TUBAN, Radar Tuban  – Drama kelangkaan minyak goreng (migor) sudah berlangsung beberapa bulan. Momen Ramadan dan Lebaran juga sudah berlalu. Pemerintah juga sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk migor curah dan larangan ekspor CPO (crude palm oil) atau minyak kelapa sawit mentah. Namun, sampai saat ini harga migor belum sepenuhnya turun.
Di sejumlah pasar tradisional di Tuban, harga terendah migor kemasan masih kisaran Rp 21-25 ribu per liter (tergantung merek). Sedangkan migor curah yang berdasarkan HET Rp 14 ribu per liter dan Rp 15.500 per kilogram (kg), di sebagian pasar masih dijual Rp 18-20 ribu per kg.
Terkait harga migor yang masih menjadi momok masyarakat tersebut, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Agus Wijaya mengatakan, dari sisi harga memang belum sepenuhnya terkendali. Namun, tegas dia, trennya sudah mulai turun.
‘’Masih mahal, tapi sudah mulai stabil,’’ tandasnya menjawab pertanyaan Jawa Pos Radar Tuban kemarin (10/5).
Harga migor curah yang mulai stabil, terang Agus, sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Dari yang sebelumnya fluktuatif di atas Rp 20 ribu, kini sudah stabil di bawah Rp 20 ribu per liter. ‘’Perlu proses (dalam mengendalikan harga seperti semula, Red),’’ terangnya.
Agus mengakui belum terkendalinya harga migor tersebut karena pasokan yang belum sepenuhnya pulih. Utamanya migor curah. Karena itulah, meski sudah ditetapkan HET oleh pemerintah, harga di tingkat konsumen masih cukup mahal.
‘’Meski (pasokan, Red) belum sepenuhnya pulih, tapi secara umum sudah aman,’’ terang mantan kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Tuban itu.
Disinggung soal potensi harga migor curah kembali stabil dan sesuai dengan HET, Agus mengemukakan, melihat pergerakan harga dalam beberapa pekan terakhir sepertinya tren harga migor akan konsisten menurun seiring mulai terkendalinya pasokan. Di Pasar Karangagung, Kecamatan Palang, misalnya, kata dia, harga di tingkat distributor sudah mendekati HET.
‘’Hari ini (kemarin, Red) di Pasar Karangagung, harga di tingkat konsumen sudah Rp 16.000 per kg. Di pasar lain rata-rata masih Rp 18 ribu per kg,’’ ujar mantan camat Montong itu.
Agus menegaskan, pemerintah daerah sulit untuk mengintervensi harga pasar. Sebab, harga pasar ditentukan supply and demand.
‘’Yang bisa kami lakukan adalah mengontrol dan memastikan pasokan aman. Dengan begitu, pelan-pelan harga bisa kembali stabil,’’ tandasnya. (tok/ds)