Banjir yang menerjang wilayah selatan Kabupaten Tuban sejak Rabu (30/11) pagi, kemarin (1/12) mulai menyusut. Meski ancaman bahaya sudah lewat, aktivitas ekonomi dan pendidikan pada enam kacamatan yang terendam bah belum pulih.
JIKA Kecamatan Parengan bukan berada di wilayah hilir Kali Kening, mungkin bah cepat surut, sebagaimana lima kecamatan terdampak lainnya. Problem geografis itulah yang harus diterima wilayah kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro itu.
‘’Ini perintah alam. Kita hanya menerima secara bijaksana. Mengakali situasi sebisa-bisanya,’’ ujar Camat Parengan Suwarsono saat meninjau banjir di Desa Brangkal, Kecamatan Parengan kemarin (1/12) siang.
Warsono, sapaannya, mengakui banjir di wilayahnya tidak separah Rabu (30/11).
Seperti diberitakan koran ini sebelumnya, sepuluh desa di Parengan terendam. Kesepuluh desa tersebut, Sembung, Kemlaten, Sukorejo, Margosari, Kumpulrejo, Cengkong, Parangbatu, Brangkal, Selogabus, dan Suciharjo. Ketinggian bah bervariasi sekitar 30-100 sentimeter (cm).
Kepala Desa Selogabus, Kecamatan Parengan Idrus Rasyidi melaporkan 175 rumah warganya terendam. Terparah di Dusun Pulo. Di dusun tersebut, sejak Rabu siang hingga petang, banjir mencapai satu meter lebih.
Karena tidak memungkinkan ditempati, sebagain besar warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Untuk mencukupi kebutuhan makan pengungsi, pemerintah desa setempat memasok makanan dari dapur umum.
Pantauan wartawan koran ini kemarin, genangan bah masih merendam sejumlah ruas jalan desa, lahan pertanian, dan gedung sekolah di Selogabus. Sebagian warga yang mengungsi di tempat tinggal kerabatnya belum kembali ke rumah.
Begitu juga yang mengungsi di kantor desa dan fasilitas umum lainnya. Mereka masih bertahan di tenda-tenda darurat.
Sementara itu, tidak sedikit warga yang kembali ke rumah mulai membersihkan endapan lumpur yang menggenangi halaman hingga lantai tempat tinggalnya. Selain membersihkan endapan lumpur, mereka juga membersihkan dan menjemur perabot rumah yang
sebelumnya terendam.
Suwarsono memastikan, hingga kemarin dapur umum masih mendistribusikan makan kepada pengungsi dan warga yang sudah kembali ke rumah.
Dia menyebut total lima unit dapur umum yang didirikan. Satu dapur induk didirikan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tuban yang melibatkan para Taruna Siaga Bencana (Tagana). Tempatnya di Desa Brangkal, Cengkong, Selogabus, Kumpulrejo, Margorejo, dan Suciharjo.
Berapa jumlah warga terdampak banjir di Parengan? Suwarsono mengestimasi sekitar 3.000 kepala keluarga (KK) dari sepuluh desa.
Alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) itu menyampai kan, warga yang terdampak banjir kategori parah sebelumnya telah mengantisipasi. Mereka menyelamatkan harta benda dan ternaknya di tempat yang aman sebelum rumahnya ditenggelamkan bah. ‘’Jadi meski terdampak parah, tidak banyak menderita kerugian,’’ ujarnya. (sab/ds)