TUBAN, Radar Tuban -Perempuan berbaju merah muda itu membiarkan rambut bergelombangnya berayun diterpa angin pantai. Di atas trotoar Jalan RE Martadinata, tangan perempuan berkulit putih itu sibuk menyelesaikan lukisan panorama lautnya.
Seniman lukis berwajah ayu tersebut merupakan salah satu dari 40 pelukis yang mengikuti acara melukis on the spot. Acara di tepi pantai tersebut diinisiasi seorang pelukis senior Tuban, Masdibyo.
Dia menyampaikan, acara yang berlangsung mulai pagi hingga siang tersebut untuk memompa gairah kesenirupaan di Bumi Ronggolawe. Kepada Jawa Pos Radar Tuban, Dibyo sapaannya, mengatakan, kegiatan melukis tersebut tak ubahnya sebagai rangsangan sosial terhadap kesenian. “Supaya orang melihat kesenian di tempat yang tak terduga,” ujarnya.
Pria berambut gondrong ini mengungkapkan, seluruh pelukis yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut berasal dari Kota Mojokerto. Sebelum melukis di tepi pantai Bumi Ronggolawe, mereka menggelar seni rupa di Pendapa Kota Mojokerto. “Sebelumnya, mereka berkunjung ke galeri seni rupa saya. Sekalian saya buatkan acara melukis on the spot,” ujarnya.
Seniman yang mempunyai galeri seni rupa di Perumahan Puri, Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban ini mengungkapkan, seluruh karya yang dibuat 40 seniman Mojokerto tersebut akan dibawa pulang sebagai olah-oleh dari Tuban. Rencananya, karya panorama pesisir tersebut akan dipamerkan di lingkungan pemerintahan setempat. “Sebab, walikota Mojokerto sangat suka dengan seni rupa. Membawa 40 seniman ini juga hasil kesepakatan saya dengan walikota Mojokerto,” ujarnya.
Dibyo mengatakan, kedekatan antara pejabat dengan seni sangat diperlukan. Utamnya dalam mengikat harmoni pejabat dengan masyarakatnya. Selain ikatan harmoni, seniman kelahiran Pacitan, Lamongan ini juga mengungkapkan, kesenian yang dirawat cenderung bisa menangkis pesan-pesan kebencian. (sab/ds)