DARI semua peringatan hari pernikahan Ilayatifa dan Teguh Santoso, perayaan anniversary ke-19 tahun ini mungkin menjadi yang paling berkesan bagi mereka berdua. Di usia pernikahan yang tak lagi muda, mereka merayakannya dengan menonton MotoGP yang perdana digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Minggu (20/3).
‘’Saya suka otomotif sejak dulu, kebetulan ini ada MotoGP yang digelar di Indonesia bertepatan dengan anniversary ke-19,’’ kata Ilayatifa.
Saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban kemarin (21/3), Ilayatifa sedang berbelanja di salah satu pusat oleh-oleh tak jauh dari lokasi sirkuit. Pasutri ini ke Mandalika melalui jalur darat. Mereka berangkat dari Tuban dengan mobil pribadi, Kamis (17/3). Menempuh perjalanan sekitar 20 jam. Selain bersama suami, dia berangkat bersama dua saudaranya dan anaknya Keanu Firdaus.
‘’Naik mobil berlima. Gantian nyopir dari Tuban sampai Lombok,’’ ungkapnya.
Wanita yang tinggal di Desa Beji, Kecamatan Jenu ini mengatakan, sejak awal MotoGP diumumkan akan digelar di Indonesia, dia sudah mencari informasi seputar pelaksanaannya. Saat penjualan tiket dibuka awal bulan lalu, dia langsung mencari informasi pembelian. Hingga dia mendapatkan tiket seharga Rp 1,2 juta kategori west grand stand 1 purple zone.
‘’Sejak awal penjualan tiket dibuka, kategori VIP sudah langsung habis terjual,’’ ungkap dia.
Seperti diketahui, penjualan tiket MotoGP dibagi delapan kategori. Termurah kategori grey zone dengan harga tiket Rp 795 ribu hingga termahal black zone Rp 19,5 juta. Harga tiket bervariasi tergantung fasilitas dan paket yang dipilih. Sementara tiket yang dibeli Ilayatifa sekeluarga adalah paket untuk menonton race day atau hari H balapan digelar.
‘’Harga tiket untuk menonton balapan sekaligus panggung musik hiburan yang menghadirkan Slank dan band papan atas lain,’’ terang dia.
Saat di Lombok, Ila sapaan akrabnya menemukan fakta bahwa tidak semua penonton MotoGP adalah penggemar balapan. Sebagian besar masyarakat menonton karena penasaran. Selebihnya lagi menonton karena kebetulan tengah berwisata di Lombok. Itu yang membuat banyak orang kecele karena salah membeli tiket.
‘’Ada yang dapat tiket dengan harga lebih murah, tapi ternyata itu tiket untuk jadwal latihan Jumat, bukan saat pertandingan,’’ ungkapnya.
Wanita yang kesehariannya blogger itu mengatakan, menonton pertandingan MotoGP berbeda dengan menonton pertandaingan sepak bola. Itu yang membuat banyak orang salah kaprah. Saat di lokasi balapan, kata Ila, ada ratusan orang yang beranggapan beli tiket MotoGP bisa langsung on the spot. Padahal, reservasi tiket harus melalui online jauh sebelum pelaksanaan.
‘’Banyak orang yang tidak paham MotoGP, tapi ingin nonton karena ikut kemeriahannya,’’ tuturnya.
Untuk mencapai ke lokasi balapan pun tidak mudah. Kendaraan pribadi harus parkir di tempat yang lokasinya cukup jauh dari sirkuit. Selanjutnya, para pemegang tiket dijemput bus besar untuk menuju lokasi penjemputan kedua menggunakan bus kecil. Bus kecil itulah yang mengantarkan para penonton menuju ke kursi penonton sesuai zona masing-masing.
‘’Jadi tidak bisa datang, langsung masuk sirkuit seperti nonton sepak bola. Ini yang harus dipahami sebelum nonton MotoGP,’’ tegasnya.
Wanita yang juga perias senior di Tuban ini mengatakan, selama sepekan pelaksanaan ajang balapan internasional tersebut, semua penginapan di Lombok penuh. Bahkan, penginapan termurah dengan menggunakan tenda di bibir pantai seharga Rp 400 ribu pun sudah ter-booking jauh sebelum hari balapan. Jalanan di sekitar sirkuit pun sesak. Penerbangan juga penuh.
‘’Banyak orang kecewa karena sudah sampai Lombok, tapi tetap tidak bisa nonton MotoGP karena tidak paham mengenai mekanismenya,’’ ujar lulusan SMAN 1 Tuban itu. (yud/ds)