KEPALA Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Agus Wijaya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban tidak menampik soal migor subsidi yang belum merata di semua toko tersebut.
‘’Benar, pasokannya memang belum merata. Masih didominasi stok lama,’’ kata dia membenarkan.
Karena stok lama itulah, terang Agus, masih banyak toko di luar supermarket dan minimarket yang menjual migor di atas HET. Menurutnya, menjadi hal yang wajar
karena pedagang tidak mau rugi atas harga migor dengan stok lama.
‘’Rata-rata mereka (pedagang di luar supermarket dan minimarket, Red) kulakannya di atas HET,’’ terang dia.
Sementara itu, lanjut mantan Camat Montong ini, untuk stok migor di toko-toko modern adalah stok baru yang sudah sesuai HET.
‘’Kalau di supermarket dan mini market memang sudah stok baru, harganya sesuai yang ditetapkan pemerintah, maksimal Rp 14 ribu,’’ ujarnya.
Lantas, sampai kapan harga migor di luar toko modern ini akan menyesuaikan dengan HET? Agus belum bisa memastikan. Pun dengan pemerintah, juga tidak bisa mengintervensi harga terlalu dalam. Sebab, migor yang ada di toko-toko tradisional adalah stok lama.
‘’Yang bisa menjawab adalah seleksi pasar, tapi maksimal satu bulan menjelang Ramadan ini nanti Insya Allah akan kembali normal. Kalau stok yang lama habis, nanti mereka akan mendapat pasokan harga migor sesuai HET, sehingga harus menjual sesuai HET,’’ terangnya.
Namun demikian, operasi pasar tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada yang memainkan harga. Semisal, stok migor baru dibanderol harga stok lama dengan alasan harga kulakan lama.
‘’Ini rencananya pabrik minyak goreng di Jawa Timur akan segera melakukan operasi pasar ke semua wilayah secara bergilir, termasuk Tuban. Kalau nanti stoknya sudah
banyak, otomatis harga sudah tidak bisa dimainkan,’’ tandasnya. (tok)