27.9 C
Tuban
Saturday, 23 November 2024
spot_img
spot_img

Resolusi 2023 dan Harapan untuk Tuban

spot_img

Oleh AHMAD ATHO’ILLAH
Wartawan Jawa Pos Radar Tuban

CEPAT atau lambat hanya soal persepsi. Dari dulu hingga sekarang, konsepsi waktu tetaplah sama. 356 hari dalam setahun, 24 jam dalam sehari, 60 detik dalam semenit. Kerelativitasan hanyalah soal perasaan. Dan saya merasa 2022 berjalan dengan sangat cepat.

Perasaan baru kemarin Bupati Aditya Halindra Faridzky mengawali tahun pertama pascaresmi dilantik sebagai Bupati Tuban pada 20 Juni 2021. Eh, tahu-tahu sudah 2023.

Ini artinya sudah satu tahun setengah Mas Lindra menjadi bupati. Lalu, “resolusi” apa saja yang sudah tercapai sepanjang 2022?

Kalaupun masih banyak yang belum tercapai, adalah hal yang wajar. Terpenting, sudah ada upaya dan usaha. Manusia hanya bisa ikhtiar, Tuhan yang menentukan.

Dan, berikut sebagian rangkuman Jawa Pos Radar Tuban perihal kinerja Mas Lindra selama 2022, sekaligus resolusi 2023 untuk Pemkab Tuban yang menjadi harapan kita bersama.

Ekonomi Tumbuh 5 Persen
Sejauh ini memang belum ada data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) perihal pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tuban.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi di Kota Legen telah menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup melegakan. Setidaknya merujuk pada data 2021. Berdasar rilis BPS, pertumbuhan ekonomi di Tuban tumbuh sekitar 8 persen. Dari sebelumnya minus 5,85 persen naik menjadi 3,00 persen.

Secara umum, capaian pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19 yang hampir 9 persen tersebut patut diapresiasi. Terlebih, baru satu tahun setengah Mas Lindra memimpin Tuban.

Namun demikian, bukan berarti capat berpuas diri. Sebab, idealnya ekonomi di Kabupaten Tuban bisa tumbuh hingga 5 persen, bahkan lebih. Seperti jauh sebelum pandemi.

Nah, bagaimana dengan resolusi pertumbuhan ekonomi di 2023? Sepertinya cukup ideal mencapai angka 5 persen, bahkan lebih. Setidaknya, ada dua faktor pendukung yang dapat dijadikan tolok ukur.

Pertama, pemerintah telah menyatakan bahwa era pandemi Covid-19 telah berakhir, kini transisi menuju endemi. Tidak ada lagi pem berlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Dengan begitu, tak ada lagi alasan ekonomi tersendat akibat kebijakan pembatasan. Kedua, event-event besar yang terus digelar pemerintah daerah. Hal ini bisa menjadi peng ungkit
ekonomi bagi usaha-usaha kecil. Dan saya optimistis.  Namun, jika hal demikian tidak berhasil, berarti ada yang salah dengan event selama ini. Sehingga harus ada evaluasi.

Baca Juga :  APBDes Ditetapkan, Juknis Baru Turun

Tak Ada Lagi Proyek Molor
Secara umum, muara kebijakan pembangunan Pemkab Tuban lebih fokus pada pembenahan wajah kota. Bahasa anak mudanya, wajah kota ditata lebih milenial. Contoh yang sudah tampak adalah perubahan besar Bundaran Sleko. Dari yang sebelumnya tampak sederhana—hanya berupa ruang publik berupa taman dengan penegasan tagline Tuban Bumi Wali. Kini telah direvitalisasi total dengan konsep lebih milenial.

Bundaran yang dulu dibangun dengan maskot air terjun dan miniatur ikan-ikan, diganti dengan ikon kuda putih berjumlah sembilan tumpuk. Pun samping kanan-kiri tamannya, juga direvit total lebih kekinian—menjadi ruang publik tempat jujukan anak-anak muda.

Saban malam tak pernah lekang dari keramaian. Efek dominonya— menjamur pedagang kecil berjualan di sekitar lokasi. Ekonomi bergeliat, sudah pasti. Sayangnya, pada titik pembangunan ruang publik yang lain, sepanjang 2022 berakhir kurang menggembirakan. Banyak proyek revitalisasi ruang publik yang seharusnya bisa tuntas dan bisa dinikmati masyarakat sebelum tutup tahun anggaran 2022, tapi sampai saat ini belum kelar.

Setidaknya, ada tiga proyek besar revitalisasi ruang publik yang perubahannya sangat dinanti. Yakni, Alun-Alun Tuban, Rest Area, dan GOR Rangga Jaya Anoraga. Namun, karena keterlambatan pengerjaan, sehingga sampai saat ini belum jelas seperti apa perubahan tiga wajah ruang publik tersebut. Inilah yang kiranya perlu menjadi resolusi Pemkab Tuban di 2023.

Perencanaan pembangunan harus benar-benar dimatangkan. Rekanan yang memenangkan proyek harus benar-benar memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Sehingga tidak ada alasan lagi keterlambatan. Sebab, yang rugi juga pemerintah daerah sendiri. Hasil pembangunan yang seharusnya sudah bisa dinikmati dan bisa menjadi episentrum ekonomi baru menyusul kesuksesan Bundaran Sleko, sampai sekarang belum tahu kapan selesainya.

Menguatkan Pendidikan Karakter

Kebijakan Bupati Aditya Halindra Faridzky tentang pemakaian bahasa lokal sebagai bahasa komunikasi di lingkungan pemkab, meliputi kantor organisasi perangkat daerah (OPD), kecamatan, pemerintah desa, ditambah lembaga  pendidikan, meski hanya sekali dalam satu bulan tetap patut diapresiasi.

Sayangnya, kebijakan yang resmi berlaku sejak 2022 ini belum berjalan optimal. Sangat jarang sekali ditemukan pegawai pemerintah, guru, dan siswa yang menjalankan kebijakan pemakaian bahasa Jawa yang tertuang dalam surat edaran (SE) Nomor 421/3910/414.042/2021 tersebut. Padahal, kebijakan pengua tan karakter kelokalan ini amatlah penting.

Baca Juga :  Sebuah Kredo: Wartawan Tidak Boleh Salah dan Lelah

Kita tahu, banyak di antara kita, utamanya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah lupa cara berbicara menggunakan bahasa jawa. Jangakan bahasa jawa krama, ngoko saja sudah banyak yang tidak bisa. Sebagian besar anak-anak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Padahal, kita adalah orang Jawa. Sebab itulah, saya secara pribadi sangat mengapresiasi kebijakan ini. Bahkan saya berharap kebijakan ini bisa diterapkan seminggu sekali, atau empat kali dalam satu bulan. Sayang, jangankan setiap minggu, sebulan sekali saja tidak berjalan optimal.

Karena itu, sangat lah layak: menekankan dan menguatkan kembali kebijakan ngomong boso jowo ini menjadi resolusi yang wajib dicapai Pemkab Tuban di 2023. Sebab, bangsa yang kuat adalah bangsa yang mencintai kearifan dan budaya lokalnya.

Membudayakan Literasi
Literasi sering kali dianggap hal yang biasa, lebih tepatnya tidak masuk prioritas dibanding kebijakan yang lain. Namun, sesungguhnya dari literasilah fondasi generasi bangsa ini. Harus diakui, memang sudah banyak program dan kegiatan literasi yang dicanangkan. Baik oleh dinas pendidikan maupun dinas perpustakaan.

Namun, lagi-lagi masih sebatas program dan kegiatan. Belum sepenuhnya merasuk pada jati diri masyarakat Tuban. Literasi masih terasa sunyi. Jangankan masyarakat secara umum. Para pendidik, bapak dan ibu guru—yang menjadi jembatan pengetahuan bagi anak-anak didik, pun masih sangat minim sekali yang mencintai literasi—membaca dan menulis. Dari sepuluh guru, mungkin hanya satu saja yang gemar membaca.

Sering kali saya menjumpai buku-buku dan koran yang hanya tertumpuk rapi di sudut-sudut ruang sekolah, ketika saya tanya: Kenapa tidak dibaca? dengan mudahnya bapak/ibu guru berkata: “Sudah sibuk ngajar, tidak sempat membaca.” Sungguh jawaban yang sangat tidak realistis sebagai seorang pendidik. Sebab, tugas dan tanggung jawab seorang guru tidak  hanya mentransfer mata pelajaran, tapi juga pengetahuan yang bersumber dari banyak hal. Dan semua itu tidak akan mungkin bisa didapat tanpa membaca.

Sungguh, komitmen dan konsisten dalam meningkatkan literasi menjadi hal yang tidak bisa ditawar untuk dimasukan dalam resolusi 2023. Saya yakin, sebagai pemimpin muda, Mas Lindra memiliki komitmen yang kuat dalam menyiapkan generasi unggul. Generasi yang mencintai literasi. (*)

Oleh AHMAD ATHO’ILLAH
Wartawan Jawa Pos Radar Tuban

CEPAT atau lambat hanya soal persepsi. Dari dulu hingga sekarang, konsepsi waktu tetaplah sama. 356 hari dalam setahun, 24 jam dalam sehari, 60 detik dalam semenit. Kerelativitasan hanyalah soal perasaan. Dan saya merasa 2022 berjalan dengan sangat cepat.

Perasaan baru kemarin Bupati Aditya Halindra Faridzky mengawali tahun pertama pascaresmi dilantik sebagai Bupati Tuban pada 20 Juni 2021. Eh, tahu-tahu sudah 2023.

Ini artinya sudah satu tahun setengah Mas Lindra menjadi bupati. Lalu, “resolusi” apa saja yang sudah tercapai sepanjang 2022?

- Advertisement -

Kalaupun masih banyak yang belum tercapai, adalah hal yang wajar. Terpenting, sudah ada upaya dan usaha. Manusia hanya bisa ikhtiar, Tuhan yang menentukan.

Dan, berikut sebagian rangkuman Jawa Pos Radar Tuban perihal kinerja Mas Lindra selama 2022, sekaligus resolusi 2023 untuk Pemkab Tuban yang menjadi harapan kita bersama.

Ekonomi Tumbuh 5 Persen
Sejauh ini memang belum ada data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) perihal pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tuban.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi di Kota Legen telah menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup melegakan. Setidaknya merujuk pada data 2021. Berdasar rilis BPS, pertumbuhan ekonomi di Tuban tumbuh sekitar 8 persen. Dari sebelumnya minus 5,85 persen naik menjadi 3,00 persen.

Secara umum, capaian pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19 yang hampir 9 persen tersebut patut diapresiasi. Terlebih, baru satu tahun setengah Mas Lindra memimpin Tuban.

Namun demikian, bukan berarti capat berpuas diri. Sebab, idealnya ekonomi di Kabupaten Tuban bisa tumbuh hingga 5 persen, bahkan lebih. Seperti jauh sebelum pandemi.

Nah, bagaimana dengan resolusi pertumbuhan ekonomi di 2023? Sepertinya cukup ideal mencapai angka 5 persen, bahkan lebih. Setidaknya, ada dua faktor pendukung yang dapat dijadikan tolok ukur.

Pertama, pemerintah telah menyatakan bahwa era pandemi Covid-19 telah berakhir, kini transisi menuju endemi. Tidak ada lagi pem berlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Dengan begitu, tak ada lagi alasan ekonomi tersendat akibat kebijakan pembatasan. Kedua, event-event besar yang terus digelar pemerintah daerah. Hal ini bisa menjadi peng ungkit
ekonomi bagi usaha-usaha kecil. Dan saya optimistis.  Namun, jika hal demikian tidak berhasil, berarti ada yang salah dengan event selama ini. Sehingga harus ada evaluasi.

Baca Juga :  Hilangnya Asas Kerahasiaan

Tak Ada Lagi Proyek Molor
Secara umum, muara kebijakan pembangunan Pemkab Tuban lebih fokus pada pembenahan wajah kota. Bahasa anak mudanya, wajah kota ditata lebih milenial. Contoh yang sudah tampak adalah perubahan besar Bundaran Sleko. Dari yang sebelumnya tampak sederhana—hanya berupa ruang publik berupa taman dengan penegasan tagline Tuban Bumi Wali. Kini telah direvitalisasi total dengan konsep lebih milenial.

Bundaran yang dulu dibangun dengan maskot air terjun dan miniatur ikan-ikan, diganti dengan ikon kuda putih berjumlah sembilan tumpuk. Pun samping kanan-kiri tamannya, juga direvit total lebih kekinian—menjadi ruang publik tempat jujukan anak-anak muda.

Saban malam tak pernah lekang dari keramaian. Efek dominonya— menjamur pedagang kecil berjualan di sekitar lokasi. Ekonomi bergeliat, sudah pasti. Sayangnya, pada titik pembangunan ruang publik yang lain, sepanjang 2022 berakhir kurang menggembirakan. Banyak proyek revitalisasi ruang publik yang seharusnya bisa tuntas dan bisa dinikmati masyarakat sebelum tutup tahun anggaran 2022, tapi sampai saat ini belum kelar.

Setidaknya, ada tiga proyek besar revitalisasi ruang publik yang perubahannya sangat dinanti. Yakni, Alun-Alun Tuban, Rest Area, dan GOR Rangga Jaya Anoraga. Namun, karena keterlambatan pengerjaan, sehingga sampai saat ini belum jelas seperti apa perubahan tiga wajah ruang publik tersebut. Inilah yang kiranya perlu menjadi resolusi Pemkab Tuban di 2023.

Perencanaan pembangunan harus benar-benar dimatangkan. Rekanan yang memenangkan proyek harus benar-benar memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Sehingga tidak ada alasan lagi keterlambatan. Sebab, yang rugi juga pemerintah daerah sendiri. Hasil pembangunan yang seharusnya sudah bisa dinikmati dan bisa menjadi episentrum ekonomi baru menyusul kesuksesan Bundaran Sleko, sampai sekarang belum tahu kapan selesainya.

Menguatkan Pendidikan Karakter

Kebijakan Bupati Aditya Halindra Faridzky tentang pemakaian bahasa lokal sebagai bahasa komunikasi di lingkungan pemkab, meliputi kantor organisasi perangkat daerah (OPD), kecamatan, pemerintah desa, ditambah lembaga  pendidikan, meski hanya sekali dalam satu bulan tetap patut diapresiasi.

Sayangnya, kebijakan yang resmi berlaku sejak 2022 ini belum berjalan optimal. Sangat jarang sekali ditemukan pegawai pemerintah, guru, dan siswa yang menjalankan kebijakan pemakaian bahasa Jawa yang tertuang dalam surat edaran (SE) Nomor 421/3910/414.042/2021 tersebut. Padahal, kebijakan pengua tan karakter kelokalan ini amatlah penting.

Baca Juga :  Mas Bupati: Inovasi Harus Jadi Kebiasaan

Kita tahu, banyak di antara kita, utamanya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah lupa cara berbicara menggunakan bahasa jawa. Jangakan bahasa jawa krama, ngoko saja sudah banyak yang tidak bisa. Sebagian besar anak-anak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Padahal, kita adalah orang Jawa. Sebab itulah, saya secara pribadi sangat mengapresiasi kebijakan ini. Bahkan saya berharap kebijakan ini bisa diterapkan seminggu sekali, atau empat kali dalam satu bulan. Sayang, jangankan setiap minggu, sebulan sekali saja tidak berjalan optimal.

Karena itu, sangat lah layak: menekankan dan menguatkan kembali kebijakan ngomong boso jowo ini menjadi resolusi yang wajib dicapai Pemkab Tuban di 2023. Sebab, bangsa yang kuat adalah bangsa yang mencintai kearifan dan budaya lokalnya.

Membudayakan Literasi
Literasi sering kali dianggap hal yang biasa, lebih tepatnya tidak masuk prioritas dibanding kebijakan yang lain. Namun, sesungguhnya dari literasilah fondasi generasi bangsa ini. Harus diakui, memang sudah banyak program dan kegiatan literasi yang dicanangkan. Baik oleh dinas pendidikan maupun dinas perpustakaan.

Namun, lagi-lagi masih sebatas program dan kegiatan. Belum sepenuhnya merasuk pada jati diri masyarakat Tuban. Literasi masih terasa sunyi. Jangankan masyarakat secara umum. Para pendidik, bapak dan ibu guru—yang menjadi jembatan pengetahuan bagi anak-anak didik, pun masih sangat minim sekali yang mencintai literasi—membaca dan menulis. Dari sepuluh guru, mungkin hanya satu saja yang gemar membaca.

Sering kali saya menjumpai buku-buku dan koran yang hanya tertumpuk rapi di sudut-sudut ruang sekolah, ketika saya tanya: Kenapa tidak dibaca? dengan mudahnya bapak/ibu guru berkata: “Sudah sibuk ngajar, tidak sempat membaca.” Sungguh jawaban yang sangat tidak realistis sebagai seorang pendidik. Sebab, tugas dan tanggung jawab seorang guru tidak  hanya mentransfer mata pelajaran, tapi juga pengetahuan yang bersumber dari banyak hal. Dan semua itu tidak akan mungkin bisa didapat tanpa membaca.

Sungguh, komitmen dan konsisten dalam meningkatkan literasi menjadi hal yang tidak bisa ditawar untuk dimasukan dalam resolusi 2023. Saya yakin, sebagai pemimpin muda, Mas Lindra memiliki komitmen yang kuat dalam menyiapkan generasi unggul. Generasi yang mencintai literasi. (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

Seperti Perangkat

Yang Sadar akan Gelisah

Hilangnya Asas Kerahasiaan

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img