Radartuban.jawapos.com – Ibarat medan palagan, pupuk bagi petani adalah senjata perang. Tanpa pupuk, jangan berharap mendapat kemenangan. Jangankan menang, melawan pun tak mampu. Itulah gambaran petani di sejumlah kecamatan saat ini. Mereka tidak bisa mendapatkan pupuk bersubsidi karena “terlucuti” data yang hilang di aplikasi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan pertanian dan perikanan (DKPPP) Tuban Arif Eko Yulianto mengatakan, meski data petani penerima pupuk bersubsidi di sejumlah kecamatan hilang dari aplikasi, namun tidak untuk jatah pupuk subsidinya.
‘’Stok pupuk subsidi sebenarnya ada. Tapi karena datanya (penerima, Red) hilang, sehingga pupuknya tidak bisa diakses (didistribusikan ke petani, Red),’’ katanya serupa pasukan yang dilucuti senjata perangnya.
Pupuknya ada, tapi tidak bisa digunakan. Dijelaskan Eko, proses pendistribusian pupuk bersubsidi kepada petani berdasarkan data dalam aplikasi. Sehingga, tegas dia, selama datanya tidak ada, maka pupuk tidak bisa didistribusikan. Meskipun toh sesungguhnya pupuk itu ada.
‘’Ada kesalahan sistem, data petani penerima pupuk bersubsidi hilang, sehingga (jatah pupuk untuk petani, Red) tidak bisa diakses,’’ jelasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, data penerima pupuk bersubsidi tersebut hilang di empat kecamatan, yakni Kecamatan Kenduruan, Jatirogo, Bangilan, dan Merakurak. Terparah di Bangilan. Hampir sebagian besar hilang. Sedangkan di kecamatan lain, antara 30-40 persen yang datanya hilang.
Kuota pupuk yang tersedia, sebanyak 69.409 ton jenis Urea dan 44.525 ton NPK. Jatah pupuk ini untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun nanti. Tapi karena ada data penerima yang hilang, sehingga tidak bisa diakses semua.
‘’Sesuai regulasi, penyaluran pupuk bersubsidi harus melalui aplikasi, tidak bisa manual,’’ ujarnya.
Karena itu, lanjut mantan Kabid Koperasi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban ini, kios penyedia pupuk bersubsidi tidak berani menyalurkan.
‘’Sebenarnya DKPPP Tuban sudah memperbolehkan kios menyalurkan pupuk secara manual. Tapi kios tidak berani melakukan. Takut berujung masalah, sebab pemerintah pusat belum mengeluarkan regulasi,’’ tuturnya.
Penelusuran Jawa Pos Radar Tuban, kelangkaan pupuk tidak hanya terjadi di empat kecamatan yang data penerimanya hilang, tapi juga di kecamatan lain. Dua di antaranya, Kecamatan Plumpang dan Grabagan.
Supandi, petani di Desa/Kecamatan Plumpang mengungkapkan, di kecamatan setempat pupuk subsidi terbilang sulit didapatkan. Kalau pun tersedia, ada yang tidak kebagian karena langsung habis dalam sekejap.
‘’Ada juga yang dijual dengan harga di atas harga eceran tertinggi,’’ keluhnya, padahal yang dijual adalah pupuk jenis bersubsidi.
Ditegaskan Supandi, jika aparat tidak percaya dengan kondisi pupuk yang sulit didapatkan tersebut, dia mempersilakan aparat berwenang turun ke lapangan.
‘’Jangan hanya data-data saja. Tapi kenyataan di lapangan seperti apa, harus dilihat juga,’’ tandasnya.
Keluhan serupa juga disampaikan salah satu petani di Kecamatan Grabagan. Salah satu petani di Desa Dahor juga mengeluh kepada wartawan koran ini perihal sulitnya mendapat pupuk bersubsidi.
‘’Harus cari kesana kemari, nempel (mengganti, Red) ke petani lain,’’ ujarnya, tapi enggan menyebut nama. (fud/sab/tok)