TUBAN, Radar Tuban – Wisatawan luar kota yang berkunjung ke Tuban kesulitan mencari oleh-oleh khas Bumi Ronggolawe. Pemicunya, mereka kesulitan menemukan toko buah tangan yang representatif. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidaktahuan agen perjalanan untuk menunjukkan toko oleh-oleh.
Rest area yang diharapkan bisa memfasilitasi kebutuhan tersebut justru tak beroperasi maksimal.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis) Tuban Multazam Dawud mengatakan, dirinya sering diminta tamu atau wisatawan luar kota untuk menunjukkan oleh-oleh khas Tuban. Permintaan tersebut, kata dia, sulit dipenuhi. ‘’Di Tuban ini, kita kekurangan pusat kuliner dan oleh-oleh khas,’’ ujarnya.
Kepada wartawan koran ini, Multazam terang-terangan menyebut Bumi Ronggolawe belum memiliki identitas oleh-oleh khasnya. Kondisi ini menyebabkan agen travel dan tour tak mampu mengenalkan. ‘’Kami berharap Tuban memiliki tempat khusus untuk belanja oleh-oleh khas, sehingga kami bisa membawa ke sana,’’ ujarnya.
Multazam menyampaikan, dirinya pernah menyampaikan keluhan yang sama pada musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Selain itu, dia juga mengusulkan rambu-rambu menuju destinasi wisata. Menurut Multazam, selama ini rambu-rambu hanya berada di perkotaan dan tidak menyebar ke titik lokasi wisata. Kondisi ini yang menyebabkan banyak agen travel dan tour kebingungan.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Tuban Agus Wijaya mengatakan, oleh-oleh khas Tuban cukup banyak. Seperti keripik gayam, marning, emping jagung, dumbek, dan pelas. efCuma mungkin belum dipatenkan,ff ujarnya.
Selama ini, kata Agus, panggilan akrabnya, buah tangan tersebut dijual di IKM Mart yang difasilitasi institusinya. ‘’Juga ada di sejumlah toko mandiri,” kata dia. (fud/ds)