Radartuban.jawapos.com – Masyarakat pengguna Jembatan Glendeng tidak kehabisan akal. Sejak akses jembatan tersebut ditutup total mulai 21 Mei lalu, diam-diam sebagian masyarakat tetap melewati jembatan yang menghubungkan Desa Simorejo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban dengan Desa Kalirejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro itu dengan cara meng-genjong motor atau sepeda anginnya melewati barigade beton yang terpasang pada mulut jembatan sisi utara di Desa Simorejo, Kecamatan Soko.
Penerobosan barisan beton itu dibantu satu—dua orang warga setempat yang menawarkan jasanya. Imbalannya sekali genjong hanya Rp 2 ribu.
Wisnu, salah satu pengguna Jembatan Glendeng mengaku hampir setiap hari menerobos beton pembatas jembatan dengan bantuan warga. Pekerja koperasi harian yang tinggal di Desa Tikusan, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ini mengungkapkan imbalan yang diberikan hanya Rp 2 ribu. Nominal tersebut sesuai keikhlasannya. Apalagi, warga yang membantunya tidak pernah meminta.
‘’Sudah membantu. Tidak enak kalau tidak ngasih apa-apa,’’ ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar kemarin (12/6).
Pengendara motor Honda Revo ini mengaku sekali waktu dirinya memberikan imbalan Rp 5 ribu. Pekerja koperasi yang nasabahnya rata-rata masyarakat Kecamatan Soko—Rengel ini menjelaskan, akibat penerobosan jembatan sepanjang 350 meter tersebut, dirinya mampu menghemat waktu.
Jika dia menuju Kecamatan Soko—Rengel melalui jalan alternatif Simorejo—Menilo—Soko—Bojonegoro, waktu yang ditempuh lebih lama sekitar 15—20 menit.
‘’Tidak efisien dengan pekerjaan saya. Kerja narik uang harus cepet-cepetan,’’ imbuhnya.
Maya Dewi Rahmawati, warga setempat mengungkapkan, penerobosan Jembatan Glendeng terjadi sejak beberapa hari setelah jembatan tersebut ditutup total.
Untuk imbalan, kata mahasiswi jurusan ekonomi pembangunan Universitas Bojonegoro ini, hanya berlaku bagi masyarakat luar. Untuk masyarakat setempat, terang dia, jarang dikenakan. ‘’Sungkan sama tetangga sendiri,’’ tuturnya.
Perempuan kelahiran 2000 ini melanjutkan, fenomena tersebut bisa dimaklumi karena penutupan akses jembatan dikeluhkan masyarakat, khususnya yang rutin mobile dari Bojonegoro-Tuban.
”Kalau melewati jalan alternatif jaraknya jauh dan memakan waktu lebih lama,” ujarnya.
Dikonfirmasi terkait fenomena tersebut, Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Tuban Imam Isdarmawan mengatakan, penerobosan Jembatan Glendeng yang dilakukan masyarakat merupakan hal dilematis bagi pihaknya.
Di satu sisi sudah jelas instansinya memutuskan menutup total akses jembatan. Di sisi lain berbenturan dengan efisiensi jarak dan waktu yang dibutuhkan masyarakat. Dia menyatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak soal ini.
‘’Semoga Jembatan Glendeng segera diperbaiki,’’ ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Tuban Agung Supriyadi berharap masyarakat untuk bersabar menunggu perbaikan Jembatan Glendeng.
Soal penerobosan jembatan, kata Agung sapaan akrabnya menyampaikan, memang tidak ada sanksi yang mengikat. Namun, dia berharap penerobosan seperti itu tidak terjadi lagi. Pejabat asal Desa Sidodadi, Kecamatan Bangilan ini kemudian mengingatkan saat ini kondisi Jembatan Glendeng tidak layak dilewati segala jenis kendaraan. ‘’Termasuk motor,’’ tegasnya.(sab/ds)