Radartuban.jawapos.com – Menjelang Idul Adha, harga bawang merah terus merangkak naik sejak sepuluh hari terakhir. Kenaikan tersebut cukup fantastis, dari Rp 50 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp 70 ribu per kg. Naiknya harga bawang merah mengikuti lonjakan harga cabai rawit yang kemarin (4/7) masih bertengger di harga Rp 90 ribu per kg.
Setiasih, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Baru Tuban mengatakan, kenaikan harga bawang merah dipicu dari banyaknya petani yang mengalami gagal panen. Terutama di daerah penghasil terbesar komoditas ini. Di antaranya, Kabupaten Nganjuk, Jatim dan Kabupaten Bima Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi ini juga dipengaruhi daerah penyetok bawang merah yang belum memasuki masa panen. Salah satunya dari Tuban.
‘’Kalau belum ada panen dan permintaan bawang merah tinggi, harga bisa terus tinggi,’’ tuturnya.
Setiasih memprediksi setelah panen, stok bawang merah melimpah dan harga kembali stabil Rp 30-40 ribu per kg. Bahkan, lanjut dia, sangat memungkinkan harga bawang merah turun.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Baru Tuban Agus Abdullah Ubaidi mengatakan, pemerintah seharusnya segera melakukan langkah cepat untuk menyetabilkan kenaikan bahan pokok sejak beberapa bulan terakhir.
Menurut dia, jika pemerintah tidak segera mengambil langkah taktis, harga kebutuhan pokok lainnya bisa menyusul naik. Terlebih, menjelang Idul Adha. Harga kebutuhan pokok yang berpeluang ikut terkerek adalah gula, telur, dan minyak.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Agus Wijaya mengatakan, bawang merah dan kebutuhan bumbu dapur lain saat ini masih proses budidaya atau tanam. Kondisi tersebut diperburuk dengan cuaca tidak mendukung.
‘’Bawang merah dan cabai sangat resistensi dengan cuaca,’’ ujarnya.
Terkait kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, Agus menegaskan, institusinya tidak bisa melakukan intervensi karena kenaikan harga juga berlaku di daerah lain. (fud/ds)