27.7 C
Tuban
Sunday, 24 November 2024
spot_img
spot_img

Ini Resep Rahasia Sumarni Membikin Kuliner Khas Belut Cemplon yang Pedas

spot_img

RESEP yang dipakai Sumarmi dalam mengolah belut menjadi kuliner khas sangat rahasia. Kerahasiaan resep itu hanya diturunkan pada anaknya. Dan, kini sudah memiliki satu generasi yang disiapkan untuk melanjutkan.

Yang tampak dari ciri khas Walut Cemplon maha karya Sumarmi ini, adalah caranya dalam mengolah belut yang sangat tradisional. Dari mulai meracik bumbu hingga proses masak, semua dilakukan dengan cara yang tradisonal. Meski sudah ada mesin blender, namun untuk menghaluskan bumbu tetap menggunakan ulek. Dan semua itu dilakukannya sendiri hingga sekarang.

Pun saat proses memasak. Meski saat ini sudah ada kompor gas, namun tetap menggunakan tungku yang terbuat dari tanah dengan bahan bakar kayu. ‘’Kalau menurut saya, masakan itu kok rasanya lebih enak kalau pakai tungku,’’ ujarnya yang konsisten bertahan menggunakan cara-cara tradisional

Baca Juga :  Web Series Pelantikan Pejabat SOTK Baru Pemkab Tuban

Selain resep bumbu dan proses masak yang masih tradisional, Sumarmi juga pilih-pilih soal belut yang akan digunakan. Selama ini belut yang digunakan hanya belut sawah, bukan belut ternak. Selama ini dia disuplai dari Kecamatan Kanor, Bojonegoro. ‘’Yang paling banyak di sana (wilayah Kanor, Red). Jadi, sudah langganan. Dulu, perah pakai belut ternak, tapi ternyata rasanya nggak enak,’’ ungkap perempuan paro baya yang masih tampak sehat bugar itu.

Namun, tidak selamanya belut sawah itu disuplai dari Kanor. Tetapi, ada kalanya stok belut dari Kabupaten Bojonegoro itu menipis. ‘’Biasanya kalau sudah kehabisan stok ngambil dari Madura, bahkan pernah dari Kalimantan juga. Kalau di Tuban, belut sawahnya sangat sedikit, sehingga sulit diharapkan,’’ terang dia.

Baca Juga :  Tanam 4 Ribu Bibit Durian di Jatirogo dan Kenduruan

Ditanya soal cita rasa yang pedas. Perempuan yang sudah berusia 60 tahun ini mengatakan, soal cita rasa yang pedas memang sudah sejak awal identik dengan pedas. ‘’Tidak ada level kepedasan. Semua langsung pedas begitu saja,’’ katanya lantas tersenyum.

Soal resep, ditegaskan Sumarmi, adalah rahasia keluarga. Artinya, hanya keluarganya yang boleh tahu. Diungkapkan dia, sudah berkali-kali dimintai resep masakannya oleh orang. Namun, tidak pernah diberikan. ‘’Pernah saya mau diberi uang Rp 1 juta supaya memberikan resep, tapi tetap tidak saya berikan,’’ tandasnya.(fud/tok)

RESEP yang dipakai Sumarmi dalam mengolah belut menjadi kuliner khas sangat rahasia. Kerahasiaan resep itu hanya diturunkan pada anaknya. Dan, kini sudah memiliki satu generasi yang disiapkan untuk melanjutkan.

Yang tampak dari ciri khas Walut Cemplon maha karya Sumarmi ini, adalah caranya dalam mengolah belut yang sangat tradisional. Dari mulai meracik bumbu hingga proses masak, semua dilakukan dengan cara yang tradisonal. Meski sudah ada mesin blender, namun untuk menghaluskan bumbu tetap menggunakan ulek. Dan semua itu dilakukannya sendiri hingga sekarang.

Pun saat proses memasak. Meski saat ini sudah ada kompor gas, namun tetap menggunakan tungku yang terbuat dari tanah dengan bahan bakar kayu. ‘’Kalau menurut saya, masakan itu kok rasanya lebih enak kalau pakai tungku,’’ ujarnya yang konsisten bertahan menggunakan cara-cara tradisional

Baca Juga :  MTSN 3 Tuban Akhirnya Serahkan Ijazah, Kemenag: Penahanan Ijazah Tak Boleh Terulang

Selain resep bumbu dan proses masak yang masih tradisional, Sumarmi juga pilih-pilih soal belut yang akan digunakan. Selama ini belut yang digunakan hanya belut sawah, bukan belut ternak. Selama ini dia disuplai dari Kecamatan Kanor, Bojonegoro. ‘’Yang paling banyak di sana (wilayah Kanor, Red). Jadi, sudah langganan. Dulu, perah pakai belut ternak, tapi ternyata rasanya nggak enak,’’ ungkap perempuan paro baya yang masih tampak sehat bugar itu.

Namun, tidak selamanya belut sawah itu disuplai dari Kanor. Tetapi, ada kalanya stok belut dari Kabupaten Bojonegoro itu menipis. ‘’Biasanya kalau sudah kehabisan stok ngambil dari Madura, bahkan pernah dari Kalimantan juga. Kalau di Tuban, belut sawahnya sangat sedikit, sehingga sulit diharapkan,’’ terang dia.

- Advertisement -
Baca Juga :  Rest Area Tak Beroperasi Maksimal, Wisatawan Sulit Cari Oleh-Oleh Khas Tuban

Ditanya soal cita rasa yang pedas. Perempuan yang sudah berusia 60 tahun ini mengatakan, soal cita rasa yang pedas memang sudah sejak awal identik dengan pedas. ‘’Tidak ada level kepedasan. Semua langsung pedas begitu saja,’’ katanya lantas tersenyum.

Soal resep, ditegaskan Sumarmi, adalah rahasia keluarga. Artinya, hanya keluarganya yang boleh tahu. Diungkapkan dia, sudah berkali-kali dimintai resep masakannya oleh orang. Namun, tidak pernah diberikan. ‘’Pernah saya mau diberi uang Rp 1 juta supaya memberikan resep, tapi tetap tidak saya berikan,’’ tandasnya.(fud/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img