TUBAN, Radar Tuban – Kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali mewabah di Tuban. Tren peningkatan kasus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini berlangsung sejak Oktober 2021. Hingga Januari ini trennya terus naik.
Berdasar data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, pada Oktober tahun lalu, jumlah kasus DBD naik signifikan dari enam kasus pada September menjadi 42 kasus di Oktober. Berikutnya, November meningkat menjadi 67 kasus dan Desember naik lagi menjadi 97 kasus.
‘’Untuk Januari ini, dari tanggal 1 hingga 19 sudah tercatat 48 kasus,’’ kata Sekretaris Dinkes P2KB Tuban Lulut Purwanto kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (21/1). Itu berarti per hari rata-rata 2-3 kasus DBD.
Mengacu data dinkes P2KB, hingga 19 Januari, seluruh pasien DBD berhasil sembuh dan tidak ada pasien meninggal dunia. Meninggalnya pasien DBD Â berinisial SR, 6, warga Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban kemarin (21/1) sekitar pukul 11.15 belum ter-input pada institusi ini.
Lulut sapaan akrabnya menyampaikan, pasien kasus DBD tersebar merata di hampir 20 kecamatan se-Kabupaten Tuban. Karena itu, terang dia, seluruh masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. ‘’Sampai saat ini belum ada laporan yang meninggal dunia,’’ tegasnya.
Disinggung terkait meninggalnya pasien yang diduga sebagai penderita DBD saat menjalani perawatan di RSUD dr R. Koesma Tuban, mantan kasi kesehatan masyarakat (kesmas) ini mengaku belum ada laporan yang masuk. ‘’Sampai siang tadi (kemarin, Red) belum ada laporan. Nanti kita kroscek,’’ ujarnya.
Diakui pejabat lulusan Diploma IV gizi masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia (FKUI) ini, kewaspadaan tinggi terhadap persebaran nyamuk Aedes aegypti memang harus ditingkatkan. Terlebih, Januari hingga Februari adalah puncaknya musim penghujan tahun ini. Dan, selama puncak musim penghujan inilah DBD berpotensi mewabah. ‘’Kewaspadaan tinggi itu dengan meningkatkan pola hidup bersih,’’ ujarnya.
Lulut menegaskan, mencegah lebih baik dari fogging. Artinya, yang harus diutamakan dalam mencegah persebaran nyamuk DBD adalah pola hidup bersih dan sehat dengan menerapkan 3M plus. Yakni, menguras (membersihan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air), menutup (tutup rapat-rapat penampungan air), mengubur (mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk), dan plus (menghindari gigitan nyamuk), tidur memakai kelambu, memakai obat nyamuk, menabur abate/ikan pemakan jentik nyamuk, dan menata baju gantungan). ‘’Karena fogging atau pengasapan bukan tujuan utama memberantas DBD,’’ kata dia. Lulut menambahkan, semenjak ditemukan kasus DBD pada tahun lalu, sosialisasi kepada masyarakat terus ditingkatkan. ‘’Langkah preventif (pencegahan) yang terus kita lakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat dengan menerapkan pola 3M plus,’’ tandasnya. (tok/ds)