27.4 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

Web Series Pelantikan Pejabat SOTK Baru Pemkab Tuban

spot_img

Oleh: Ahmad Atho’illah, Redaktur Jawa Pos Radar Tuban

IBARAT sebuah film, alur pelantikan pejabat di internal Pemkab Tuban seiring pemberlakuan susunan organisasi tata kerja (SOTK) baru era pemerintahan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky memberikan kesan  yang sangat menarik untuk dinikmati. Pasalnya, alur cerita dari setiap episode pelantikan sangat sulit ditebak.

Ahmad Atho'illahBahkan, sampai injury time menjelang pelantikan pun endingnya masih tidak bisa ditebak. Tak setetes pun informasi bocor dari sumber internal pemkab; siapa dan ke mana pejabat akan dimutasi? Semua berjalan rapi. Hanya bupati, tim internalnya, dan Tuhan yang tahu. Begitu juga seperti apa jalannya cerita ini, menyisakan kesan dramatis.

”Ini kapan pelantikan pejabat SOTK baru? Padahal, tahun anggaran 2022 sudah berjalan seminggu,” ungkap penonton membatin, menyusul pemberlakuan SOTK baru yang sempat molor hingga sepekan lebih.

”Duh, endingnya seperti apa ini? Siapa yang didemosi dan siapa yang dinonjobkan?” kata penonton lain yang diliputi rasa ingin tahu, ikut membatin.

Siapa pun yang sejak awal mengikuti dan mengamati setiap proses pemberlakuan SOTK hingga pengisian jabatan, pasti merasakan efek kejut serta sengatan plot yang memainkan rasa ingin tahu. Sebagai penonton yang mengawal proses pemberlakuan SOTK sejak awal, saya merasakan hal demikian—tidak sabar ingin melihat ending dari setiap episodenya.

Keseruan episode pengisian jabatan era bupati Aditya Halindra ini dimulai dari gelombang pertama pelantikan yang berlangsung pada 24 Desember 2021. Pelantikan hasil open bidding atau lelang terbuka yang berlangsung di Pendapa Krida Manunggal Tuban itu di luar prediksi banyak orang.

Semula, banyak yang memprediksi bahwa alur episode pelantikan gelombang pertama itu akan menyasar minimal delapan pejabat hasil lelang jabatan dan pelantikan ulang para pejabat eselon II menyusul perubahan SOTK baru. Sebab, SOTK baru resmi berlaku pada awal tahun anggaran 2022. Namun, ternyata hanya satu pejabat hasil lelang jabatan yang dilantik.

Dari episode pertama ini saja, alur ceritanya sudah sulit ditebak. Sungguh di luar prediksi banyak orang. Sebab, biasanya pelantikan menyusul pemberlakuan SOTK baru sudah dilaksanakan pada akhir tahun sebelumnya. Sehingga, pada tahun anggaran berjalan sudah bisa langsung bekerja.

Selain alur ceritanya yang sulit ditebak, momen pelantikan gelombang awal setelah enam bulan bupati Lindra memimpin Tuban itu juga sempat memunculkan drama yang tidak terduga. Semula, pelantikan yang dijadwalkan pukul 10.00 itu dikabarkan diundur pukul 14.00. Namun, tidak berselang lama setelah semua yakin bahwa pelantikan diundur, tiba-tiba pelantikan tetap dilaksanakan sekitar pukul 11.00—injury time menjelang salat Jumat.

Baca Juga :  Tanggapi Unjuk Rasa, Bupati: Aspirasi Harus Disampaikan secara Objektif

Alur cerita episode pelantikan kembali berlanjut pada episode kedua yang berlangsung Sabtu (8/1). Kali ini alur ceritanya semakin menghentak. Banyak tersaji plot twist yang bertubi-tubi. Layaknya serial Layangan Putus yang lagi hits saat ini. Alur cerita yang disajikan menjelang episode akhir membikin penonton semakin geregetan, tapi menikmati—ekspresi yang sulit diungkapkan dengan lisan.

Runutan ceritanya dimulai dari beberapa hari lalu. Berembus kabar pelantikan dan mutasi pejabat secara besar-besaran berlangsung Jumat (7/1). Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos Radar Tuban, seluruh pejabat di internal Pemkab Tuban diimbau untuk tidak meninggalkan tempat kerjanya masing-masing. Seluruh ASN di pemkab setempat dimbau untuk stand by. Itu dilakukan agar sewaktu-waktu bupati menginstruksi pelantikan, ASN yang hendak dilantik tidak gendandapan. Jarum jam terus berputar. Dari jam masuk kerja hingga pulang kerja tanpa kepastian. Sore berganti malam. Keadaan masih sama—tidak ada kabar kepastian pelantikan. Fix. Pelantikan tidak mungkin digelar pada Jumat ”berkah”.

Ayam berkokok, pagi di hari Sabtu menyapa. Meski hari libur, semua PNS di lingkup Pemkab Tuban masih diimbau untuk tidak bepergian ke luar kota. Lagi-lagi agar tidak gendandapan apabila sewaktu-waktu ada instruksi pelantikan. Alur cerita pada hari Sabtu masih sama dengan Jumat. Dari pagi hingga siang masih tak kunjung ada kepastian pelantikan. Sama—belum ada kepastian. Bedanya, pada Sabtu ini tempat tunggunya di rumah masing-masing. Kalau yang gemar ngopi, tempat tunggunya bisa di warung sembari menyeruput kopi.

Alur cerita pada Sabtu ini menunjukkan titik terang jadwal pelantikan. Beredar surat undangan yang ditujukan kepada salah satu instansi bahwa pelantikan akan digelar pada Sabtu pukul 13.30. Lokasinya di Pendapa Krida Manunggal.

Mendengar kabar tersebut, sejumlah orang yang berperan sebagai wartawan datang ke pendapa. Mereka datang 15 menit lebih awal sebelum rencana pelantikan. Orang-orang yang berperan sebagai juru tulis ini menunggu di pos satpol PP kompleks pendapa. Setengah jam berjalan, satu jam berlalu. Dan, satu setengah jam sudah terlewati, namun tak kunjung ada tanda-tanda akan digelarnya pelantikan. Kursi-kursi yang berjajar rapi di dalam pendapa masih tampak kosong tak berpenghuni. Juga tidak ada tanda-tanda kendaraan dinas pejabat yang masuk kompleks peringgitan—sebutan rumah dinas bupati. Hingga akhirnya berembus kabar A-1 pelantikan ditunda. Lagi-lagi, tidak ada kepastian ditunda sampai kapan? Orang-orang yang tadi berperan sebagai juru ketik pemberitaan pun akhirnya kembali ke barak masing-masing sembari menunggu kabar pasti.

Baca Juga :  Menutup Potensi Kecurangan Pemindahan Suara

Menjelang surup, kabar yang dinanti-nanti itu akhirnya menyapa. Melalui pesan singat WhatsApp (WA) mengabarkan bahwa pelantikan akan dilaksanakan pada pukul 18.30. Lokasinya sama, di Pendapa Krida Manunggal. Salah seorang informan memastikan kali ini A-1. Pasti! Satu jam menunggu, akhirnya kabar tersebut benar terbukti. Selepas Magrib, satu per satu mobil pelat merah mulai berdatangan memasuki pendapa. Mengenakan pakaian khas Jatim (PKJ), para pejabat yang hendak dilantik itu mulai memasuki pendapa. Berjajar rapi duduk pada kursi yang sudah disediakan. Pelantikan pemberlakuan SOTK baru Pemkab Tuban yang ditunggu-tunggu itu akhirnya terjawab sudah.

Selain melantik para pejabat pimpinan tinggi pratama yang menduduki jabatan kepala dinas/badan. Juga ratusan pejabat administrator, pengawas, dan fungsional di lingkungan Pemkab Tuban. Total yang dilantik sebanyak 530 orang.

Di akhir cerita ini, endingnya menyisakan senyum manis dan getir. Senyum manis bagi yang memenangkan lelang jabatan dan promosi pada jabatan baru. Sedangkan senyum getir bagi yang merasa kehilangan jabatan. Sebab, tentunya tidak semua yang kehilangan jabatan menampakkan senyum getir. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak gila jabatan tetap merasa biasa saja. Di mana pun tempatnya tetaplah abdi negara yang harus menjalankan tugasnya.

Namun, bagi pejabat yang tidak terima, pasti akan merasakan luka. Apalagi, luka itu harus dirasakan melalui proses downgrade atau demosi—penurunan jabatan dan nonjob. Sebab, tidak sedikit dari proses pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan yang berlangsung pada malam hari itu menyisakan banyak pejabat yang terkena demosi dan nonjob alias tidak diberi jabatan atau kembali menjadi staf.

Begitulah alur cerita, Web Series Pelantikan Pejabat SOTK Baru Pemkab Tuban. Sungguh mengaduk-aduk perasaan penonton. Menyisakan senyum manis dan getir.

Namun, setidaknya penonton, eh, maksudnya PNS lega. Gaji yang molor sepekan lebih akibat SOTK yang tak kunjung diberlakukan, akhirnya bakal segera cair. Kini, saatnya membayar cicilan dan utang selama sepakan.(*/ds)

Oleh: Ahmad Atho’illah, Redaktur Jawa Pos Radar Tuban

IBARAT sebuah film, alur pelantikan pejabat di internal Pemkab Tuban seiring pemberlakuan susunan organisasi tata kerja (SOTK) baru era pemerintahan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky memberikan kesan  yang sangat menarik untuk dinikmati. Pasalnya, alur cerita dari setiap episode pelantikan sangat sulit ditebak.

Ahmad Atho'illahBahkan, sampai injury time menjelang pelantikan pun endingnya masih tidak bisa ditebak. Tak setetes pun informasi bocor dari sumber internal pemkab; siapa dan ke mana pejabat akan dimutasi? Semua berjalan rapi. Hanya bupati, tim internalnya, dan Tuhan yang tahu. Begitu juga seperti apa jalannya cerita ini, menyisakan kesan dramatis.

”Ini kapan pelantikan pejabat SOTK baru? Padahal, tahun anggaran 2022 sudah berjalan seminggu,” ungkap penonton membatin, menyusul pemberlakuan SOTK baru yang sempat molor hingga sepekan lebih.

”Duh, endingnya seperti apa ini? Siapa yang didemosi dan siapa yang dinonjobkan?” kata penonton lain yang diliputi rasa ingin tahu, ikut membatin.

- Advertisement -

Siapa pun yang sejak awal mengikuti dan mengamati setiap proses pemberlakuan SOTK hingga pengisian jabatan, pasti merasakan efek kejut serta sengatan plot yang memainkan rasa ingin tahu. Sebagai penonton yang mengawal proses pemberlakuan SOTK sejak awal, saya merasakan hal demikian—tidak sabar ingin melihat ending dari setiap episodenya.

Keseruan episode pengisian jabatan era bupati Aditya Halindra ini dimulai dari gelombang pertama pelantikan yang berlangsung pada 24 Desember 2021. Pelantikan hasil open bidding atau lelang terbuka yang berlangsung di Pendapa Krida Manunggal Tuban itu di luar prediksi banyak orang.

Semula, banyak yang memprediksi bahwa alur episode pelantikan gelombang pertama itu akan menyasar minimal delapan pejabat hasil lelang jabatan dan pelantikan ulang para pejabat eselon II menyusul perubahan SOTK baru. Sebab, SOTK baru resmi berlaku pada awal tahun anggaran 2022. Namun, ternyata hanya satu pejabat hasil lelang jabatan yang dilantik.

Dari episode pertama ini saja, alur ceritanya sudah sulit ditebak. Sungguh di luar prediksi banyak orang. Sebab, biasanya pelantikan menyusul pemberlakuan SOTK baru sudah dilaksanakan pada akhir tahun sebelumnya. Sehingga, pada tahun anggaran berjalan sudah bisa langsung bekerja.

Selain alur ceritanya yang sulit ditebak, momen pelantikan gelombang awal setelah enam bulan bupati Lindra memimpin Tuban itu juga sempat memunculkan drama yang tidak terduga. Semula, pelantikan yang dijadwalkan pukul 10.00 itu dikabarkan diundur pukul 14.00. Namun, tidak berselang lama setelah semua yakin bahwa pelantikan diundur, tiba-tiba pelantikan tetap dilaksanakan sekitar pukul 11.00—injury time menjelang salat Jumat.

Baca Juga :  Penertiban Angkutan Bodong? Ini Problem Dilematisnya

Alur cerita episode pelantikan kembali berlanjut pada episode kedua yang berlangsung Sabtu (8/1). Kali ini alur ceritanya semakin menghentak. Banyak tersaji plot twist yang bertubi-tubi. Layaknya serial Layangan Putus yang lagi hits saat ini. Alur cerita yang disajikan menjelang episode akhir membikin penonton semakin geregetan, tapi menikmati—ekspresi yang sulit diungkapkan dengan lisan.

Runutan ceritanya dimulai dari beberapa hari lalu. Berembus kabar pelantikan dan mutasi pejabat secara besar-besaran berlangsung Jumat (7/1). Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos Radar Tuban, seluruh pejabat di internal Pemkab Tuban diimbau untuk tidak meninggalkan tempat kerjanya masing-masing. Seluruh ASN di pemkab setempat dimbau untuk stand by. Itu dilakukan agar sewaktu-waktu bupati menginstruksi pelantikan, ASN yang hendak dilantik tidak gendandapan. Jarum jam terus berputar. Dari jam masuk kerja hingga pulang kerja tanpa kepastian. Sore berganti malam. Keadaan masih sama—tidak ada kabar kepastian pelantikan. Fix. Pelantikan tidak mungkin digelar pada Jumat ”berkah”.

Ayam berkokok, pagi di hari Sabtu menyapa. Meski hari libur, semua PNS di lingkup Pemkab Tuban masih diimbau untuk tidak bepergian ke luar kota. Lagi-lagi agar tidak gendandapan apabila sewaktu-waktu ada instruksi pelantikan. Alur cerita pada hari Sabtu masih sama dengan Jumat. Dari pagi hingga siang masih tak kunjung ada kepastian pelantikan. Sama—belum ada kepastian. Bedanya, pada Sabtu ini tempat tunggunya di rumah masing-masing. Kalau yang gemar ngopi, tempat tunggunya bisa di warung sembari menyeruput kopi.

Alur cerita pada Sabtu ini menunjukkan titik terang jadwal pelantikan. Beredar surat undangan yang ditujukan kepada salah satu instansi bahwa pelantikan akan digelar pada Sabtu pukul 13.30. Lokasinya di Pendapa Krida Manunggal.

Mendengar kabar tersebut, sejumlah orang yang berperan sebagai wartawan datang ke pendapa. Mereka datang 15 menit lebih awal sebelum rencana pelantikan. Orang-orang yang berperan sebagai juru tulis ini menunggu di pos satpol PP kompleks pendapa. Setengah jam berjalan, satu jam berlalu. Dan, satu setengah jam sudah terlewati, namun tak kunjung ada tanda-tanda akan digelarnya pelantikan. Kursi-kursi yang berjajar rapi di dalam pendapa masih tampak kosong tak berpenghuni. Juga tidak ada tanda-tanda kendaraan dinas pejabat yang masuk kompleks peringgitan—sebutan rumah dinas bupati. Hingga akhirnya berembus kabar A-1 pelantikan ditunda. Lagi-lagi, tidak ada kepastian ditunda sampai kapan? Orang-orang yang tadi berperan sebagai juru ketik pemberitaan pun akhirnya kembali ke barak masing-masing sembari menunggu kabar pasti.

Baca Juga :  Dukuh Pencol: Titik Temu Bupati Lindra dan Pers

Menjelang surup, kabar yang dinanti-nanti itu akhirnya menyapa. Melalui pesan singat WhatsApp (WA) mengabarkan bahwa pelantikan akan dilaksanakan pada pukul 18.30. Lokasinya sama, di Pendapa Krida Manunggal. Salah seorang informan memastikan kali ini A-1. Pasti! Satu jam menunggu, akhirnya kabar tersebut benar terbukti. Selepas Magrib, satu per satu mobil pelat merah mulai berdatangan memasuki pendapa. Mengenakan pakaian khas Jatim (PKJ), para pejabat yang hendak dilantik itu mulai memasuki pendapa. Berjajar rapi duduk pada kursi yang sudah disediakan. Pelantikan pemberlakuan SOTK baru Pemkab Tuban yang ditunggu-tunggu itu akhirnya terjawab sudah.

Selain melantik para pejabat pimpinan tinggi pratama yang menduduki jabatan kepala dinas/badan. Juga ratusan pejabat administrator, pengawas, dan fungsional di lingkungan Pemkab Tuban. Total yang dilantik sebanyak 530 orang.

Di akhir cerita ini, endingnya menyisakan senyum manis dan getir. Senyum manis bagi yang memenangkan lelang jabatan dan promosi pada jabatan baru. Sedangkan senyum getir bagi yang merasa kehilangan jabatan. Sebab, tentunya tidak semua yang kehilangan jabatan menampakkan senyum getir. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak gila jabatan tetap merasa biasa saja. Di mana pun tempatnya tetaplah abdi negara yang harus menjalankan tugasnya.

Namun, bagi pejabat yang tidak terima, pasti akan merasakan luka. Apalagi, luka itu harus dirasakan melalui proses downgrade atau demosi—penurunan jabatan dan nonjob. Sebab, tidak sedikit dari proses pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan yang berlangsung pada malam hari itu menyisakan banyak pejabat yang terkena demosi dan nonjob alias tidak diberi jabatan atau kembali menjadi staf.

Begitulah alur cerita, Web Series Pelantikan Pejabat SOTK Baru Pemkab Tuban. Sungguh mengaduk-aduk perasaan penonton. Menyisakan senyum manis dan getir.

Namun, setidaknya penonton, eh, maksudnya PNS lega. Gaji yang molor sepekan lebih akibat SOTK yang tak kunjung diberlakukan, akhirnya bakal segera cair. Kini, saatnya membayar cicilan dan utang selama sepakan.(*/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

Seperti Perangkat

Yang Sadar akan Gelisah

Hilangnya Asas Kerahasiaan

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img