Untuk sementara hanya Berdua Foodtruck, food truck yang mampu bertahan dari ketatnya persaingan dengan kafe stasioner dan nomade di Tuban. Satu per satu food truck pendahulunya bertumbangan. Konsep apa yang berhasil dijualnya hingga survive selama beroperasi setahun terakhir?
KIFANI AMALIJA PUTRI, Tuban, Radar Tuban
SETIAP sore, sekitar pukul 16.00 hingga 16.30, Berdua Foodtruck mangkal di kawasan persawahan Jalan Sukarno-Hatta. Di kawasan persawahan Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban tersebut, mobil Toyota Kijang 1989 yang dimodifikasi menjadi minibar portabelnya, melapak.
Dengan menghadirkan konsep open kitchen, dapur, semua disajikan langsung di depan pengunjung. Tempat duduknya, kursi dan meja lipat minimalis.
Kawasan persawahan tersebut dipilih menjadi tempat mangkal karena menyuguhkan pemandangan senja.
Di tempat ini, para penikmat kopi yang nongkrong tidak hanya kalangan muda-mudi. Tidak sedikit dari mereka sastrawan.
‘’Dengan nongkrong di sini, mereka berharap mendapat inspirasi dari kegelisahannya,’’ tutur Fuad Kresna, manajer Berdua Foodtruck ketika diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban.
Mas Fu, panggilan akrabnya menyebut kafenya lahir dari sebuah kegelisahan seni. Kegelisahan itulah yang menggugahnya untuk membuat wadah bagi seniman Tuban dalam menggali inspirasi berseni mereka.
Salah satunya memfasilitasi panggung berjalan berupa food truck untuk pementasan. Pergelaran rutinnya pembacaan puisi.
Untuk sementara hanya Berdua Foodtruck, food truck yang mampu bertahan dari ketatnya persaingan dengan kafe stasioner dan nomade di Tuban. Satu per satu food truck pendahulunya bertumbangan. Konsep apa yang berhasil dijualnya hingga survive selama beroperasi setahun terakhir?
KIFANI AMALIJA PUTRI, Tuban, Radar Tuban
SETIAP sore, sekitar pukul 16.00 hingga 16.30, Berdua Foodtruck mangkal di kawasan persawahan Jalan Sukarno-Hatta. Di kawasan persawahan Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban tersebut, mobil Toyota Kijang 1989 yang dimodifikasi menjadi minibar portabelnya, melapak.
Dengan menghadirkan konsep open kitchen, dapur, semua disajikan langsung di depan pengunjung. Tempat duduknya, kursi dan meja lipat minimalis.
Kawasan persawahan tersebut dipilih menjadi tempat mangkal karena menyuguhkan pemandangan senja.
- Advertisement -
Di tempat ini, para penikmat kopi yang nongkrong tidak hanya kalangan muda-mudi. Tidak sedikit dari mereka sastrawan.
‘’Dengan nongkrong di sini, mereka berharap mendapat inspirasi dari kegelisahannya,’’ tutur Fuad Kresna, manajer Berdua Foodtruck ketika diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban.
Mas Fu, panggilan akrabnya menyebut kafenya lahir dari sebuah kegelisahan seni. Kegelisahan itulah yang menggugahnya untuk membuat wadah bagi seniman Tuban dalam menggali inspirasi berseni mereka.
Salah satunya memfasilitasi panggung berjalan berupa food truck untuk pementasan. Pergelaran rutinnya pembacaan puisi.