Radartuban.jawapos.com – Mengacu kalender Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban, seharusnya musim kemarau sudah dimulai sejak awal April lalu. Namun faktanya, justru hujan masih terus mengguyur. Bahkan, diprediksi masih akan berlangsung hingga jelang puncak kemarau yang diprediksi pertengahan Agustus atau bulan depan.
Mengutip laman BMKG, curah hujan berpeluang tinggi terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Timur selama Juli ini. Prakiraan curah hujan dasarian pertama hingga ketiga bulan Juli berada pada kriteria rendah–menengah (0–150 mm/dasarian). Ditambah kondisi selama bulan Juni menunjukkan kondisi La Nina yang lemah. Sehingga membuat aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi angin timuran. Hal ini yang mengakibatkan hujan masih turun di tengah musim kemarau.
Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padma lebih detail menjelaskan, ada gangguan atmosfer bumi yang mengakibatkan anomali cuaca. Sehingga diperkirakan hujan intensitas sedang hingga lebat masih terjadi selama beberapa hari ke depan. Dia mengatakan, hujan yang masih terjadi sifatnya parsial atau tidak menyeluruh. ‘’Ada gangguan atmosfer, semakin memperkuat kondisi kemarau basah,’’ ungkap dia kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Pejabat kelahiran Jayapura ini menyampaikan, meski demikian, prediksi puncak kemarau masih belum berubah. Dia menjelaskan, puncak kemarau diperkirakan masih terjadi Agustus. Namun, ada sedikit perbedaan pada puncak kemarau bulan depan. Diperkirakan puncak kemarau tidak terlalu kering karena kondisi hujan yang masih turun dengan deras di sebagian besar wilayah Tuban.
‘’Kondisi hujan tidak merata, jadi puncak kemarau diprediksi sekitar Agustus,’’ lanjut dia. (yud/tok)