Radartuban.jawapos.com – Dalam rangka HUT IDI ke-72, Hari Kesehatan Nasional ke-58, dan Hari Jadi Tuban ke-729, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tuban menggelar bakti sosial.
Kegiatan di Balai Desa Plumpang tersebut digelar bersama Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) serta Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban dr. Bambang Priyo Utomo, Camat Plumpang Sae fiyudin, beserta Forkopimca, kepala Desa Plumpang, para ketua organisasi profesi beserta anggota.
Kegiatan bertema Cegah Stunting untuk Tuban Bangkit Berkarya itu dimulai pukul 08.00 dengan pembukaan dan dilanjutkan edukasi dalam konsep mini talkshow tentang penanganan stunting. Selama acara dipandu dr. Alfian dan drg. Ika.
Sebagai narasumber utama Ketua IDI Cabang Tuban dr. A. Syaifuddin Zuhri, Sp.OG serta Tim Pakar Satgas Stunting Kabupaten Tuban dr. Noverita Rochsitasari, SpA, MSi.Med., bersama perwakilan dari PDGI dan stakeholder layanan penanganan stunting di Kecamatan Plumpang.
Dihadiri sekitar 300 masyarakat umum yang mendapatkan sejumlah pelayanan kesehatan secara gratis. Mulai edukasi kesehatan mengenai stunting, pemeriksaan kesehatan ibu hamil, pembagian PMT stunting, dan pemeriksaan gigi anak.
Ketua IDI Cabang Tuban dr. A. Syaifuddin Zuhri, Sp.OG dalam mini talkshow menyampaikan program pencegahan dan penanganan stunting merupakan investasi pada sumber daya manusia dengan harapan menghasilkan manusia-manusia unggul yang mampu bersaing secara global dan membawa kesejahteraan dan kemajuan Indonesia.
‘’Penanganan stunting dilakukan mulai dari hulu sampai hilir. Meliputi persiapan bagi calon ibu, pendampingan pada ibu hamil, pendampingan pada balita usia di bawah dua tahun (baduta) serta penanganan stunting pada balita, khususnya baduta,’’ tuturnya.
Melalui edukasi tersebut, para calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pernikahan dan kehamilan beserta konsekuensinya.
Diharapkan kehamilan pada ibu merupakan kehamilan yang terencana dan diharapkan.
Kehamilan dilakukan pendampingan melalui pemeriksaan antenatal dan penanganan pada kehamilan risiko stunting. Semua diulas secara lengkap dalam talk show tersebut.
Sementara itu, dr. Noverita mengatakan, pencegahan merupakan aspek terpenting dalam tata laksana stunting.
Pencegahan stunting bersifat multi disiplin dan multi sektoral dengan memenuhi kebutuhan dasar anak sejak dalam kandungan, kebutuhan nutrisi dini melalui asi eksklusif dan MPASI (makanan pendamping ASI) yang baik dan benar, kebutuhan kasih sayang, kegiatan hygiene sanitasi serta imunisasi untuk mencegah penyakit infeksi.
‘’Pengoptimalan penggunaan buku KIA yang sudah ada di level masyarakat pada saat kunjungan posyandu setiap bulan untuk deteksi dini kejadian stunting penting untuk dilakukan oleh masyarakat secara luas,’’ tutur dia.
Kolaborasi organisasi profesi dalam kegiatan ini membawa pesan bahwa diperlukan kebersamaan, kolaborasi, dan sinergi dalam penanganan stunting.
SDM dan fasilitas kesehatan berperan pada penanganan spesifik kasus stunting berupa tindakan dan dukungan secara medis.
Stakeholder non kesehatan bersinergi dalam tindakan sensitif dengan upaya pemenuhan administrasi kependudukan sehingga sasaran bisa mengakses bantuan pemerintah.
Misalnya, kepesertaan BPJS PBI, penyediaan makanan tambahan bagi sasaran bahkan bila memungkinkan penyediaan akses untuk bekerja atau mendapatkan penghasilan bagi keluarga sasaran.
Pada kegiatan ini dilakukan pemeriksaan kehamilan termasuk USG pada 68 ibu hamil oleh 3 dokter spesialis obsgyn. Pemeriksaan balita stunting oleh spesialis anak, dan pemeriksaan
gigi oleh dokter gigi. Acara mendapatkan dukungan penuh dari semua kru Puskesmas Plumpang yang dipimpin dr. Boedi Winoto.
Masih dalam rangkaian baksos dilakukan pemberian santunan untuk 102 balita stunting dan santunan serta motivasi kepada 118 anak yatim. (yud/wid)