Ketokohan Sariban di bidang literasi kian terlegitimasi. Dedikasinya sebagai pelaku, penggagas, penggerak, dan penyemarak literasi di Bumi Ronggolawe, dibalas Anugerah Sutasoma oleh Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) beberapa waktu lalu.
ANUGERAH bergengsi di bidang literasi itu diterima Cak Sarib—sapaan karibnya, Selasa malam (11/10). Diserahkan BBJT dalam acara Anugerah Sutasoma 2022 di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya.
Dari tujuh kategori berikut penerima, Cak Sarib dilimpahi Anugerah Sutasoma 2022 kategori Guru Berdedikasi.
Kepada Jawa Pos Radar Tuban, warga Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban ini tidak menyangka dedikasinya akan berbalas anugerah macam itu. Selama ini, kata dia, tidak terpikirkan ihwal anugerah atau penghargaan.
Guru bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 2 Tuban itu hanya mengaku tawakal menjadi pendidik yang terus dan selalu menyadari bahwa literasi sangat penting bagi kecerdasan dan kearifan seseorang. Sehingga benar-benar perlu ditumbuhkan dan disebarluaskan kepada setiap orang.
‘’Baik di dalam maupun di luar sekolah,’’ ujarnya kemarin (29/10).
Sebagai tonggak awal, Cak Sarib mengenang, dakwah mengenai pentingnya literasi dilakukannya kali pertama ketika menjadi guru di SMPN 1 Widang sejak 1997. Pada 25 tahun silam itu, anak-anak didiknya diwajibkan rutin membaca di perpustakaan sekolah setempat lantas menulis rangkuman hasil membacanya.
‘’Sebagai apresiasi, rangkuman terbaik siswa lalu dibacakan pada upacara bendera saban Senin,’’ jelasnya.
Metode demikian, dilanjutkannya ketika bertugas di SMPN 2 Tuban pada awal 2020. Di sekolah ditempatinya hingga saat ini itulah, mantan copy editor surat kabar Karya Darma tersebut mulai intens mengecap manis demi manis ketawakalannya mengupayakan masyarakat literatif.
Salah satunya, berhasil membuat para siswa menerbitkan buku antologi puisi secara periodik. Juga esai karya para guru.
Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu menambahkan, hasil paling fenomenal dari gerakan literasi di SMPN 2 Tuban, yakni di tahbiskannya sekolah tingkat pertama tersebut menjadi Sekolah Literasi Nasional oleh lembaga mitra Perpustakaan Nasional bernama Nyalanesia Surakarta selama dua tahun berturut-turut, 2020 dan 2021.
‘’Semua hasil positif itu berkat kerja sama dan kerja keras semua pihak. Bukan sebab saya semata,’’ terangnya.
Menyadari gerakan literasi tak cukup disemarakkan di lingkup sekolah saja, Cak Sarib juga berprogresi di komunitas dan perkumpulan bahasa dan sastra. Misalnya, menjadi pembina organisasi sosial Ikatan Guru Penulis Tuban (IGPT), koordinator Jamaah Literasi Tuban (JLT), serta pembina Yayasan Pemuda Plumpang Bergerak Foundation.
‘’Komunitas atau perkumpulan seni di Tuban juga saya akrabi. Seni dan bahasa—sastra menghirup napas hampir sama. Jadi, bisa saling berdiskusi hingga berkolaborasi untuk penguatan literasi,’’ tuturnya.
Guru cum dosen di Universitas Islam Darul Ulum (Unisda) Lamongan dan Universitas Sunan Bonang (USB) Tuban ini mengemukakan, salah satu contoh bentuk keakraban antara bahasa—sastra dengan seni terjadi pada peringatan Hari Buku Nasional 2022 lalu dalam sarasehan materi kejayaan masa lalu Tuban di Perpustakaan Umum Daerah Tuban.
‘’Puluhan pegiat bahasa sastra dan seni saling memaparkan pemikiran dan gagasan. Memunculkan kuat suasana literatif,’’ jelasnya.
Lebih lanjut, Cak Sarib menganggap, aktivitasnya memintal dan menyambung tali literasi adalah ritus kepada kepentingan sosial. Dia bertetap, akan terus merawat ritus tersebut sampai akhir hayat. Tujuannya, mengajak lebih banyak orang menjadi literatif.
‘’Mendorong semakin banyak orang menjadi gudang pengetahuan. Sehingga, mereka mampu mengategorikan, menyeleksi, dan memilih pengetahuan yang berguna sebagai jalan keluar problem-problem kehidupan,’’ pungkasnya. (sab/tok)