TUBAN, Radar Tuban – Setelah penderita Covid-19 menurun, perhatian Pemkab Tuban kini tertuju pada wabah demam berdarah (DB). Tiga bulan terakhir, jumlah penderita penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus meningkat.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Tuban Atiek Supartiningsih mengatakan, merebaknya penyakit DB terjadi sejak Oktober lalu. ”Persisnya sejak masuk musim penghujan,” ujarnya saat dihubungi kemarin (4/1).
Atiek sapaan akrabnya menyampaikan, musim penghujan menjadi pemicu utama genangan air sebagai media perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti secara masif. ”Kasus ini selalu terulang setiap tahun. Setiap kali musim hujan,” tandasnya.
Terkait wilayah persebaran penyakit DB, dia mengatakan, tidak ada wilayah episentrum. Menurutnya, seluruh wilayah di Bumi Ronggolawe memiliki potensi atau kerawanan sama terkait kemunculan penyakit yang gejalanya diawali dengan demam lebih dari 38 derajat Celcius tersebut.
Humas RSUD dr R. Koesma Tuban Cyta Suryawiyati menyampaikan, sampai saat ini (kemarin, Red) jumlah pasien DB yang dirawat di rumah sakitnya sebanyak 60 orang. Rinciannya, 16 pasien menjalani rawat jalan dan 44 pasien rawat inap.
Cyta, panggilan akrabnya mengatakan, banyaknya pasien rawat inap tersebut karena baru-baru ini menerima gelombang migrasi 25 pasien rawat jalan. ”Tidak semua dari Tuban. Empat di antaranya dari Rembang (Jateng), Tulungagung, Lamongan, dan Bojonegoro,” ujar perempuan yang juga dokter tersebut.
Cyta memaparkan, pasien DB lokal didominasi dari Kecamatan Semanding dan Palang. Penderitanya didominasi anak-anak. Hal itu karena aktivitas anak-anak cenderung tidak terkontrol setiap waktu. Karena itu, kata Cyta, para orang tua diminta lebih waspada dalam menjaga aktivitas dan kesehatan anak-anaknya.
Lebih lanjut Atiek Supartiningsih berharap masyarakat Tuban lebih memerhatikan program yang dicanangkan pemerintah dalam memberantas DB. Paling efektif, menguras, menutup, dan memanfaatkan (3M) plus.
Penerapan program tersebut, terang dia, sering menguras tempat-tempat penampungan air agar bersih dan mengurangi kotoran dalam air. Berikutnya, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang bekas.
Sedangkan, upaya tambahan (plus) yang dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk di antaranya memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dan menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air. Selain itu memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, tidak menggantung pakaian di dalam kamar, dan menggunakan obat antinyamuk untuk mengurangi persebaran nyamuk.
”DB kali ini seiring pandemi korona. Keduanya harus dihindari bersama-sama,” pungkasnya.(sab/ds)Â