Tangis haru menyambut kedatangan jemaah haji asal Tuban yang tergabung dalam kloter 1 kemarin (17/7). Di tempat penjemputan, Kompi Senapan C 502 Tuban, Jalan Sunan Kalijaga, semua luapan hati tumpah.
JAM dinding di pos jaga Kompi Senapan C 502 menunjukkan pukul 15.00 saat sepuluh bus pengangkut jemaah haji memasuki halaman markas kesatuan militer tersebut. Keluarga jemaah haji yang sebagian besar sudah menunggu sejak pagi langsung berhamburan mengejar bus. Begitu dekat, mereka langsung merangsek menuju dua pintu bus.
Begitu bus berhenti, jemaah yang turun satu per satu langsung berbaur dengan keluarganya. Pelukan, ciuman, dan cucuran air mata mewarnai penyambutan yang terasa haru biru tersebut. Tak hanya luapan rindu setelah 43 hari berpisah, penyambutan tersebut juga dipenuhi ungkapan syukur karena keluarga mereka kembali ke kampung halaman dengan kondisi sehat dan tak kurang apa pun.
‘’Terima kasih, Pak atas bantuannya selama di Makkah,’’ ujar Sarmi salah satu jemaah haji asal Kecamatan Rengel ketika hendak meninggalkan jemaah satu regunya. Ya, selama di Makkah, Sarni mengalami sakit. Untuk menjalankan rukun Islam kelima tersebut, dia banyak mendapat bantuan dari jemaah lain dan petugas haji.
Ketika kembali ke tanah air, kondisi Sarmi belum pulih sepenuhnya. Ketika diwawancarai awak media, dia masih duduk di atas kursi roda. ”Selama pemberangkatan ke Arab Saudi, saya sudah sakit, tapi syukurlah ketika melaksanakan ibadah haji, saya merasa semakin membaik. Saya bisa berjalan sedikit-sedikit, padahal sebelumnya tidak bisa,’’ tuturnya. Selama diwawancarai, Sarni tak henti-hentinya mengucapkan syukur karena bisa kembali ke tanah air dan bertemu keluarga dengan kondisi selamat.
Ungkapan syukur juga tak henti-hentinya diucapkan Suyitno dan Sundari, istrinya. Sambil menunggu keluarganya mengambil koper, dia menyampaikan kemudahan yang diberikan Allah kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Suyitno menyampaikan, dirinya tak pernah membayangkan sedikit pun bisa berangkat haji. Rezeki yang mengantarnya ke Tanah Suci tersebut datang 12 tahun lalu. Persisnya ketika dia mendapat dana kompensasi dari Pertamina sebesar Rp 25 juta.
”Tanpa pikir panjang dana ini yang saya gunakan mendaftar haji,” kata dia. Karena untuk mendaftar bersama istrinya membutuhkan dana Rp 51 juta, petani ini mengaku
menabung. ‘’Setelah ada keinginan itu, sedikit demi sedikit saya menabung,’’ ujar pria 60 tahun itu. Selain hasil sawahnya yang tidak begitu luas, keduanya juga mengumpulkan uang yang didapat selama bertaruh-tahun menjadi buruh tani. Itu pun tak banyak hanya mendapat Rp 38 juta.
”Kekurangan inilah yang kemudian saya tutupi dengan menjual satu sapi milik saya. Alhamdulillah akhirnya bisa mendaftar,’’ imbuhnya dengan mata berkaca-kaca.
Setelah mendaftar haji, Suyitno mengaku rezekinya kian melimpah. Dia mengibaratkan seluruh dana yang dikeluarkan untuk mendaftar telah dikembalikan Allah melalui berbagai cara. Selama di Madinah dan Makkah, pasangan suami-istri asal Desa Sumberrejo, Kecamatan Rengel ini juga mendapat kemudahan dalam beribadah.
‘’Alhamdulillah, saya bisa melakukan delapan kali umrah,’’ ujar pria beruban itu.
Sundari menambahkan, selama menjalankan rukun haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, dia dan suaminya diberi kemudahan. ‘’Hanya pas tawaf wada, saya sakit panas,’’ ujarnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Tuban Ahmad Munir mengatakan, jemaah haji asal Tuban terbang dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah pukul 18.45 waktu arab Saudi (WAS). Pesawat landing di Bandara Juanda pukul 05.58 WIB. Begitu tiba di Asrama Haji Sukolilo sekitar pukul 07.00, 446 jemaah dicek suhu tubuhnya dengan thermal scanner yang dipasang petugas di pintu masuk. Setelah itu dilanjutkan prosesi serah terima jemaah dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya kepada Kepala Kemenag Tuban. (fud/ds)