Pergerakan indeks domestik kembali menunjukkan betapa pasar masih dihantui keraguan. Pada perdagangan Jumat (21/11) IDX ditutup di level 8.414,352, turun 5,564 poin atau -0,07 persen. Pelemahan ini kecil, tetapi cukup menggambarkan bahwa arus transaksi belum benar-benar menemukan tenaga dorong yang solid.
Ada jeda napas yang terasa jelas dalam laporan keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) edisi Oktober 2025. Dikutip dari Investor.id, bank dengan kode emiten BBCA itu membukukan laba bersih individual Rp 4,68 triliun.
Aroma kehati-hatian terasa pekat di Gedung Thamrin. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar dua hari, 18–19 November 2025, mengambil keputusan yang mencerminkan satu pesan besar: stabilitas tidak boleh goyah satu inci pun. Dalam tekanan dinamika global yang makin sulit ditebak, BI menahan BI-Rate di level 4,75 persen, tetap menjaga suku bunga Deposit Facility 3,75 persen, dan Lending Facility 5,50 persen.
Pasar modal kembali memanas. PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) punya peluang menembus level 8.500 pada perdagangan pekan ini. Optimisme itu bukan isapan jempol. Sejumlah data ekonomi penting siap rilis, sementara peluang Bank Indonesia menurunkan suku bunga kembali terbuka lebar.
Dominasi New York di panggung finansial internasional kembali mendapat legitimasi. Kota berjuluk “The Capital of Capital” itu menempati posisi teratas dalam Global Financial Centres Index (GFCI) edisi ke-37 dengan rating 769. London, Hong Kong, dan Singapura membuntuti—formasi yang menegaskan peta kekuatan global belum sepenuhnya bergeser, tapi tengah mengalami getaran besar dari kawasan Asia.
Bursa saham Indonesia kembali berguncang. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 24,73 poin atau 0,29 persen ke level 8.366,5 pada perdagangan Selasa (11/11).