Meski berada di kota dan lokasinya di tepi jalan nasional, SDN Sukolilo 1 bernasib tragis. Ketika SDN lain pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2022 ini menerima siswa baru yang jumlahnya melebihi pagu, lembaga pendidikan ini justru hanya menerima satu siswa.Â
YUDHA SATRIA ADITAMA, Radartuban.jawapos.com
AHMAD Hanif Khairudin merupakan satu-satunya siswa baru SDN Sukolilo 1. Meski hanya menerima satu siswa, sekolah di Jalan Panglima Sudirman 94 Tuban ini tetap memulai pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama kemarin (18/7).
Karena hanya ada satu siswa, pembelajaran hari pertama yang seharusnya beragenda masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) serasa les privat.
Jawa Pos Radar Tuban yang mendatangi sekolah tersebut pada hari pertama masuk kemarin tidak melihat kegiatan MPLS seperti sekolah-sekolah lain. Ahmad, sapaan akrab siswa satu-satunya itu diajar layaknya siswa les privat. Dia diajarkan cara mengenalkan diri oleh Istifaiyah, guru yang sekaligus wali murid kelas I sekolah di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Tuban tersebut.
‘’Saya Ahmad, rumahnya Sukolilo gang I,’’ kata dia memperkenalkan diri dengan ekspresi malu.
Istifaiyah, guru kelas I SDN setempat  mengatakan, baru tahun ini sekolah tempatnya mengajar hanya mendapatkan satu siswa. Pada tahun-tahun sebelumnya, paling sedikit pendaftar masih lima siswa. Kalau tahun ini habis terserap, itu tidak lain karena imbas sistem zonasi yang sudah berjalan selama tiga tahun.
”Sistem zonasi menjadikan siswa semakin terserap habis ke sekolah lain yang lokasinya berdekatan,” terangnya.
SDN Sukolilo 1 berdekatan dengan enam SD negeri dan satu SD swasta. Sekolah negeri tersebut, SDN Sukolilo II, SDN Baturetno I, SDN Sendangharjo III, SDN Sendangharjo IV, SDN Kutorejo I, dan SDN Baturetno II. Satu-satunya sekolah swasta yang berdekatan adalah MI NU Tuban.
Isti sapaan akrab pendidik muda ini mengungkapkan, lulusan TK dari sekitar sekolahnya tidak lebih dari 50 siswa. ‘’Berapa pun siswanya, pembelajaran tatap muka tetap dilakukan,’’ ucap pendidik yang baru diangkat sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) itu.
Plh Kepala SDN Sukolilo 1 Sulistiyaningrum mengatakan, orang tua Ahmad mendaftar ke sekolahnya sejak hari pertama PPDB. Kedua orang tua Ahmad yang berlatar belakang wiraswasta itu memercayakan penuh anaknya di SDN Sukolilo 1 karena lokasi rumahnya berdekatan dengan sekolah.
Meski tahu anaknya merupakan satu-satunya siswa di lembaga pendidikan tersebut, kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan. ‘’Kedua orang tua tetap kukuh menyekolahkan anaknya di sini,’’ tuturnya.
Sulistiyaningrum memiliki pandangan berbeda terkait minimnya pendaftar di sekolahnya. Selain banyaknya SDN dan SD swasta yang lokasinya berdekatan, juga karena minimnya jumlah anak di sekitar Kelurahan Sukolilo. Juga pengaruh sistem zonasi yang menerapkan pemetaan baru.
‘’Sistem zonasi SD tahun ini menerapkan titik jarak dari dinas pendidikan, bukan jarak dari sekolah ke rumah siswa,’’ terangnya.
Dengan pemetaan titik jarak dari disdik, lanjut dia, banyak siswa mendaftar ke SD lain yang dinilai lebih unggul. Apalagi, sejumlah sekolah negeri di kawasan kota menerima pagu yang lebih besar. Demikian juga dengan sekolah swasta di kawasan kota yang menerima siswa lebih banyak.
‘’Berapa pun siswa yang diterima tidak akan memengaruhi kegiatan belajar mengajar,’’ tutur pendidik yang akan memasuki purnatugas dua tahun lagi itu.(*/ds)