28.7 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

Refleksi Hari AIDS Sedunia 2022

Terdata 1.356 ODHA, Anak-Anak pun Tertular

spot_img

Hari AIDS Sedunia yang diperingati kemarin (1/12) adalah momentum untuk mengingatkan bahwa penyakit kelamin menular ini patut diwaspadai. Di Tuban, data pengidap virus HIV (human immunodefi ciency virus) ini cukup mencengangkan. Terbaru, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tuban mengantogi data sebanyak 1.356 orang dengan HIV AIDS (ODHA). Khusus sepanjang 2022 ini terdeksi 87 orang.

DARI 1.356 ODHA yang masuk dalam data IDI Tuban, sebanyak 303 orang sudah meninggal dunia. Sedangkan 1.053 orang masih hidup. Namun, ibarat gunung es, data tersebut hanya yang tampak di permukaan. Yang tidak tampak bisa jadi lebih banyak. Sebab, belum semua pengidap HIV memiliki kesadaran untuk melapor. Semua itu tidak lepas dari masih jamaknya stigma negatif terhadap ODHA.

‘’Mereka yang terdata juga belum menjalani pengobatan secara rutin. Dari seribu lebih ODHA yang masih hidup, hanya 942 orang yang pernah menjalani pengobatan terapi minum obat antiretroviral (ARV),’’ ungkap Ketua IDI Tuban dr Ahmad Syaifuddin Zuhri.

Disampaikan Zuhri—sapaan akrabnya—usia pengidap HIV ini cukup variatif. Tahun ini, misalnya. Dari yang terdeteksi sebanyak 87 orang. Rinciannya, 3 anakanak, 10 ibu hamil, 56 orang heteroseksual, 15 laki-laki penyuka sesama jenis, dan 13 wanita pekerja seks.

‘’Ini menjadi bukti bahwa virus ini dapat menular kepada siapa saja, tidak terkecuali anakanak. Karena itu, jangan memberikan stigma negatif kepada ODHA. Contohnya yang masih anak-anak ini, mereka adalah korban tertular dari orang tuanya. Anak-anak ini tidak tahu apa-apa,’’ tuturnya berharap tidak ada lagi stigma negatif terhadap ODHA.

Baca Juga :  Total Kasus Kematian Gangguan Ginjal Akut Hari Ini Naik jadi 143 Anak

Sebab itulah, pada momentum Hari AIDS Sedunia, dokter spesialis kandungan ini kembali mengingatkan bahwa HIV AIDS merupakan penyakit mematikan yang masih belum ada obatnya. ARV, terapi minum obat yang umum dilakukan para ODHA hanya untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Penyakitnya masih bisa menular melalui darah dan hubungan badan.

‘’Jauhi HIV AIDS, tapi jangan pernah jauhi para penyintasnya karena mereka juga perlu ditolong,’’ ungkap dia.

Lebih lanjut dokter spesialis lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini mengatakan, tidak semua penyintas HIV AIDS adalah pelaku seks yang menyimpang.

Sebagian dari mereka korban dari lingkungan. Seperti halnya tiga anak yang terdata menjadi pasien baru HIV AIDS pada tahun ini. Seluruhnya adalah korban dari perilaku orang tuanya.

‘’Jika salah satu pasangan suami istri terkena Terdata 1.356 ODHA, Anak-Anak pun Tertular HIV AIDS, maka ada peluang kelak anaknya juga akan tertular penyakit yang sama,’’ tuturnya.

Zuhri menjelaskan, secara umum HIV AIDS disebabkan oleh perilaku seks yang menyimpang seperti gonta-ganti pasangan atau hubungan sesama jenis.

Setelah terkena penyakit kelamin tersebut, para ODHA biasanya tidak sadar dan menularkan penyakitnya ke orang lain atau bahkan pasangannya sendiri.

Baca Juga :  Dokter Nilai Diet Mediteranian Sesuai untuk Orang Indonesia

‘’Jika sang ibu ketularan HIV AIDS, maka saat hamil peluang janin tertular HIV AIDS juga akan besar,’’ papar dia.

Maka dari itu, Dokter RSUD dr R. Koesma ini mengatakan, penyintas HIV AIDS harus jujur. Seperti halnya saat sang bapak terkena HIV AIDS, dia harus jujur ke pasangannya. Tujuannya, untuk mengurangi risiko penularan kepada istri atau anaknya.

‘’Saat sudah diketahui salah satu pasangan terkena HIV AIDS, maka potensi anak ibu hamil bisa melakukan screening sejak awal kehamilan untuk mengurangi risiko penularan kepada sang anak,’’ imbau dia.

Zuhri meneruskan, HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika virus HIV semakin lama di tubuh maka akan semakin banyak sel C4 yang hancur. Sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh akan semakin melemah dan rentan terserang berbagai penyakit.

‘’Jika terkena penyakit flu maka akan sakit flu dalam waktu lama, demikian pula ketika terkena penyakit lainnya,’’ kata dia.

Satu-satunya cara mendeteksi HIV dalam tubuh adalah melalui cek darah.

Zuhri mengatakan, banyak ODHA yang enggan melaporkan penyakitnya karena takut stigma masyarakat. Maka dari itu, dia mengajak masyarakat agar tidak menjauhi para ODHA.

‘’HIV AIDS hanya bisa menular melalui darah dan hubungan badan, selama tidak melakukan itu dengan para ODHA maka tidak perlu khawatir ketularan,’’ lanjutnya. (yud/tok)

Hari AIDS Sedunia yang diperingati kemarin (1/12) adalah momentum untuk mengingatkan bahwa penyakit kelamin menular ini patut diwaspadai. Di Tuban, data pengidap virus HIV (human immunodefi ciency virus) ini cukup mencengangkan. Terbaru, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tuban mengantogi data sebanyak 1.356 orang dengan HIV AIDS (ODHA). Khusus sepanjang 2022 ini terdeksi 87 orang.

DARI 1.356 ODHA yang masuk dalam data IDI Tuban, sebanyak 303 orang sudah meninggal dunia. Sedangkan 1.053 orang masih hidup. Namun, ibarat gunung es, data tersebut hanya yang tampak di permukaan. Yang tidak tampak bisa jadi lebih banyak. Sebab, belum semua pengidap HIV memiliki kesadaran untuk melapor. Semua itu tidak lepas dari masih jamaknya stigma negatif terhadap ODHA.

‘’Mereka yang terdata juga belum menjalani pengobatan secara rutin. Dari seribu lebih ODHA yang masih hidup, hanya 942 orang yang pernah menjalani pengobatan terapi minum obat antiretroviral (ARV),’’ ungkap Ketua IDI Tuban dr Ahmad Syaifuddin Zuhri.

Disampaikan Zuhri—sapaan akrabnya—usia pengidap HIV ini cukup variatif. Tahun ini, misalnya. Dari yang terdeteksi sebanyak 87 orang. Rinciannya, 3 anakanak, 10 ibu hamil, 56 orang heteroseksual, 15 laki-laki penyuka sesama jenis, dan 13 wanita pekerja seks.

‘’Ini menjadi bukti bahwa virus ini dapat menular kepada siapa saja, tidak terkecuali anakanak. Karena itu, jangan memberikan stigma negatif kepada ODHA. Contohnya yang masih anak-anak ini, mereka adalah korban tertular dari orang tuanya. Anak-anak ini tidak tahu apa-apa,’’ tuturnya berharap tidak ada lagi stigma negatif terhadap ODHA.

- Advertisement -
Baca Juga :  Gara-Gara Percaya Mitos, Harus Dijahit Dua Kali [podcast]

Sebab itulah, pada momentum Hari AIDS Sedunia, dokter spesialis kandungan ini kembali mengingatkan bahwa HIV AIDS merupakan penyakit mematikan yang masih belum ada obatnya. ARV, terapi minum obat yang umum dilakukan para ODHA hanya untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Penyakitnya masih bisa menular melalui darah dan hubungan badan.

‘’Jauhi HIV AIDS, tapi jangan pernah jauhi para penyintasnya karena mereka juga perlu ditolong,’’ ungkap dia.

Lebih lanjut dokter spesialis lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini mengatakan, tidak semua penyintas HIV AIDS adalah pelaku seks yang menyimpang.

Sebagian dari mereka korban dari lingkungan. Seperti halnya tiga anak yang terdata menjadi pasien baru HIV AIDS pada tahun ini. Seluruhnya adalah korban dari perilaku orang tuanya.

‘’Jika salah satu pasangan suami istri terkena Terdata 1.356 ODHA, Anak-Anak pun Tertular HIV AIDS, maka ada peluang kelak anaknya juga akan tertular penyakit yang sama,’’ tuturnya.

Zuhri menjelaskan, secara umum HIV AIDS disebabkan oleh perilaku seks yang menyimpang seperti gonta-ganti pasangan atau hubungan sesama jenis.

Setelah terkena penyakit kelamin tersebut, para ODHA biasanya tidak sadar dan menularkan penyakitnya ke orang lain atau bahkan pasangannya sendiri.

Baca Juga :  Tuban Siap-Siap Vaksin Dosis Keempat

‘’Jika sang ibu ketularan HIV AIDS, maka saat hamil peluang janin tertular HIV AIDS juga akan besar,’’ papar dia.

Maka dari itu, Dokter RSUD dr R. Koesma ini mengatakan, penyintas HIV AIDS harus jujur. Seperti halnya saat sang bapak terkena HIV AIDS, dia harus jujur ke pasangannya. Tujuannya, untuk mengurangi risiko penularan kepada istri atau anaknya.

‘’Saat sudah diketahui salah satu pasangan terkena HIV AIDS, maka potensi anak ibu hamil bisa melakukan screening sejak awal kehamilan untuk mengurangi risiko penularan kepada sang anak,’’ imbau dia.

Zuhri meneruskan, HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika virus HIV semakin lama di tubuh maka akan semakin banyak sel C4 yang hancur. Sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh akan semakin melemah dan rentan terserang berbagai penyakit.

‘’Jika terkena penyakit flu maka akan sakit flu dalam waktu lama, demikian pula ketika terkena penyakit lainnya,’’ kata dia.

Satu-satunya cara mendeteksi HIV dalam tubuh adalah melalui cek darah.

Zuhri mengatakan, banyak ODHA yang enggan melaporkan penyakitnya karena takut stigma masyarakat. Maka dari itu, dia mengajak masyarakat agar tidak menjauhi para ODHA.

‘’HIV AIDS hanya bisa menular melalui darah dan hubungan badan, selama tidak melakukan itu dengan para ODHA maka tidak perlu khawatir ketularan,’’ lanjutnya. (yud/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img