengerjaan perbaikan lima bulan lalu.
Dia mengatakan, untuk penutupan kali ini kerusakannya cukup parah. Pilar jembatan lama pada sisi Tuban turun sekitar 30 sentimeter (cm). Kondisi ini menyebabkan tumpuan jembatan pendekat menggantung dan plat lantai tidak lagi bertumpu pada pilar, namun pada back wall.
Kerusakan lainnya pada pile cap pilar yang sudah tidak rata. Akibatnya, selisih tinggi pilar sisi Bojonegoro dan sisi Tuban sekitar 25 cm.
”Imbasnya permukaan jembatan miring ke sisi Tuban,” tegas dia kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (20/5).
Agung melanjutkan, kerusakan juga terjadi pada abutmen jembatan pendekat yang mengalami penurunan elevasi sekitar 4 cm.
‘’Intinya, Jembatan Glendeng saat ini sudah tidak layak secara teknis. Membahayakan para penggunanya,’’ tandasnya.
Pejabat asal Desa Sidodadi, Kecamatan Bangilan ini mengemukakan, ketidaklaikan jembatan penghubung Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban—Desa Kalirejo,Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro tersebut merupakan hasil kajian Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Provinsi Jawa Timur.
”Rekomendasi untuk menutup jembatan juga kami keluarkan,” ujar Agung.
Ditanya lebih lanjut terkait penyebab kerusakan parah jembatan tersebut, Agung menduga terjadi kesalahan konstruksi saat perbaikan pada akhir 2021 yang diperparah dengan kondisi cuaca sekaligus lokasi jembatan yang tidak mendukung.
Dia memaparkan, jembatan berusia sekitar 30 tahun tersebut berada di dua gigir atau lereng Sungai Bengawan Solo yang tinggi muka airnya sangat fluktuatif.
Di bagian lain, Agung juga meminta masyarakat untuk bersabar terkait penutupan total Jembatan Glendeng.
”Saya belum bisa memastikan kapan jembatan ini kembali laik dioperasikan,” tegasnya.(sab/ds)