Setelah pondasi berdiri, bapak dua anak itu mulai menyiapkan perangkat bangunan lainnya. Salah satunya besi kerangka.
‘’Untuk begel besinya, saya garap di rumah sepulang bertugas. Biasanya selepas Isak,’’ tuturnya.
Setelah begel selesai dibuat di rumahnya Perum Gedongombo Permai blok F3, Seman ding, Tuban, yang hanya berjarak sekitar 350 meter dari rumah barunya, pria 47 tahun itu baru merangkainya di lokasi bangunan plus memasangnya. Pekerjaan lain yang juga dicicil adalah menggali tanah berbatu Gedongombo untuk septic tank. Sekarang, bangunan rumah baru Cahyo menuntaskan sekitar 40 persen.
Karena tempat hunian tersebut dibangun dari hasil menyisihkan sebagian penghasilannya dan sang istri pegawai negeri sipil (PNS), dia tidak menarget selesainya rumah berletel L yang rencananya dibangun dua lantai tersebut. Pertimbangan Cahyo membangun rumah barunya karena rumah lamanya yang bertipe 21 sudah tidak layak.
Betapa tidak, tempat hunian dengan luas bangunan 6x10m tersebut hanya memiliki dua kamar berukuran minimalis.
Dia menuturkan, anak laki-laki pertamanya yang kuliah tidak mungkin tinggal sekamar dengan adik perempuannya yang sudah kelas VIII SMP.
‘’Sebenarnya kebutuhan sebuah rumah yang ideal sangat mendesak. Karena keuangan yang terbatas, selaku kepala keluarga saya berusaha mewujudkan impian itu dengan seluruh kemampuan yang saya miliki,’’ ujar tentara yang menyelesaikan pendidikan Sekolah Calon Tamtama Rindam V/Brawijaya Magetan itu.
Rumah karya prajurit yang pernah ditugaskan dalam operasi militer di Timor Timur, Papua, Maluku, dan Aceh itu tak kalah dengan rumah buatan tukang.
Kepada wartawan koran ini, Cahyo memamerkan presisi pemasangan dinding kumbung, slub cor, hingga ba gian konstruksi lainnya.
‘’Nggak kalah dengan buatan tukang kan?’’ kata dia yang tak bisa menghitung biaya kalau bangunan rumah barunya dikerjakan tukang.
Cahyo mengaku memiliki keahlian membangun rumah secara otodidak. Dia memastikan itu karena selama bertugas di TNI bermatra darat tersebut tidak pernah tergabung dalam kesatuan zeni yang bertugas menyiapkan in frastruktur pendukung operasi militer. Juga bekang (pembekalan angkatan) yang mengurusi bekal dan pelayanan.
‘’Saya pendidikan infanteri (pasukan bersenjata bedil, Red),’’ ujar bintara lulusan Secaba Reguler Rindam V/ Brawijaya Jember itu.
Begitu juga pendidikan formalnya. Cahyo adalah lulusan Sekolah Teknik Mesin Negeri (STMN) Lamongan jurusan mekanik umum.
‘’Sekolah kejuruan saya dulu banyak bergelut dengan mesin,’’ tuturnya.