30.7 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

88 Pelaku “Love Scamming” asal Tiongkok Ditangkap Polisi. Apa Artinya Love Scamming?

spot_img

BATAM – Polda Kepulauan Riau bersama Divhubinter Polri bekerja sama dengan Ministry of Public Security Republik Rakyat Tiongkok (RRT) membongkar tindak pidana penipuan berkedok asmara (love scamming) di kawasan Cammo Industrial Park, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Kabid Humas Polda Kepri Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, dalam penggerebekan tersebut pihaknya berhasil menangkap sebanyak 88 orang warga negara China.
“Kerja sama ini berhasil mengungkap suatu jaringan internasional dalam pengungkapan kasus video scamming, yang mana kami menangkap 88 orang warga asing dari China,” ujar Pandra di lokasi kejadian di Batam Kepulauan Riau, Selasa (29/8).
Dia menjelaskan, dari 88 orang di antaranya adalah 83 laki-laki dan lima orang perempuan.
Modus yang digunakan dalam kasus ini adalah, para tersangka mengirim video seks atau video scamming kepada korban dan melakukan pemerasan melalui jaringan komunikasi daring.
Dia mengatakan, dari penyelidikan awal yang dilakukan kepolisian, korban masih berasal dari China. Tapi kepolisian masih melakukan penyelidikan dan pendalaman apakah ada warga Indonesia yang menjadi korban.
“Apabila ada warga negara Indonesia yang menjadi korban, ini akan kami berikan hukum yang berlaku di Indonesia. Namun, apabila korbannya berasal dari negara luar, maka akan dilakukan deportasi ke negara asal,” tutur Pandra.

Baca Juga :  3 Pasangan Mesum Diamankan Satpol PP di Tuban. Ada yang Masih 18 Tahun!!!

Dia menyebutkan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pendalaman terkait kasus ini.

“Saat ini kami sudah mengumpulkan barang bukti, alat bukti, termasuk 88 orang tersangka yang didampingi oleh kepolisian Tiongkok,” ujarnya. (Sumber: ANTARA Pewarta: Ilham Yude Pratama)

Arti Love Scamming
Love scamming juga dikenal dengan romance scamming merupakan jenis penipuan dimana sang penipu mencoba memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan romantis palsu.
Pelaku penipuan acap kali beroperasi melalui platform online, seperti aplikasi kencan, media sosial, atau aplikasi pesan.
Dalam mencari korban, biasanya para pelaku sudah mempersiapkan skema untuk menguras harta korban yang ditemuinya lewat media sosial.
Awalnya pelaku berusaha membangun emosional dengan korban. Mereka Biasanya berpura-pura tertarik atau jatuh cinta pada korban, seperti memberikan perhatian, pujian, atau janji-janji romantis.
Dalam aksi pura-puranya, sering kali pelaku love scamming juga mengaku sebagai orang yang sukses, baik secara finansial maupun sosial untuk menarik perhatian calon korbannya.
Nah, saat korban mulai tertarik alias terikat secara emosional, pelaku mulai melancarkan aksinya, menciptakan sebuah drama yang menceritakan bahwa dirinya membutuhkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan.
Setelah korban terperdaya dengan bujuk rayunya, dan pelaku telah mendapatkan apa yang diinginkannya, pelaku pun menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Orang-orang yang sudah menjadi korban dari fenomena ini juga biasanya jarang melaporkan kasus penipuan yang menimpa mereka ke pihak berwajib karena beberapa faktor, diantaranya merasa malu karena tertipu oleh topeng asmara, takut dijadikan bahan guyonan dan mendapat bully-an dari netizen, serta khawatir malah disalahkan karena kesalahannya. (*)

Baca Juga :  Tercatat 135 Laporan Kriminalitas di 2022, Kasus Penipuan Mendominasi

BATAM – Polda Kepulauan Riau bersama Divhubinter Polri bekerja sama dengan Ministry of Public Security Republik Rakyat Tiongkok (RRT) membongkar tindak pidana penipuan berkedok asmara (love scamming) di kawasan Cammo Industrial Park, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Kabid Humas Polda Kepri Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, dalam penggerebekan tersebut pihaknya berhasil menangkap sebanyak 88 orang warga negara China.
“Kerja sama ini berhasil mengungkap suatu jaringan internasional dalam pengungkapan kasus video scamming, yang mana kami menangkap 88 orang warga asing dari China,” ujar Pandra di lokasi kejadian di Batam Kepulauan Riau, Selasa (29/8).
Dia menjelaskan, dari 88 orang di antaranya adalah 83 laki-laki dan lima orang perempuan.
Modus yang digunakan dalam kasus ini adalah, para tersangka mengirim video seks atau video scamming kepada korban dan melakukan pemerasan melalui jaringan komunikasi daring.
Dia mengatakan, dari penyelidikan awal yang dilakukan kepolisian, korban masih berasal dari China. Tapi kepolisian masih melakukan penyelidikan dan pendalaman apakah ada warga Indonesia yang menjadi korban.
“Apabila ada warga negara Indonesia yang menjadi korban, ini akan kami berikan hukum yang berlaku di Indonesia. Namun, apabila korbannya berasal dari negara luar, maka akan dilakukan deportasi ke negara asal,” tutur Pandra.

Baca Juga :  Tergiur Rp 1,2 M dari Jual Organ, Ini Pengakuan 2 Pembunuh Anak 11 Tahun

Dia menyebutkan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pendalaman terkait kasus ini.

“Saat ini kami sudah mengumpulkan barang bukti, alat bukti, termasuk 88 orang tersangka yang didampingi oleh kepolisian Tiongkok,” ujarnya. (Sumber: ANTARA Pewarta: Ilham Yude Pratama)

Arti Love Scamming
Love scamming juga dikenal dengan romance scamming merupakan jenis penipuan dimana sang penipu mencoba memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan romantis palsu.
Pelaku penipuan acap kali beroperasi melalui platform online, seperti aplikasi kencan, media sosial, atau aplikasi pesan.
Dalam mencari korban, biasanya para pelaku sudah mempersiapkan skema untuk menguras harta korban yang ditemuinya lewat media sosial.
Awalnya pelaku berusaha membangun emosional dengan korban. Mereka Biasanya berpura-pura tertarik atau jatuh cinta pada korban, seperti memberikan perhatian, pujian, atau janji-janji romantis.
Dalam aksi pura-puranya, sering kali pelaku love scamming juga mengaku sebagai orang yang sukses, baik secara finansial maupun sosial untuk menarik perhatian calon korbannya.
Nah, saat korban mulai tertarik alias terikat secara emosional, pelaku mulai melancarkan aksinya, menciptakan sebuah drama yang menceritakan bahwa dirinya membutuhkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan.
Setelah korban terperdaya dengan bujuk rayunya, dan pelaku telah mendapatkan apa yang diinginkannya, pelaku pun menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Orang-orang yang sudah menjadi korban dari fenomena ini juga biasanya jarang melaporkan kasus penipuan yang menimpa mereka ke pihak berwajib karena beberapa faktor, diantaranya merasa malu karena tertipu oleh topeng asmara, takut dijadikan bahan guyonan dan mendapat bully-an dari netizen, serta khawatir malah disalahkan karena kesalahannya. (*)

Baca Juga :  Polisi Amankan Wanita Pemeran Video Mesum Tambakboyo

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img