TUBAN, Radar Tuban – Edukasi terhadap ibu hamil dan kebiasaan orang tua memberikan makanan instan kepada anak menjadi konsen Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban dalam mencegah stunting atau gagal tumbuh pada anak balita.
Pasalnya, makanan instan yang dikonsumi tanpa diimbangi dengan asupan protein bisa mengganggu berkembangan janin dan tumbuh kembang anak.
Sekretaris Dinkes P2KB Tuban Lulut Purwanto mengatakan, berdasar keputusan menteri kesehatan (kepmenkes) terbaru, stunting diakibatkan tiga hal.
Pertama, kekurangan gizi secara kronis atau dalam arti yang cukup lama—secara terus menerus.
Kedua, mengalami infeksi berulang, seperti diare atau mengalami infeksi saluran pernapasan (Ispa).
Ketiga, stimulasi psikososial yang tidak memadai atau hubungan antara kesehatan mental dan emosional pada kondisi sosialnya yang tidak baik.
‘’Secara umum, stunting dipengaruhi oleh faktor tersebut (tiga faktor yang disebutkan di atas, Red),’’ terang alumnus diploma IV gizi masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta itu.
Tiga faktor yang mengakibatkan gagal tumbuh anak balita ini sangat berpengaruh pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Seribu hari itu dihitung sejak janin hingga anak berusia dua tahun.
Apakah mengonsumsi makanan instan, seperti mi instan bisa memicu stunting? Lulut menyampaikan, selama makanan instan yang dikonsumsi tidak seimbang, memang bisa memengaruhi pertumbuhan janin dan tumbuh kembang anak.
‘’Tapi tidak semata-mata (menjadi alasan utama, Red) mengonsumsi mi instan memicu stunting,’’ tuturnya.
Lulut menjelaskan, mengonsumsi makanan instan seperti mi instan memang tidak baik, karena mengandung MSG (monosodium glutamat) atau zat perasa. Namun, tidak semata-mata mi instan akan memicu stunting. Karena itu, kata dia, inilah pentingnya edukasi mengonsumsi mi instan.
‘’Kalau yang dikonsumsi hanya mi instan dan secara terus menerus memang tidak bagus untuk kesehatan. Tapi, ketika mengonsumsinya dicampur dengan sayuran, seperti sawi, kecambah, tomat, wortel, atau telur, maka tetap ada protein dan gizinya,’’ tuturnya.
Artinya, terang mantan kasi gizi Dinkes P2KB Tuban ini, edukasi dalam mengonsumsi makanan adalah yang paling penting. Bahkan, terang dia, makanan empat sehat lima sempurna sekalipun jika cara mengonsumsinya salah akan tetap bahaya untuk tubuh.
‘’Yang relevan saat ini adalah ‘isi piringku dengan makanan seimbang’. Jadi, keseimbangan dalam makanan itu sangat penting. Meski instan, tapi jika tidak dikonsumsi berlebihan dan tetap diseimbangkan dengan protein yang lain, tentu tetap baik untuk tubuh,’’ kata dia bijaksana dalam menanggapi kebiasaan masyarakat mengonsumsi mi instan.
Lebih lanjut Lulut menyampaikan, pencegahan stunting memang menjadi atensi Pemkab Tuban. Karena itu, edukasi pada ibu hamil dan orang tua terus dilakukan. Utamanya dalam mengonsumsi makanan dan menjaga pola makan.
‘’Makanan yang sehat dan bergizi itu tidak harus mahal. Tahu dan tempe itu juga makanan yang bergizi. Terpenting adalah menjaga pola makan yang seimbang dan sehat,’’ tegasnya. (tok/ds)