Radartuban.jawapos.com – Kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi berlaku sejak awal September 2022 berdampak serius terhadap ekonomi nelayan di pesisir Tuban.
Akibat pembatasan pembelian di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), para nelayan terpaksa merogoh kocek lebih dalam dengan membeli solar eceran. Pasalnya, solar yang didapat dari SPBU tidak mampu mencukupi kebutuhan nelayan.
Yusono, nelayan asal Desa Beji, Kecamatan Jenu mengungkapkan, awalnya pembatasan pembelian solar bersubsidi memang tidak begitu terasa. Namun, lama-lama ternyata cukup menyiksa.
Sebab, solar yang diterima tidak sepadan dengan kebutuhan. Akibatnya, untuk menambal kekurangan tersebut, para nelayan membeli solar eceran. Praktis, biaya operasional yang dikeluarkan lebih banyak.
‘’Dari harga solar di SPBU Rp 6.800 menjadi Rp 8.000 per liter,’’ ujarnya terpaksa membeli solar eceran untuk tambahan kebutuhan BBM.
Biasanya, Yosono, untuk sekali melaut, nelayan di desanya rata-rata membutuhkan setidaknya 30-40 liter. Namun, pembelian di SPBU membatasi hanya 20 liter. Artinya, masih ada kekurangan 10-20 liter untuk sekali melaut.
‘’Kekurangan inilah yang kami tutupi dengan membeli eceran. Sehingga ada selisih kurang lebih Rp 20 ribu,’’ katanya.
Radartuban.jawapos.com – Kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi berlaku sejak awal September 2022 berdampak serius terhadap ekonomi nelayan di pesisir Tuban.
Akibat pembatasan pembelian di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), para nelayan terpaksa merogoh kocek lebih dalam dengan membeli solar eceran. Pasalnya, solar yang didapat dari SPBU tidak mampu mencukupi kebutuhan nelayan.
Yusono, nelayan asal Desa Beji, Kecamatan Jenu mengungkapkan, awalnya pembatasan pembelian solar bersubsidi memang tidak begitu terasa. Namun, lama-lama ternyata cukup menyiksa.
Sebab, solar yang diterima tidak sepadan dengan kebutuhan. Akibatnya, untuk menambal kekurangan tersebut, para nelayan membeli solar eceran. Praktis, biaya operasional yang dikeluarkan lebih banyak.
‘’Dari harga solar di SPBU Rp 6.800 menjadi Rp 8.000 per liter,’’ ujarnya terpaksa membeli solar eceran untuk tambahan kebutuhan BBM.
- Advertisement -
Biasanya, Yosono, untuk sekali melaut, nelayan di desanya rata-rata membutuhkan setidaknya 30-40 liter. Namun, pembelian di SPBU membatasi hanya 20 liter. Artinya, masih ada kekurangan 10-20 liter untuk sekali melaut.
‘’Kekurangan inilah yang kami tutupi dengan membeli eceran. Sehingga ada selisih kurang lebih Rp 20 ribu,’’ katanya.