Tahun 2022 sudah datang. Banyak peristiwa penting yang berhasil dirangkum Jawa Pos Radar Tuban sepanjang tahun bershio kerbau tersebut. Salah satunya adalah pergantian kekuasaan. Dari peristiwa penting itulah kita belajar menyambut tahun baru dengan penuh harapan dan pengalaman yang sudah lalu. Kini, saatnya mengarungi tahun 2022 dengan penuh semangat menuju Kabupten Tuban yang lebih maju.
MINGGU, 20 Juni 2020 menjadi momen bersejarah dalam pemerintahan Kabupaten Tuban. Ini adalah momen di mana tonggak estafet pemerintahan Kabupaten Tuban resmi beralih menyusul pelantikan bupati terpilih Aditya Halindra Faridzky dan wakil bupati terpilih Riyadi oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Berdasar hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2020, pasangan dengan anonim DaDi (Lindra-Riyadi) itu menang telak dengan meraih 423.236 suara atau sekitar 60 persen. Di urutkan kedua disusul pasangan Khozanah Hidayati-Muhammad Anwar (Aman) dengan 170.955 suara atau sekitar 24,2 persen. Kemudian, di urutan ketiga ditempati pasangan Setiajit-RM Armaya Mangkunegara (Setia Negara) yang meraih 110.998 suara atau sekitar 15,08 suara.
Terpilihnya Aditya Halindra Faridzky bersama Riyadi sebagai bupati dan wakil bupati Tuban periode 2021-2026 ini sekaligus menjadi era baru generasi muda memimpin Tuban. Saat dilantik menjadi bupati Tuban, usia Mas Lindra—panggilan akrabnya, baru genap 29 tahun. Dari sejarah pemerintahan Kabupaten Tuban, pemuda kelahiran 15 April 1992 ini merupakan bupati termuda pertama di Bumi Ronggolawe.
Mewakili generasi muda, ada harapan besar terhadap perubahan dan kemajuan Kabupaten Tuban di tangan bupati Lindra. Apalagi, lima sampai sepuluh tahun ke depan, Kabupaten Tuban digadang-gadang menjadi ”Texas”nya Indonesia menyusul investasi kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Tuban dengan nilai investasi ratusan triliun.
Nah, harapan mulia itu setidaknya bisa dimulai dari 2022 ini. Karena pada 2022 inilah bupati Lindra bisa menjalankan secara penuh program yang menjadi penjabaran visi-misinya dalam memajukan Kabupaten Tuban untuk satu periode ke depan. Beda dengan 2021 yang masih harus melanjutkan program dari visi dan misi bupati sebelumnya. Sebab, bupati Lindra baru menjabat pada pertengahan tahun, tepatnya 20 Juni 2021. Karena itu, dia belum bisa menjalankan visi-misinya secara penuh dalam setahun.
Dengan jiwa dan semangat muda yang diusung bupati Lindra, maka setiap kebijakan yang dihasilkan Pemkab Tuban harus memberikan ruang lebih terhadap generasi muda. Bukan berarti mengindahkan peran generasi tua. Pengalaman panjang dari generasi tua tetap diharapkan untuk mendorong dan membimbing generasi muda. Namun, pada ranah eksekusi peran, generasi muda harus aktif dilibatkan dan diberikan ruang lebih untuk diandalkan.
Kenapa demikian? Karena kepada generasi mudalah harapan panjang kemajuan Kabupaten Tuban bisa diharapkan. Bayangkan, jika generasi muda minim peran, maka potensi generasi muda menjadi penonton sangat memungkinkan. Sebab, melalui kebijakan pemerintah, kemajuan daerah bisa diharapkan. Artinya, keberpihakan kebijakan terhadap generasi muda sangat diperlukan. Dan, harapan itu (kebijakan yang berpihak kepada generasi muda) bisa kita harapkan dari bupati Lindra yang merupakan representatif dari generasi muda.
Dari kacamata penulis, satu di antara pekerjaan rumah (PR) pemerintah Kabupaten Tuban yang selama ini masih jauh dari harapan, adalah kepedulian terhadap literasi dan pendidikan generasi muda. Bukan berarti tidak ada kebijakan yang dijalankan. Namun, program yang dijalankan selama ini belum optimal. Masih berjalan normatif.
Sepanjang penulis tahu, daya literasi-—membaca generasi muda di Tuban masih sangat minim. Jarang sekali melihat generasi muda kumpul-kumpul dan membincangkan buku. Kalaupun ada, sangat sedikit sekali. Minimnya semangat membaca tersebut juga didukung dengan fakta—banyaknya toko buku di Tuban gulung tikar karena tidak ada pembeli. Bisa dilihat, berapa toko buku yang masih tersisa di Tuban. Hampir tidak toko ada yang murni menjual buku. Sebaliknya, buku hanya sebagai penunjang produk-produk lain yang dijual. Dan, itu hal yang wajar. Sebab, mereka tahu bahwa menjual buku di Tuban ini tidak menguntungkan.
Lantas, bagaimana menumbuhkan budaya literasi pada generasi muda? Besar harapan Pemkab Tuban membuat kebijakan yang mewajibkan anak-anak yang masih duduk di bangku SD, SMP, hingga SMA, minimal sepuluh menit membaca buku (apa saja sesuai kegemarannya) sebelum dimulainya pelajaran. Dari situlah insya Allah akan terbentuk naluri gemar membaca. Ketika generasi muda sudah suka membaca, maka tidak sulit bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).
Pun dengan pendidikan. Sangat penting dalam menyambut Kabupaten Tuban sebagai kota industri. Bagi penulis, salah satu investasi jangka panjang adalah pendidikan. Sebab, dengan pendidikan-lah generasi masa mendatang yang cerah bisa diharapkan. Jangan sampai karena alasan pendidikan yang rendah, sehingga menjadi alasan bagi perusahaan-perusahaan di Tuban untuk memboyong SDM dari luar daerah.
Kita harus belajar dari pengalaman perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dulu berdiri di Tuban. Jajaran yang mengisi pos-pos penting di perusahaan mayoritas dari luar Tuban.
Lantas, bagaimana ke depan? Belum terlambat. Masih ada waktu yang cukup panjang dalam menyiapkan generasi muda untuk menduduki pos-pos strategis di setiap perusahaan yang akan berdiri di Bumi Ronggolawe. Pemkab harus menggelontorkan anggaran pendidikan yang lebih besar. Anak-anak muda Tuban yang berprestasi harus diberikan beasiswa pendidikan. Dengan demikian, tidak ada lagi anak berprestasi yang gagal melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya. Dan, setelah sukses menempuh pendidikan, mereka harus kembali ke tanah kelahirannya untuk bersama-sama membangun Kabupaten Tuban.
Bagaimana teknisnya? Pemerintah lebih tahu hal itu. Dan, saya yakin Mas Bupati bisa melakukannya.
Selamat Tahun Baru 2022. Semangat Generasi Muda. (tok/ds)